Jakarta (ANTARA) - Psikolog keluarga Retno Dewanti Purba mengatakan perempuan dari dulu bisa menjalani beragam peran hingga empat atau lima peran baik sebagai ibu, istri, menantu, anak, dan pekerja.

"Awalnya perempuan sebelum menikah hanya berperan sebagai anak. Setelah bekerja menjadi pekerja, setelah menikah menjadi istri, dan setelah memiliki anak menjadi orang tua," kata Retno dalam jumpa pers Female Radio di Jakarta, Kamis.

Karena itu, Retno mengatakan tugas perempuan seringkali tidak ringan, apalagi ketika harus "melompat" dari satu peran ke peran lainnya.

Menurut Retno, perempuan kadang merasa tertekan dan stres serta tidak nyaman karena menetapkan sasaran yang terlalu tinggi.

"Karena menempatkan sasaran yang terlalu tinggi, sementara dia juga harus melompat dari peran satu ke peran lainnya, kadang perempuan jatuh dan merasa tidak nyaman," tuturnya.

Apalagi, perempuan juga kerap menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang dihadapi. Misalnya, ketika ada seseorang yang mengatakan anaknya terlalu kurus, dia merasa itu sebagai kesalahannya sendiri.

Female Radio yang bisa didengarkan pada frekuensi 97,90 FM di Jakarta telah berusia 30 tahun. Chief operating officer (COO) Female Radio Gita Abimanju mengatakan selama 30 tahun banyak mendengar kisah-kisah perempuan Indonesia dalam banyak hal secara langsung dari pendengar.

"Female Radio merasa ini adalah saat yang tepat untuk mendorong perempuan Indonesia agar lebih melihat dan memaknai kehidupan secara lebih seimbang," jelasnya.

Karena itu, pihaknya menghadirkan kampanye baru #HidupLebihBermakna untuk mengajak perempuan Indonesia mensyukuri, memaknai, dan mencintai hal-hal baik dan buruk yang ada dalam hidupnya.

Pada kesempatan itu, pihaknya juga meluncurkan logo baru serta formasi penyiar baru, yaitu Rizki Kinos dan Sissy Prescillia untuk siaran di pagi hari, Irina Dewi dan Imelia untuk siaran di siang hari, serta Nina Tamam, Enno Lerian, dan Poppy Sovia untuk siaran di sore hari.


Baca juga: Psikolog: Orangtua wajib mengontrol teman anak di usia remaja
Baca juga: Dampak buruk kawin kontrak menurut psikolog