Jakarta (ANTARA) - Indonesia Development Forum (IDF) 2019, yang digelar pada 22-23 Juli 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin, mengangkat tema "Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif”.

"Tema ini dipilih sebagai respon atas pentingnya pembangunan kesiapan sumber daya manusia dan menyongsong peluang kerja masa depan dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dalam laporannya pada acara tersebut.

IDF merupakan program tahunan yang telah tiga kali digelar oleh Kementerian PPN/Bappenas bersama Pemerintah Australia melalui Knowledge Sector Initiative (KSI).

Forum dua hari ini menjadi wadah bagi praktisi pembangunan di sektor publik, swasta, dan nirlaba untuk bertemu, bertukar gagasan, dan mencari solusi guna mengatasi tantangan pembangunan Indonesia, dengan menghadirkan lebih dari 250 pembicara nasional dan internasional dengan latar belakang industri dan sektor yang beragam.

Bambang menjelaskan, dalam penyelenggaraan tahun ini, tema besar yang diangkat tersebut dibagi menjadi delapan sub tema dan akan menjadi pokok bahasan pada forum.

Ke delapan sub tema itu yakni mempercepat transformasi struktural, reformasi sistem pendidikan dan pelatihan vokasi untuk pekerjaan masa depan, menciptakan peluang yang inklusif, memperbaiki iklim investasi untuk penciptaan lapangan kerja.

Selanjutnya, mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah berdaya saing global, membina pelaku usaha sosial, mengembangkan talenta dan pasar lokal, serta meningkatkan kualitas modal manusia.

Bambang mengatakan bahwa saat ini penting bagi Indonesia untuk menyusun strategi guna menghadapi persaingan pasar kerja global yang semakin kompetitif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat.

Adanya sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing diharapkan dapat mendongkrak produktivitas dan daya saing nasional yang secara langsung akan turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

”Tahun lalu, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,3 persen dan kita mampu menciptakan lapangan kerja bagi 2,98 juta orang serta menurunkan tingkat pengangguran terbuka menjadi 5,34 persen. Human Development Index Indonesia juga meningkat sebanyak 0,82 persen menjadi 71,39,” ujar dia.

Namun demikian, Indonesia masih memiliki sejumlah tantangan dalam rangka menggenjot pertumbuhan ekonomi.

Di antaranya daya saing SDM yang masih tertinggal dibanding negara Asia lainnya, masih banyak pekerja yang berada di sektor informal, dengan produktivitas yang rendah, dan masih rendahnya akses kelompok rentan seperti perempuan dan penyandang disabilitas terhadap kesempatan kerja yang berkualitas.

Bambang mengatakan tantangan-tantangan tersebut akan dibahas dalam forum IDF 2019 ini.

Lebih lanjut Bambang mengatakan bahwa IDF 2019 juga menghadirkan dua inovasi baru. Pertama adalah sesi inklusive digital economy accelerator space (IDEAS).

Sesi ini menjadi wadah bagi para pelaku start-up, termasuk investor dan inkubator, untuk berjejaring sekaligus memberikan masukan kepada Pemerintah Indonesia terkait peluang-peluang kerja di masa depan.

Terdapat lebih dari 75 start-up pemula dan menengah serta 15 start-up sukses yang akan membagikan pengalaman dengan start-up pemula dan peserta lainnya.

Gagasan dan inovasi yang dikumpulkan ini akan menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam merumuskan kebijakan berbasis bukti untuk memanfaatkan peluang pekerjaan masa depan.

Kedua, adalah sesi khusus provinsi percontohan untuk berbagi mengenai praktik-praktik terbaik pembangunan di daerah tersebut.

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dipilih untuk mengisi sesi khusus ini karena dinilai berhasil dalam menduduki posisi kedua terendah dalam Tingkat Pengangguran Terbuka secara nasional selama dua tahun berturut-turut, yakni 2017 dan 2018.

Bambang berharap melalui IDF 2019, Indonesia dapat menghadapi tantangan-tantangan dalam pembangunan ke depan.

"Tanpa keseriusan untuk menyiapkan diri, cita-cita Indonesia untuk pembangunan yang adil dan merata akan sulit terwujud," ujar Bambang.

Sementara itu, Duta Besar untuk Indonesia Gary Quinlan menegaskan bahwa salah satu target utama kerja sama Australia-lndonesia adalah untuk menurunkan tingkat ketidaksetaraan melalui reformasi kebijakan agar pertumbuhan ekonomi yang stabil dapat tercapai.

”Australia terus berkomitmen dan sangat senang dapat mendukung upaya Indonesia dalam meningkatkan fleksibilitas dan inklusivitas tenaga kerja agar dapat terus bersaing di tingkat global, serta beradaptasi dengan perubahan pola kerja yang cepat,” ujar Gary.

Baca juga: Bappenas: peningkatan kualitas vokasi untuk tenaga kerja

Baca juga: Beppenas rancang dana pengembangan keahlian tenaga kerja