Rasio desa berlistrik di NTT capai 87,95 persen
17 Juli 2019 12:22 WIB
Sejumlah warga membantu menurunkan panel surya dari kapal nelayan untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang lisstriknya di distribusikan ke pulau-pulau kecil di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. ANTARA/HO-PT PLN Wilayah NTT/aa
Kupang (ANTARA) - Rasio desa berlistrik di provinsi setempat telah mencapai 87,95 persen pada Juni 2019, kata Manager Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan (UP2K) Kupang, PT PLN (Persero) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Joko Martono.
"Rasio desa berlistrik ini meningkat sekitar 11,6 persen dari posisi kita per Desember 2018 sebesar 76,23 persen," katanya ketika dihubungi Antara di Kupang, Rabu.
Ia mengatakan, kondisi rasio desa berlistrik ini setara dengan 2.949 desa dari tota sebanyak 3.353 desa yang menyebar di provinsi berbasiskan kepulauan itu.
Joko mengakui upaya melistriki desa-desa di NTT memiliki tantangan tersendiri, terutama karena banyak desa yang berada di pelosok maupun pulau-pulau kecil.
Untuk itu, lanjutnya, strategi melistriki desa-desa di pulau-pulau kecil dilakukan dengan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
"Karena sulit dijangkau dengan jaringan transmisi kami yang eksisting di pulau besar seperti Pulau Timor dan Pulau Flores," katanya.
Ia menambahkan, "Sementara listrik untuk desa-desa pelosok namun berada di pulau-pulau besar di NTT tinggal ditarik dari jaringan yang eksisting."
Joko mengatakan, pembangunan listrik desa akan terus digenjot karena masih tersisa sekitar 404 desa yang ditargetkan semuanya terlistriki paling lambat hingga 2020.
Baca juga: PLN NTT alirkan listrik ke 106 rumah di Pulau Salura
Baca juga: Pada 2019, semua desa di NTT berlistrik
"Rasio desa berlistrik ini meningkat sekitar 11,6 persen dari posisi kita per Desember 2018 sebesar 76,23 persen," katanya ketika dihubungi Antara di Kupang, Rabu.
Ia mengatakan, kondisi rasio desa berlistrik ini setara dengan 2.949 desa dari tota sebanyak 3.353 desa yang menyebar di provinsi berbasiskan kepulauan itu.
Joko mengakui upaya melistriki desa-desa di NTT memiliki tantangan tersendiri, terutama karena banyak desa yang berada di pelosok maupun pulau-pulau kecil.
Untuk itu, lanjutnya, strategi melistriki desa-desa di pulau-pulau kecil dilakukan dengan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
"Karena sulit dijangkau dengan jaringan transmisi kami yang eksisting di pulau besar seperti Pulau Timor dan Pulau Flores," katanya.
Ia menambahkan, "Sementara listrik untuk desa-desa pelosok namun berada di pulau-pulau besar di NTT tinggal ditarik dari jaringan yang eksisting."
Joko mengatakan, pembangunan listrik desa akan terus digenjot karena masih tersisa sekitar 404 desa yang ditargetkan semuanya terlistriki paling lambat hingga 2020.
Baca juga: PLN NTT alirkan listrik ke 106 rumah di Pulau Salura
Baca juga: Pada 2019, semua desa di NTT berlistrik
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: