Dongkrak wisatawan China, Pemprov Bali siap beri dukungan terbaik
22 Juli 2019 19:34 WIB
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati didampingi Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Denpasar Gou Haodong, Wakil Ketua China Public Diplomacy Association Hu Zhengyue dan narasumber lainnya dalam acara "Dialog Media tentang Kerja Sama Pariwisata Tiongkok-Indonesia" di Denpasar, Bali, Senin (22/7/2019). (ANTARA/Ni Luh Rhisma)
Denpasar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Bali berkomitmen memberikan dukungan terbaik kepada para pemangku kepentingan terkait untuk terus mendongkrak kunjungan wisatawan China ke Pulau Dewata.
"Kami akan memberikan dukungan sebaik-baiknya, sehingga tren kunjungan wisatawan Tiongkok terus meningkat. Yang ke Bali, meskipun meningkat tetapi tidak sesignifikan kunjungan ke negara-negara lain," kata Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati saat "Dialog Media tentang Kerja Sama Pariwisata Tiongkok-Indonesia" di Denpasar, Bali, Senin.
Dalam dialog itu mengemuka sejumlah kendala yang masih dihadapi untuk meningkatkan kunjungan pelancong dari Negeri Tirai Bambu ke Bali.
"Di antaranya kendala guide Bahasa Mandarin yang ada di Bali sekarang, yang saat ini kebanyakan dari luar Bali. Mereka kurang dalam hal menjelaskan tentang culture dan filosofi-filosofi yang ada di Bali," ucap Wagub Bali yang akrab dipanggil Cok Ace itu.
Di samping itu, tambah dia, selama ini masih ada salah persepsi karena menganggap wisatawan China hanya tertarik pada keindahan alam, pemandangan pantai dan spa di Bali. "Ternyata mereka sangat tertarik pada budaya," ucapnya.
Namun, karena keterbatasan pramuwisata yang mahir berbahasa Mandarin di Bali dan akhirnya banyak didatangkan dari luar, menyebabkan wisatawan China cenderung diajak berwisata ke pantai atau menikmati layanan spa.
"Menurut saya, ini sangat berbahaya jika dibiarkan. Pantai dimana-mana bisa dilihat, tetapi budaya Bali tidak bisa diduplikat. Tantangan kita, bagaimana budaya ini bisa ditonjolkan," ujar Cok Ace yang juga Ketua PHRI Bali itu.
Cok Ace menambahkan, uang yang dibelanjakan wisatawan China saat ke Bali dengan rata-rata sebesar 965 dolar AS, juga masih lebih rendah dibandingkan saat mereka berwisata ke negara lain yang rata-rata 1.800 dolar AS.
"Pemprov Bali membangun sejumlah infrastruktur ke arah utara (Buleleng), juga diharapkan agar wisatawan bisa lebih lama tinggal dan banyak hal yang bisa dilihat di Bali," katanya pada acara yang dihadiri Ketua PWI Bali dan perwakilan media di Bali, Bali Tourism Board, DPP Asita, Polda Bali, Bea Cukai dan Imigrasi Ngurah Rai, serta undangan lainnya.
Pihaknya pun mendukung jika ada upaya untuk mengundang wartawan-wartawan maupun tokoh-tokoh dari China untuk melihat langsung Bali yang difasilitasi Asita maupun PHRI, sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan citra Bali. "Bagaimanapun, media memiliki peranan yang sangat penting," ujar Cok Ace.
Cok Ace juga mengapresiasi kegiatan dialog media tersebut yang diharapkan dapat mempererat persahabatan kedua negara (Indonesia dan Tiongkok) sehingga sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat masing-masing negara.
Sementara itu, Wakil Ketua China Public Diplomacy Association Hu Zhengyue mengatakan Bali telah menjadi destinasi wisata yang disukai untuk dikunjungi wisatawan China.
"Bali sangat terkenal dengan alamnya yang indah, budayanya yang beraneka ragam, dan yang terpenting masyarakat Bali sangat ramah," ujarnya.
Kunjungan wisatawan China ke Pulau Dewata pada 2018 sebanyak 1,3 juta jiwa, diyakini akan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya dengan dukungan berbagai sumber daya yang dimiliki Bali.
Hu Zhengyue mengemukakan sejumlah rekomendasi untuk mendongkrak kunjungan wisatawan China di antaranya melalui pelaksanaan pameran bersama pelukis Bali di Beijing, mengundang media maupun para penerbit untuk meliput Bali dengan lebih dekat, pertukaran mahasiswa terkait dengan kesenian, maupun mengundang perusahaan dari China untuk turut membangun infrastruktur Bali.
Sedangkan Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Denpasar Gou Haodong mengucapkan terima kasih atas berbagai masukan untuk mempererat persahabatan Tiongkok dengan Indonesia, dan khususnya dengan Bali.
Pihaknya sependapat kerja sama media di kedua negara memegang peranan penting sehingga wisatawan dari China tidak saja mengenal Bali karena keindahan alamnya, tetapi juga karena seni budayanya.
"Apalagi Bali juga memiliki filosofi yang istimewa, Tri Hita Karana atau menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama dan dengan lingkungan," ucapnya.
Gou Haodong meyakini dengan kerja keras berbagai pihak, maka persahabatan kedua negara akan lebih erat.
Dalam acara dialog tersebut juga dihadiri Executive Editor in Chief of Huangqiu.com Shi Ding, Guru Besar Jurusan Mandarin Beijing University Zhang Yiwu, dan Ketua Translators Association of China Zhou Mingwei.
