PLTSa tingkatkan penyesuaian kinerja peralatan secara terintegrasi
22 Juli 2019 11:09 WIB
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir (kiri) dan Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan (tengah) dalam peresmian pilot project PLTSa Merah-Putih di Bantargebang, Bekasi, Senin (25/3/2019). (Kemenko Kemaritiman)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Rudi Nugroho mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Bantargebang di Bekasi, Jawa Barat, meningkatkan penyesuaian peralatan secara terintegrasi.
"Hingga saat ini masih dilakukan pengujian pembakaran sampah untuk keperluan fine tunning dan penyesuaian kinerja berbagai peralatan secara terintegrasi," kata Rudi kepada Antara, Jakarta, Senin.
Proyek percontohan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Bantargebang yang dibangun BPPT bekerja sama dengan pemerintah DKI Jakarta memiliki kapasitas pengolahan sampah maksimal 100 ton per hari.
Pembangkit listrik ini direncanakan menghasilkan listrik sekitar 700 kW yang akan dimanfaatkan untuk kebutuhan internal pembangkit itu sendiri.
Rudi mengatakan PLTSa tersebut belum rutin mengolah sampah dalam kapasitas maksimal 100 ton per hari. "'Pilot project' (proyek percontohan) saat ini masih kepada mencari pola kondisi operasi," ujarnya.
Pembangunan Pengolahan Sampah Proses Termal di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, menjadi opsi untuk mengatasi permasalahan timbunan sampah di perkotaan.
Proyek percontohan ini menggunakan teknologi proses termal atau pembakaran sampah dalam pengolahan sampah.
Tempat Pembuangan Sampah akhir Bantar Gebang seluas 110 hektare setiap hari menerima kiriman sampah hampir 7.000 ton. Dengan teknologi termal tersebut, diharapkan dapat mengatasi masalah timbunan sampah.
Baca juga: BPPT upayakan pengembangan PLTSA ramah lingkungan
Baca juga: Nasir dorong BPPT ajukan sertifikasi PLTSa Bantargebang ke Kemenperin
"Hingga saat ini masih dilakukan pengujian pembakaran sampah untuk keperluan fine tunning dan penyesuaian kinerja berbagai peralatan secara terintegrasi," kata Rudi kepada Antara, Jakarta, Senin.
Proyek percontohan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Bantargebang yang dibangun BPPT bekerja sama dengan pemerintah DKI Jakarta memiliki kapasitas pengolahan sampah maksimal 100 ton per hari.
Pembangkit listrik ini direncanakan menghasilkan listrik sekitar 700 kW yang akan dimanfaatkan untuk kebutuhan internal pembangkit itu sendiri.
Rudi mengatakan PLTSa tersebut belum rutin mengolah sampah dalam kapasitas maksimal 100 ton per hari. "'Pilot project' (proyek percontohan) saat ini masih kepada mencari pola kondisi operasi," ujarnya.
Pembangunan Pengolahan Sampah Proses Termal di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, menjadi opsi untuk mengatasi permasalahan timbunan sampah di perkotaan.
Proyek percontohan ini menggunakan teknologi proses termal atau pembakaran sampah dalam pengolahan sampah.
Tempat Pembuangan Sampah akhir Bantar Gebang seluas 110 hektare setiap hari menerima kiriman sampah hampir 7.000 ton. Dengan teknologi termal tersebut, diharapkan dapat mengatasi masalah timbunan sampah.
Baca juga: BPPT upayakan pengembangan PLTSA ramah lingkungan
Baca juga: Nasir dorong BPPT ajukan sertifikasi PLTSa Bantargebang ke Kemenperin
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: