Jika ada media non Barat yang pengaruhnya sekuat CNN dan BBC, pastilah itu Al-Jazeera. Harian The Independent menyebutnya salah satu pemain paling berpengaruh dalam peta media global, sedangkan Canadian Journal of Communication mengklaim sebagai salah satu stasiun berita paling investigatif di dunia. Salah satu referensi penting yang mengungkap tuntas Al-Jazeera dan menjelaskan mengapa klaim-klaim di atas muncul adalah buku berjudul "Al-Jazeera: How Arab TV News Challenged The World" karangan Hugh Miles. Miles, jurnalis muda anak seorang diplomat Inggris di Timur Tengah menguntai kata demi kata laksana pendongeng namun justru berhasil menyingkap banyak misteri yang semua sumbernya primer. Ia melibatkan tiga genre dalam karyanya yaitu investigasi jurnalistik, riset etnografi, dan studi kesejarahan. Didahului sebuah pengantar, buku setebal 452 + xii halaman seharga Rp240 ribu yang diterbitkan tahun 2005 ini dibagi ke dalam sebelas bab. Dua bab pertama meninjau latarbelakang budaya dan politik Qatar, negara di mana Al-Jazeera bermarkas, dan faktor-faktor yang melatarbelakangi lahir dan besarnya stasiun berita itu. Bab 3 sampai 9 menggambarkan cara Al-Jazeera bekerja dan kepiawaian menentukan lingkup liputan yang rata-rata mengguncang dunia. Bab 10 mengungkapkan bagaimana rakyat Arab merespon Al-Jazeera dan konteksnya dalam pemajuan demokrasi di Timur Tengah. Terakhir, Bab 11, mengutarakan proyeksi Al-Jazeera yang lebih mendunia sehingga menyamai BBC World Service dan CNN International lewat rencana peluncuran edisi Bahasa Inggris (15 November 2006, Al-Jazeera resmi mengudarakan dalam saluran Bahasa Inggris). Orbit Awal 1990-an, seorang pangeran yang juga sepupu Raja Fahd, membangun stasiun televisi berlangganan bernama Orbit. Orbit tak memilih Arab Saudi sebagai markas besar, melainkan Roma, Italia, demi menghindari intervensi pemerintah terhadap materi tayangan. Agar stasiun-stasiun televisi Arab tertarik membeli materi Orbit, dibuatlah program berita berbahasa Arab bekerjasama dengan BBC. BBC bersedia membuatnya namun menegaskan tak boleh ada dikte dalam pemberitaan. "Siapapun yang bekerjasama dengan BBC harus paham BBC. Peka kepada kebudayaan setempat oke, tapi mengorbankan prinsip jurnalisme tidak," kata juru bicara BBC memberi syarat. Lalu, mengudaralah program berita berbahasa Arab yang dibuat BBC di kantor pusatnya di London. Semua berjalan lancar sampai pada Januari 1996 saat Orbit mewawancarai Profesor Muhammad Al Mas`ari, buron politik Arab Saudi di Inggris. Pemerintah Saudi marah. Satelit disabotase sehingga talkshow terhenti total. Tak hanya itu, Saudi menuntut Inggris mendeportasi Al Mas`ari. PM John Major menyanggupi setelah Saudi mengancam memutus kontrak pembelian senjata bernilai miliaran poundsterling. BBC geram dengan intervensi ini. Dua bulan kemudian mereka nekad menayangkan "Death of a Principle" --mengupas tiranisme Arab Saudi-- dalam program dokumenter Panorama. Pemerintah Saudi kembali tersinggung, tapi kali ini tak ada ampun, program berita berbahasa Arab itu dibredel dan slotnya diberikan ke Disney Channel. 250 orang kru program berita itu --terdiri dari jurnalis, penyiar, dan spesialis media didikan BBC-- menganggur. Mereka adalah para idealis yang bercita-cita mengubah atmosfer Timur Tengah menjadi demokratis melalui media massa. Ketika program berita berbahasa Arab itu ditutup, satu stasiun televisi berita baru saja berdiri di Doha, Qatar. Namanya Al-Jazeera. Ia dibangun oleh Amir (Pemimpin) Qatar Sheikh Hamad yang memimpikan negerinya menjadi "Swiss-nya Timur Tengah" dengan modal 137 juta dolar AS. Melihat banyak talenta hebat eks Orbit menganggur, Al-Jazeera merekrut mereka dengan janji atmosfer kerja jurnalistik yang tak diintervensi pemiliknya. Sebanyak 120 dari 250 alumni BBC itu bergabung dengan Al-Jazeera. Banyak yang kemudian menjadi ikon Al-Jazeera. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, bangsa Arab mempunyai stasiun televisi berbahasa Arab tak berbayar, berada di tanah Arab, dan dikelola oleh orang Arab. Pada mulanya, materinya terbatas dengan sinyal siaran yang lemah. Al-Jazeera ingin memperkuat sinyal namun tak ada yang mau memberi slot, padahal slot diperlukan agar provider satelit memperkuat sinyal siaran. Tapi, entah kebetulan, Canal France International dari Prancis yang memasok program pendidikan untuk anak-anak ke banyak stasiun berita di dunia Arab, terpeleset karena menyiarkan program yang mestinya untuk pemirsa di kawasan lain. Parahnya, yang disiarkan adalah video porno berdurasi 30 menit di mana 30 juta orang Arab termasuk anak-anak yang sedang menunggu acara pendidikan, menontonnya. Tak ada maaf, Canal pun diusir dari Arab, tempatnya digantikan Al-Jazeera. Angan Al-Jazeera untuk bisa ditonton lebih banyak orang Arab pun terwujud. Dituduh Mengandalkan informasi kredibel nan akurat, talkshow-talkshow cerdas, kritis dan berkedalaman, Al-Jazeera langsung menyalip semua stasiun televisi Arab yang kebanyakan corong pemerintah. Kontroversi demi kontroversi lahir. Mereka mewawancarai warga Israel sehingga dituduh antek Israel. Uniknya, rezim Tel Aviv menuduhnya anti Israel karena liputan intensif mereka dalam gerakan intifadah. Semua musuh Israel, AS dan rezim Arab diwawancarainya, tapi mereka juga menayangkan pandangan AS, Israel dan pemerintah Arab. AS pernah menyebutnya agen demokrasi tapi sebutan ini pupus manakala Al-Jazeera meliput perang di Afghanistan dan Irak dengan cara yang berbeda dari CNN, Fox News dan umumnya media Barat termasuk BBC yang dikenal berimbang dan matang. Kini, AS mengatai Al-Jazeera sebagai agen Taliban dan moncong Usamah bin Laden. "Secara bersamaan kami dituduh anti Israel oleh Israel, dicap islamis (fundamentalis) oleh para pemimpin sekuler Arab, dikatai nasionalis Arab oleh Israel, AS dan kaum islamis, dituduh didanai CIA, Usamah bin Laden, dan Saddam Hussein. Lucu kan jadinya," kata Jihad Ballout, manajer pemberitaan Al-Jazeera (hal. 56). Sejumlah bironya di luar negeri ditutup oleh banyak pemerintah di Timur Tengah. AS bahkan membom biro mereka di Kabul dan Baghdad. Tidak itu saja, kru andalnya yang tengah naik daun, Tariq Ayub, meninggal dihajar misil AS saat "on cam" melaporkan invasi AS ke Irak. Ketika Colin Powell meminta Sheikh Hamad memakai pengaruhnya sebagai penyandang dana Al-Jazeera untuk menekan stasiun berita itu agar menurunkan intonasi laporannya yang menyudutkan AS, Sheikh menjawab, "Kehidupan parlementer menghendaki anda memiliki media bebas dan kredibel. Dan ini yang sedang kami bangun." (hal. 124). Al-Jazeera terus melaju, bahkan kerap berada di tempat-tempat di mana CNN, BBC, Fox News, dan media Barat tak berani mendatanginya sehingga liputannya dikutip media Barat. Tak hanya Timur Tengah, mereka menyusuri semua lokasi konflik di dunia. Al-Jazeera juga pecinta netralitas Jika stasiun televisi ini berubah partisan maka kredibilitas kami hancur untuk selamanya, kata Faisal al-Qasim, presenter acara unggulan Al-Jazeera, The Opposite Direction. Redaksi yang independen, dahaga melihat masalah dalam cara lain, keberanian menyingkap misteri dengan memburu sumber berita ke mana pun, kematangan kru saat mengupas masalah, dan kesetiaan pada etika jurnalistik soal bagaimana berita disampaikan ke publik yang semuanya dimiliki Al-Jazeera menjadi pelajaran penting, terutama bagi mereka yang berhasrat menjadi pemain kelas dunia. Miles berhasil membedah Al-Jazeera sehingga orang mengetahui betapa jauh langkah yang telah ditempuhnya. "Untuk pertama kalinya dalam ratusan tahun, informasi mengalir dari Timur ke Barat," kata Miles. Pesan tampilnya fenomena "suara timur" di pentas media global yang dikuasai pers Barat sehingga Miles menjudulinya dengan kalimat "challenged the world" inilah yang membuat buku ini dapat menginspirasi media non Barat dalam menentukan lagi posisinya. (*)