Wapres: Indonesia Bukan Lagi Negara Miskin
11 Maret 2008 18:26 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan Indonesia tidak lagi masuk sebagai negara berkembang yang miskin melainkan negara berkembang menengah, dengan tingkat pendapatan per kapita 2.000 dolar AS atau lebih tinggi dibanding 10 tahun silam yang tercatat 1.000 dolar AS.
"Pencapaian pendapatan per kapita sebesar 2.000 dolar AS itu naik empat kali lipat dalam kurun waktu sepuluh tahun setelah krisis," katanya di kampus Universitas Indonesia, Depok, Selasa.
Wapres mengatakan hal itu saat memberikan ceramah dalam seminar bertajuk "Mencari Identitas Politik Luar Negeri Indonesia" yang diselenggarakan dalam lomba ilmiah mahasiswa sosial politik di FISIP-UI.
Ia mengatakan, dengan GDP sebesar Rp4.000 triliun serta pendapatan per kapita 2.000 dolar menandakan Indonesia saat ini bukan lagi negara berkembang miskin, tetapi negara berkembang menengah.
Pihaknya mengakui, meski begitu Indonesia masih harus menghadapi kenaikan sejumlah harga bahan pokok seperti minyak goreng, tepung terigu dan kedelai.
"Namun, itu terjadi sebagai dampak ekonomi global dimana harga minyak mentah dunia naik, harga kedelai naik dan sebagainya dan kenaikan komoditas itu hanya merupakan satu setengah persen dari total konsumsi nasional," tuturnya.
Selain itu, tambah Wapres, meski terjadi kenaikan pada tiga komoditas, yakni minyak goreng, kedelai dan tepung, tidak disertai dengan kenaikan harga beras, gula dan minyak tanah.
"Akibatnya, pemerintah juga tidak bisa sertamerta melakukan pembangunan secara besar-besaran seperti pembangunan jalan tol berpuluh-puluh kilometer dan tambahan daya listrik hingga 2.000 Mw per tahun," ucapnya.
Itu dikarenakan, setiap anggaran yang telah disetujui parlemen sebagian besar atau sekitar 40 persen dialokasikan untuk membayar utang luar negeri, bunga utang dan subsidi.
"Itu menghabiskan sekitar Rp300 triliun per tahun. Itu tidak bisa dihindari karena kita juga tidak ingin ekonomi kita terlalu susah," ujar Wapres.
"Saya yakin, apabila tidak terjadi lonjakan harga minyak tanah dunia, pertumbuhan ekonomi nasional bisa mencapai delapan persen per tahun," ujarnya.
Wapres menegaskan, suatu bangsa akan dihargai secara internasional jika didukung oleh sistem ekonomi yang kuat.
"Saat ini, banyak negara yang membutuhkan kita, baik untuk sawit, gas dan sebagainya. Posisinya kita unggul. Berbeda dengan dulu. Sejak saya menjalankan pemerintahan ini bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tidak pernah kami jalan-jalan ke luar negeri untuk minta bantuan," kata Jusuf Kalla.(*)
Pewarta:
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008
Tags: