Atambua (ANTARA News) - Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Timor Timur (STPPIT) Markas Besar TNI, Letnan Kolonel Infantri Muhammad Kusdaryono, menyatakan pihaknya tidak pernah menyelundupkan senjata dari wilayah Indonesia kepada kelompok Salsinha Gastao sebagaimana diungkap pemberitaan di Timor Timur beberapa waktu lalu. "Tidak pernah ada itu. Kami berpatroli terus ke seluruh wilayah tugas kami, dan jajaran di lapangan tidak pernah mendapat temuan seperti itu. Sampai sekarang sulit sekali mengetahui dan menyita senjata api dan amunisinya dari warga yang mungkin masih menyimpan," katanya kepada ANTARA News di Atambua, NTT, Sabtu. Sebelumnya, pada 12 Maret lalu, beberapa harian nasional Timor Timur memberitakan keterangan Jaksa Agung negara itu, Longinhos Monteiro, bahwa jajaran pengamanan perbatasan negaranya bekerja sama dengan STPPIT Markas Besar TNI dan Kepolisian kedua negara berhasil menggagalkan upaya penyelundupan senjata api untuk kelompok Salsinha. Menurut pemberitaan itu, Monteiro mengungkap beberapa orang bekas milisi yang kini bermukim di wilayah Indonesia mencoba menyelundupkan lima hingga sepuluh senjata api kepada seseorang yang menjadi bagian kelompok Salsinha. Menurut Monteiro, upaya itu gagal karena pelaku-pelakunya bisa digulung oleh aparatur pengamanan perbatasan Indonesia dan Timor Timur. Kusdaryono menyatakan dia memang mendengar ada pernyataan seperti itu yang berasal bukan dari sumber resmi negara tetangga itu. "Ya... saya berterima kasih dinyatakan ada kerja sama yang baik di antara pihak pengamanan perbatasan kedua negara. Tetapi sayang, fakta penyelundupan itu tidak ada. Namun, pengamanan perbatasan kita tingkatkan terus," katanya. Sementara itu, Sekretaris II Urusan Politik KBRI di Dili, Victor J Sambuaga, yang dihubungi melalui sambungan internasional menyatakan pihaknya juga telah mencari tahu ke berbagai sumber dan instansi terkait pemberitaan itu. "Namun setelah kami cek ke sana-sini, hal itu juga tidak ada. Kami menyatakan penghargaan kepada Jaksa Agung Monteiro, kualitas pengamanan dan kerja sama antara TNI/Polri dan otoritas pengamanan perbatasan setempat baik selama ini," katanya. Sambuaga menyatakan berbagai hal terkait dengan perkembangan situasi dan politik di Timor Timur adalah seratus persen urusan dalam negeri negara itu. KBRI di Dili sebagai perwakilan sah Indonesia di Timor Timur, katanya, sudah barang tentu menjalankan kebijakan luar negeri nasional di negara itu. Dia menyatakan kerja sama pengamanan Indonesia dan negara itu sudah baik dan akan semakin ditingkatkan melalui payung kerja sama dan kesepakatan tetap di berbagai aspek di antara kedua pemerintahan yang saat ini masih dalam proses finalisasi. Menurut dia, salah satu mekanisme meningkatkan pengamanan perbatasan kedua negara adalah dengan melakukan berbagai perundingan di level subkomisi teknis yang melibatkan pihak KBRI di Dili tentang masalah pengamanan di wilayah perbatasan negara yang tahapan-tahapannya masih berjalan. Dia menyatakan ada lima aspek teknis dibicarakan subkomisi teknis itu, yaitu aspek penetapan garis demarkasi perbatasan, aspek perlintasan manusia dan barang melingkupi pasar bersama kedua negara, aspek perancangan pemberlakuan pas lintas batas untuk warga yang bermukim di sekitar garis perbatasan negara, aspek penatagunaan dan manajemen sungai di garis batas, dan aspek kerja sama kepolisian kedua negara.(*)