PT Garam : Serapan garam rakyat diperkirakan capai 30 ribu ton
17 Juli 2019 18:33 WIB
Petani memanen garam di areal tambak garam rakyat Desa Kedungmutih, Wedung, Demak, Jawa Tengah, Senin (8/7/2019). Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan, stok garam nasional produksi tahun 2018 hingga per 4 Juli 2019 tercatat 435.068,86 ton, meliputi 237.068,86 ton hasil garam rakyat dan 198.000 ton milik PT Garam (Persero), dengan penyerapan garam rakyat oleh industri pengolahan sebesar 960.000 ton. ANTARA FOTO/Aji Styawan/foc. (ANTARA FOTO/AJI STYAWAN)
Surabaya (ANTARA) - PT Garam (Persero) tahun 2019 diperkirakan hanya akan menyerap garam rakyat sebanyak 30 ribu ton, karena stok garam produksi 2018 masih belum seluruhnya terserap.
'Direktur Utama PT Garam, Budi Budi Sasongko di Surabaya, Rabu mengatakan, garam yang diserap pada 2018 lalu sebanyak 120 ribu masih idle stock, sebenarnya pada tahun ini perusahaan merencanakan untuk menyerap garam rakyat sebanyak 135 ribu ton.
"Untuk menyerap garam rakyat itu membutuhkan dana yang cukup besar, sedangkan anggaran yang dimiliki untuk melakukan penyerapan terbatas," katanya .
Ia mengatakan, penjualan dari garam itu sebagai "revolving fund" atau dana bergulir untuk melakukan penyerapan kembali pada tahun berikutnya, namun pihaknya masih kesulitan menjual karena harga garam terpaut jauh dengan harga jual rata-rata garam saat ini.
"Dulu kami menyerap garam dengan harga Rp1.400 per kg-1.500 per kg, namun sekarang turun sekitar Rp1.000 per kg. Dan kami akan serap sesuai dengan sisa dana dari PMN (Penyertaan Modal Negara) yang didapat pada 2015 lalu,'' tuturnya.
Saat ini, kata dia, dana PMN yang dimiliki sebanyak Rp30 miliar atau dengan estimasi harga garam Rp1.000 per kg, hal itu hanya cukup untuk menyerap sebanyak 30 ribu ton garam.
Ia mengatakan, secara PSO PT Garam sudah persero dan kalau dana habis tidak ada kewajiban untuk menyerap, sebab tidak hanya PT Garam yang menyerap garam rakyat, sejumlah industri besar juga melakukan penyerapan, seperti PT Unichem Candi Indonesia dan PT Susanti Megah yang masing-masing sekitar 40 ribu ton.
''Pertanyaannya, yang diserap industri adalah garam K1 atau kualitas pertama. Karena kami berharap dengan menyerap K1 proses olahan bisa sesuai dengan kualitas yang diinginkan,'' ujarnya.
Karena itu, kata dia, peningkatan kualitas produksi garam saat ini harus terus dilakukan, meski setiap industri membutuhkan garam dengan kualitas berbeda-beda.
Baca juga: Petani garam rakyat fokus intensifikasi dorong produksi
Baca juga: Tingkatkan garam berkualitas KKP terus kembangkan sentra produksi
'Direktur Utama PT Garam, Budi Budi Sasongko di Surabaya, Rabu mengatakan, garam yang diserap pada 2018 lalu sebanyak 120 ribu masih idle stock, sebenarnya pada tahun ini perusahaan merencanakan untuk menyerap garam rakyat sebanyak 135 ribu ton.
"Untuk menyerap garam rakyat itu membutuhkan dana yang cukup besar, sedangkan anggaran yang dimiliki untuk melakukan penyerapan terbatas," katanya .
Ia mengatakan, penjualan dari garam itu sebagai "revolving fund" atau dana bergulir untuk melakukan penyerapan kembali pada tahun berikutnya, namun pihaknya masih kesulitan menjual karena harga garam terpaut jauh dengan harga jual rata-rata garam saat ini.
"Dulu kami menyerap garam dengan harga Rp1.400 per kg-1.500 per kg, namun sekarang turun sekitar Rp1.000 per kg. Dan kami akan serap sesuai dengan sisa dana dari PMN (Penyertaan Modal Negara) yang didapat pada 2015 lalu,'' tuturnya.
Saat ini, kata dia, dana PMN yang dimiliki sebanyak Rp30 miliar atau dengan estimasi harga garam Rp1.000 per kg, hal itu hanya cukup untuk menyerap sebanyak 30 ribu ton garam.
Ia mengatakan, secara PSO PT Garam sudah persero dan kalau dana habis tidak ada kewajiban untuk menyerap, sebab tidak hanya PT Garam yang menyerap garam rakyat, sejumlah industri besar juga melakukan penyerapan, seperti PT Unichem Candi Indonesia dan PT Susanti Megah yang masing-masing sekitar 40 ribu ton.
''Pertanyaannya, yang diserap industri adalah garam K1 atau kualitas pertama. Karena kami berharap dengan menyerap K1 proses olahan bisa sesuai dengan kualitas yang diinginkan,'' ujarnya.
Karena itu, kata dia, peningkatan kualitas produksi garam saat ini harus terus dilakukan, meski setiap industri membutuhkan garam dengan kualitas berbeda-beda.
Baca juga: Petani garam rakyat fokus intensifikasi dorong produksi
Baca juga: Tingkatkan garam berkualitas KKP terus kembangkan sentra produksi
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: