Pontianak (ANTARA) - Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimangtan Barat, Heronimus Hero menyebutkan bahwa hingga saat ini belum ada laporan dari petani atau petugas pertanian di lapangan terkait serangan serangan "Fall Armyworm" atau ulat grayak jagung yang kini menyebar di 12 provinsi di Indonesia, dua di antaranya di Kalimantan.

"Kita juga baru tahu ada dua provinsi di Kalimantan yang mulai terserang yakni Kalimantan Utara (Kaltara) dan Kalimantan Timur (Kaltim). Namun, untuk di Kalbar belum ada laporan soal ancaman serangan ulat tersebut," katanya di Pontianak, Kamis.

Sebelumnya, Badan Pangan Dunia (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa mengingatkan Provinsi Kalbar untuk mewaspadai ancaman serangan ulat grayak jagung yang kini menyebar di 12 provinsi di Indonesia.

Ia menjelaskan bahwa apa yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia akan menjadi perhatian pihaknya, terutama di daerah sentra jagung di Kalbar.

Daerah sentra jagung di Kalbar di antaranya seperti di Kabupaten Bengkayang, Mempawah, Landak, Kubu Raya dan daerah lainnya.

"Jika ada indikasi terserang ulat grayak Jjgung di Kalbar, kami minta petani atau petugas di lapangan melaporkan kejadian itu untuk ditangani dengan cepat," katanya.

Ia berharap kepada masyarakat, terutama petani jagung juga melakukan gerakan pengendalian hama penyakit terpadu. Untuk pengendalian tersebut beberapa metode bisa dikendalikan.

"Apa pun tantangannya ke depan atau termasuk soal hama, penting petani melakukan pengendalian hama penyakit secara terpadu. Serangan ulat tersebut bisa dikendalikan," katanya.

Ia menyebutkan pengendalian bisa dilakukan terutama dengan penanaman bibit yang tahan hama dan penyakit. Kemudian dalam mengelola tanah dengan perhatian khusus, contohnya dengan memberikan kapur.

"Kemudian bisa juga pengendalian secara alami. Soal itu memang tergantung kondisi alam kita yang baik seperti di sana banyak burung atau tawon yang merupakan musuh alami ulat," katanya.

Terkait luas tanam jagung di Kalbar pada 2019, ia menjelaskan seluas 50 ribu hektare, dan untuk target tentu di atas luas yang ada.

"Untuk produksi jagung sendiri di Kalbar, hingga pertengahan 2019 untuk jagung pipilan ada 166 ribu ton. Sedangkan yang langsung dikonsumsi 1/3 dari yang dipipil. Jagung yang dipipil mayoritas untuk pakan ternak," kata dia.

Ulat grayak jagung adalah serangga hama yang dapat menyerang, merusak atau menghancurkan tanaman jagung dan tanaman lainnya hanya dalam semalam.

Ulat tersebut mampu bermigrasi (menyebar) ratusan kilometer dan menjadi peringatan bagi petani kecil bahwa mata pencahariannya terancam.

"Fall Armyworm" pertama kali terdeteksi di Indonesia pada bulan Maret 2019 di Provinsi Sumatera Barat. Dalam waktu empat bulan saja hama ini telah menyebar ke 12 provinsi di Indonesia yaitu di provinsi di Pulau Sumatra, Jawa dan beberapa bagian Kalimantan.

Baca juga: FAO Indonesia ingatkan Kalbar waspada serangan Ulat Grayak Jagung

Baca juga: Kementan diminta waspadai masuknya ulat grayak "Fall Armyworm"

Baca juga: Kementan antisipasi serangan hama ulat grayak di Indonesia