BKSDA Kalteng lakukan observasi di lokasi buaya menyerang warga
20 Juli 2019 18:41 WIB
Jumantan atau akrab disapa Jumi menunjukkan kepada Muriansyah lokasi dia disambar buaya saat mandi dan mencuci, Jumat (19/7/2019). (Foto Istimewa)
Sampit (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kalimantan Tengah melakukan observasi di lokasi terjadinya serangan buaya terhadap warga Desa Handil Sohor Kecamatan Mentaya Hilir Selatan.
"Informasi warga, buaya lebih dari satu ekor berukuran satu sampai dua meter. Buaya sudah beberapa kali berani naik ke darat untuk menyerang ternak bebek dan ayam milik warga," kata Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit Muriansyah di Sampit, Sabtu (20/7).
Pada Kamis (18/7) sekitar pukul 07.00 WIB, seorang nenek bernama Jumantan atau akrab disapa Jumi (70) disambar buaya saat mandi di pinggir sungai. Buaya menerkam tangan kirinya dan menarik korban hingga jatuh ke sungai.
Untungnya, gigitan buaya terlepas saat korban jatuh ke sungai sehingga berhasil selamat. Kejadian itu kemudian membuat masyarakat setempat waspada dan melarang anak-anak mandi di sungai.
Buaya yang menyerang Jumantan diperkirakan merupakan buaya jenis senyolong atau mulut capai dengan panjang badan sekitar 1,5 meter. Warga melihat buaya yang sering muncul di sungai selebar tujuh meter dan berlokasi sekitar satu kilometer dari Sungai Mentaya.
Baca juga: Seorang nenek di Kotim disambar buaya saat mandi
Buaya tersebut diduga kelaparan sehingga mencari makanan hingga ke Sungai Handil Sohor yang merupakan anak Sungai Mentaya. Kebiasaan warga menempatkan ternak seperti ayam dan bebek di dekat sungai, diduga memancing buaya untuk mencari makan hingga ke kawasan permukiman.
Sesuai arahan pimpinan, kata Muriansyah, pihaknya akan berupaya menangkap buaya yang ada di kawasan itu. Caranya yaitu dengan memasang pancing khusus buaya menggunakan umpan bebek atau ayam yang telah mati.
"Penangkapan dengan teknik perangkap tidak dapat dilakukan karena sungai tidak lebar. Sungai itu juga dipakai untuk jalur transportasi warga mengangkut kelapa sehingga jika dipasang perangkap berupa kerangkeng besi dikhawatirkan akan mengganggu arus transportasi di sungai itu," kata Muriansyah.
Sementara itu, Muriansyah berkunjung ke rumah Jumantan yang menjadi korban sambaran buaya. Korban juga menunjukkan lokasi tempat dia disambar buaya saat mandi dan mencuci di pinggir sungai.
Dalam kunjungan itu, Muriansyah juga menyerahkan bantuan dari BKSDA untuk korban berobat. Kunjungan itu juga sekaligus sosialisasi untuk mengingatkan masyarakat lebih waspada saat beraktivitas di sungai.
Populasi buaya di Sungai Handil Sohor yang bermuara di Sungai Mentaya, diperkirakan masih cukup banyak. Desember 2018 lalu warga Handil Sohor melihat kemunculan beberapa buaya di sungai itu, salah satunya berhasil ditangkap.
Baca juga: BKSDA Kalteng terima seekor beruang madu dari istri Kapolsek
Baca juga: Sekeluarga kera ekor panjang di Pararawen dilepasliarkan BKSDA Kalteng
"Informasi warga, buaya lebih dari satu ekor berukuran satu sampai dua meter. Buaya sudah beberapa kali berani naik ke darat untuk menyerang ternak bebek dan ayam milik warga," kata Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit Muriansyah di Sampit, Sabtu (20/7).
Pada Kamis (18/7) sekitar pukul 07.00 WIB, seorang nenek bernama Jumantan atau akrab disapa Jumi (70) disambar buaya saat mandi di pinggir sungai. Buaya menerkam tangan kirinya dan menarik korban hingga jatuh ke sungai.
Untungnya, gigitan buaya terlepas saat korban jatuh ke sungai sehingga berhasil selamat. Kejadian itu kemudian membuat masyarakat setempat waspada dan melarang anak-anak mandi di sungai.
Buaya yang menyerang Jumantan diperkirakan merupakan buaya jenis senyolong atau mulut capai dengan panjang badan sekitar 1,5 meter. Warga melihat buaya yang sering muncul di sungai selebar tujuh meter dan berlokasi sekitar satu kilometer dari Sungai Mentaya.
Baca juga: Seorang nenek di Kotim disambar buaya saat mandi
Buaya tersebut diduga kelaparan sehingga mencari makanan hingga ke Sungai Handil Sohor yang merupakan anak Sungai Mentaya. Kebiasaan warga menempatkan ternak seperti ayam dan bebek di dekat sungai, diduga memancing buaya untuk mencari makan hingga ke kawasan permukiman.
Sesuai arahan pimpinan, kata Muriansyah, pihaknya akan berupaya menangkap buaya yang ada di kawasan itu. Caranya yaitu dengan memasang pancing khusus buaya menggunakan umpan bebek atau ayam yang telah mati.
"Penangkapan dengan teknik perangkap tidak dapat dilakukan karena sungai tidak lebar. Sungai itu juga dipakai untuk jalur transportasi warga mengangkut kelapa sehingga jika dipasang perangkap berupa kerangkeng besi dikhawatirkan akan mengganggu arus transportasi di sungai itu," kata Muriansyah.
Sementara itu, Muriansyah berkunjung ke rumah Jumantan yang menjadi korban sambaran buaya. Korban juga menunjukkan lokasi tempat dia disambar buaya saat mandi dan mencuci di pinggir sungai.
Dalam kunjungan itu, Muriansyah juga menyerahkan bantuan dari BKSDA untuk korban berobat. Kunjungan itu juga sekaligus sosialisasi untuk mengingatkan masyarakat lebih waspada saat beraktivitas di sungai.
Populasi buaya di Sungai Handil Sohor yang bermuara di Sungai Mentaya, diperkirakan masih cukup banyak. Desember 2018 lalu warga Handil Sohor melihat kemunculan beberapa buaya di sungai itu, salah satunya berhasil ditangkap.
Baca juga: BKSDA Kalteng terima seekor beruang madu dari istri Kapolsek
Baca juga: Sekeluarga kera ekor panjang di Pararawen dilepasliarkan BKSDA Kalteng
Pewarta: Kasriadi/Norjani
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019
Tags: