Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan bahwa kemungkinan pertumbuhan ekonomi selama 2008 berada di bawah 6,4 persen lebih besar, karena kondisi ketidakpastian perekonomian global dan regional yang berpengaruh ke Indonesia. "Proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4 persen memiliki risiko ke bawah lebih besar dari pada netralnya," kata Sri Mulyani di Jakarta, Senin. Ia mencontohkan, kenaikan harga barang-barang yang tidak dapat diproteksi pemerintah akan menurunkan konsumsi rumah tangga yang akhirnya menurunkan pertumbuhan ekonomi. Menkeu menyebutkan, pemerintah sudah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi selama 2008 dari semula senilai 6,8 persen menjadi 6,4 persen dengan beberapa asumsi yang mendasarinya. "Tentu saja perubahan ini masih memiliki risiko karena melakukan prediksi/proyeksi ekonomi tidak seperti ilmu pasti, tapi ada interaksi yang terus menerus berlangsung," katanya. Ia mencontohkan, pada Senin (17/3) hampir seluruh bursa saham jatuh menyusul pengumuman penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat/AS (The US Federal Reserve/the Fed) pada hari Minggu (16/3). "Pengumuman pada hari Minggu menunjukkan bahwa situasi di AS sudah sangat-sangat serius, sehingga ini nanti akan semakin mengubah berbagai asumsi pertumbuhan ekonomi di dunia," katanya. Pertumbuhan ekonomi AS yang terakhir diproyeksikan hanya sebesar 1,5 persen, barang kali akan lebih rendah dari itu. Semula orang memperkirakan kerugian akibat kasus "subprime mortgage" hanya 500 miliar dolar AS, namun proyeksi pesimis terakhir kasus itu akan menyebabkan sekitar 30 persen PDB AS hilang. "Ini magnitude-nya hampir sama dengan krisis ekonomi di Indonesia, hanya karena ini menyangkut ekonomi AS maka dampaknya akan ke seluruh dunia. Kedahsyatan ini yang harus kita lihat terhadap perekonomian regional dan akhirnya ke Indonesia," demikian Sri Mulyani. (*)