Baca juga: Badung dukung "Bali Chinatown" tingkatkan wisatawan China
Baca juga: Kemenpar gandeng pelajar Indonesia memperkenalkan "10 Bali Baru"
Baca juga: Livi Zheng suguhkan film Bali di China
"Kami akan memberikan dukungan sebaik-baiknya, sehingga tren kunjungan wisatawan Tiongkok terus meningkat. Yang ke Bali, meskipun meningkat tetapi tidak sesignifikan kunjungan ke negara-negara lain," kata Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati saat "Dialog Media tentang Kerja Sama Pariwisata Tiongkok-Indonesia" di Denpasar, Bali, Senin.
Dalam dialog itu mengemuka sejumlah kendala yang masih dihadapi untuk meningkatkan kunjungan pelancong dari Negeri Tirai Bambu ke Bali.
"Di antaranya kendala guide Bahasa Mandarin yang ada di Bali sekarang, yang saat ini kebanyakan dari luar Bali. Mereka kurang dalam hal menjelaskan tentang culture dan filosofi-filosofi yang ada di Bali," ucap Wagub Bali yang akrab dipanggil Cok Ace itu.
Di samping itu, tambah dia, selama ini masih ada salah persepsi karena menganggap wisatawan China hanya tertarik pada keindahan alam, pemandangan pantai dan spa di Bali. "Ternyata mereka sangat tertarik pada budaya," ucapnya.
Namun, karena keterbatasan pramuwisata yang mahir berbahasa Mandarin di Bali dan akhirnya banyak didatangkan dari luar, menyebabkan wisatawan China cenderung diajak berwisata ke pantai atau menikmati layanan spa.
"Menurut saya, ini sangat berbahaya jika dibiarkan. Pantai dimana-mana bisa dilihat, tetapi budaya Bali tidak bisa diduplikat. Tantangan kita, bagaimana budaya ini bisa ditonjolkan," ujar Cok Ace yang juga Ketua PHRI Bali itu.
Cok Ace menambahkan, uang yang dibelanjakan wisatawan China saat ke Bali dengan rata-rata sebesar 965 dolar AS, juga masih lebih rendah dibandingkan saat mereka berwisata ke negara lain yang rata-rata 1.800 dolar AS.
"Pemprov Bali membangun sejumlah infrastruktur ke arah utara (Buleleng), juga diharapkan agar wisatawan bisa lebih lama tinggal dan banyak hal yang bisa dilihat di Bali," katanya pada acara yang dihadiri Ketua PWI Bali dan perwakilan media di Bali, Bali Tourism Board, DPP Asita, Polda Bali, Bea Cukai dan Imigrasi Ngurah Rai, serta undangan lainnya.
Pihaknya pun mendukung jika ada upaya untuk mengundang wartawan-wartawan maupun tokoh-tokoh dari China untuk melihat langsung Bali yang difasilitasi Asita maupun PHRI, sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan citra Bali. "Bagaimanapun, media memiliki peranan yang sangat penting," ujar Cok Ace.
Cok Ace juga mengapresiasi kegiatan dialog media tersebut yang diharapkan dapat mempererat persahabatan kedua negara (Indonesia dan Tiongkok) sehingga sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat masing-masing negara.
Sementara itu, Wakil Ketua China Public Diplomacy Association Hu Zhengyue mengatakan Bali telah menjadi destinasi wisata yang disukai untuk dikunjungi wisatawan China.
"Bali sangat terkenal dengan alamnya yang indah, budayanya yang beraneka ragam, dan yang terpenting masyarakat Bali sangat ramah," ujarnya.
Kunjungan wisatawan China ke Pulau Dewata pada 2018 sebanyak 1,3 juta jiwa, diyakini akan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya dengan dukungan berbagai sumber daya yang dimiliki Bali.
Hu Zhengyue mengemukakan sejumlah rekomendasi untuk mendongkrak kunjungan wisatawan China di antaranya melalui pelaksanaan pameran bersama pelukis Bali di Beijing, mengundang media maupun para penerbit untuk meliput Bali dengan lebih dekat, pertukaran mahasiswa terkait dengan kesenian, maupun mengundang perusahaan dari China untuk turut membangun infrastruktur Bali.
Sedangkan Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Denpasar Gou Haodong mengucapkan terima kasih atas berbagai masukan untuk mempererat persahabatan Tiongkok dengan Indonesia, dan khususnya dengan Bali.
Pihaknya sependapat kerja sama media di kedua negara memegang peranan penting sehingga wisatawan dari China tidak saja mengenal Bali karena keindahan alamnya, tetapi juga karena seni budayanya.
"Apalagi Bali juga memiliki filosofi yang istimewa, Tri Hita Karana atau menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama dan dengan lingkungan," ucapnya.
Gou Haodong meyakini dengan kerja keras berbagai pihak, maka persahabatan kedua negara akan lebih erat.
Dalam acara dialog tersebut juga dihadiri Executive Editor in Chief of Huangqiu.com Shi Ding, Guru Besar Jurusan Mandarin Beijing University Zhang Yiwu, dan Ketua Translators Association of China Zhou Mingwei.
Baca juga: Badung dukung "Bali Chinatown" tingkatkan wisatawan China
Baca juga: Kemenpar gandeng pelajar Indonesia memperkenalkan "10 Bali Baru"
Baca juga: Livi Zheng suguhkan film Bali di China
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: