Mataram (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mendorong hilirisasi komoditas pertanian untuk mendorong daya saing ekonomi daerah.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTB, Achris Sarwani, di Mataram, Selasa, mengatakan tantangan alam dihadapi oleh sektor pertanian di NTB, namun peluang di sektor tersebut cukup besar.

"Hasil komoditas seperti jagung, kopi, minyak atsiri, kelapa, sayur-mayur, tembakau, ikan, rumput laut dan daging menjadi komoditas yang berpeluang besar untuk ditingkatkan nilai tambahnya melalui hilirisasi," katanya.

Menurut Achris, ekonomi NTB pasca gempa sudah mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif, namun masih rendah.

Tantangan ekonomi terkait eksternal juga mempengaruhi ekonomi NTB. Di sisi lain, sumber daya alam yang cukup besar memiliki potensi untuk dimanfaatkan, terutama potensi sektor pertanian.

Ia menambahkan sektor pertanian merupakan salah satu sektor utama dengan "share" terbesar dalam pendapatan domestik regional bruto (PDRB), yaitu 23,41 persen pada triwulan I-2019 dan menyerap sebanyak 864 ribu tenaga kerja atau sebesar 36 persen.

Berdasarkan hasil kajian Bank Indonesia, diperlukan sekitar 36 tahun untuk meningkatkan PDRB dua kali lipat dengan asumsi pertumbuhan hanya 2 persen (yoy) per tahun. Sedangkan jika dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5 persen (yoy) per tahun diperlukan waktu sekitar 12-15 tahun untuk meningkatkan PDRB dua kali lipat.

"Sehingga dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, maka tingkat kemiskinan di NTB sebesar 14,56 persen dapat lebih cepat diatasi," katanya.

Sekretaris Daerah NTB, Iswandi, mengatakan industrialisasi menjadi program unggulan NTB sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan.

Selain sektor pertanian, sektor lainnya diharapkan juga menjadi penopang pertumbuhan ekonomi.

"Diperlukan sinergi antar pemerintah provinsi, kabupaten/kota, pelaku usaha dan perbankan untuk menyukseskan hilirisasi komoditas sektor utama," katanya.

Baca juga: BI latih 355 UMKM NTB manfaatkan internet

Baca juga: BI NTB terus dorong implementasi transaksi non-tunai