Pangkalpinang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meminta Badan Geologi Bandung untuk segera meneliti dan mengkaji 33 kilometer patahan yang ada di Selat Nasik, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan gempa dan tsunami.
"Kita sudah pernah menyampaikan patahan di Selat Nasik ke Badan Geologi Bandung, namun hingga kini belum pernah ditindaklanjuti," kata Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kepulauan Babel, Aswind di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan untuk mengetahui dampak dari patahan Selat Nasik ini diperlukan penelitian dan peralatan yang canggih untuk mengetahui kedalaman patahan, kekuatan gempa yang bisa timbul dan tingkat potensi tsunami yang ditimbulkan apabila patahan tersebut patah.
"Hingga saat ini belum ada kajian, apakah kejadian gempa di Selat Sunda itu terhubung ke patahan di Selat Nasik dan pada 2010 hal ini sudah disampaikan ke Badan Geologi di Bandung," katanya.
Menurut dia dalam mengantisipasi dan menanggulangi bencana gempa akibat patahan di laut Selat Nasik ini, BPBD Provinsi Kepulauan Babel mendorong pembentukan BPBD Kabupaten Bangka Selatan dan Belitung, karena dua daerah ini berhadapan langsung dengan patahan tersebut.
"Dua kabupaten ini berhadapan langsung dengan patahan tersebut, sehingga pemerintah lebih memfokuskan penanganan bencana kegempaan di dua daerah ini," katanya.
Ia menambahkan selama ini masyarakat beranggapan Babel bebas dari potensi gempa dan tsunami dan anggapan tersebut salah, karena adanya patahan sepanjang 33 kilometer di laut Selat Nasik.
"Kabupaten lain tetap kena dampak patahan ini, namun tidak separah di Kabupaten Bangka Selatan dan Belitung, karena dua daerah ini saling berhadapan dengan patahan tersebut," katanya. *
Baca juga: 1.659 rumah di Palu terkena garis patahan
Baca juga: Jakarta dikepung patahan aktif, rentan terdampak gempa
Badan Geologi diminta teliti patahan Selat Nasik Babel
18 Juli 2019 16:51 WIB
Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kepulauan Babel, Aswind (ANTARA/Aprionis)
Pewarta: Aprionis
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: