Gelombang tinggi perairan Kayong Utara diingatkan BMKG pada nelayan
16 Juli 2019 10:21 WIB
Tim SAR gabungan, Selasa (16/72019) kembali melakukan pencarian terhadap empat ABK dari Tugboat Mega 09 yang hingga kini masih belum ditemukan, sementara rekan mereka sebanyak lima orang ditemukan selamat setelah tugboat tersebut karam dihantam gelombang di Perairan Pesaguan, Kabupaten Ketapang, Kalbar, Senin (15/7). (FOTO ANTARA/HO-Istimewa)
Pontianak (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Rahadi Oesman Kelas III Ketapang, Kalimantan Barat, Aqil Ihsan mengingatkan kepada para nelayan agar meningkatkan kewaspadaan di sekitar perairan Kayong Utara karena potensi gelombang dapat mencapai 2,5 meter.
"Imbauan tersebut kami disampaikan sebagai bentuk kewaspadaan kepada nelayan agar tidak turun ke laut, seperti tenggelamnya sebuah tug boat Mega 9 akibat dihantam gelombang tinggi di perairan Ketapang Senin (15/7)," katanya di Ketapang, Selasa.
Dalam surat resmi yang diterbitkan BMKG tentang peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku sejak 15 sampai 18 Juli 2019, menjelaskan terjadi pusat tekanan rendah 1007 hPa di Samudra Pasifik Utara Papua, pola angi di wilayah utara equator umumnya di wilayah tenggara dan Barat daya dengan kecepatan 4 – 25 knot.
Terdapat 18 titik perairan yang mengalami gelombang tinggi mulai 1,25 meter sampai 2,25 meter, di antaranya di peraitan laut Natuna dan Perairan Karimata.
"Harap diperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran, perahu nelayan, karena kecepatan angin lebih dari 15 knot sehingga berpotensi terjadi gelombang tinggi diatas 1,25 meter," kata Aqil Ihsan.
"Untuk Kapal kecil termasuk kategori berbahaya, sehingga perlu kewaspadaan, dan jika memungkinkan agar menunda dulu niat untuk melaut dalam beberapa waktu kedepan," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Kantor SAR Pontianak, Hery Marantika menyatakan, tim SAR gabungan Selasa ini kembali melakukan pencarian terhadap empat ABK dari Tugboat Mega 09 yang hingga kini masih belum ditemukan.
Sementara rekan ABK mereka sebanyak lima orang sudah ditemukan selamat setelah tugboat tersebut karam karena dihantam gelombang di Perairan Pesaguan, Kabupaten Ketapang, Kalbar, Senin (15/7).
Baca juga: SAR Pontianak: Empat ABK tugboat mega 09 masih hilang
Baca juga: KM Kayong Utara kandas, seluruh penumpang selamat
Baca juga: SAR imbau Kayong utara pertimbangkan Festival Karimata
"Imbauan tersebut kami disampaikan sebagai bentuk kewaspadaan kepada nelayan agar tidak turun ke laut, seperti tenggelamnya sebuah tug boat Mega 9 akibat dihantam gelombang tinggi di perairan Ketapang Senin (15/7)," katanya di Ketapang, Selasa.
Dalam surat resmi yang diterbitkan BMKG tentang peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku sejak 15 sampai 18 Juli 2019, menjelaskan terjadi pusat tekanan rendah 1007 hPa di Samudra Pasifik Utara Papua, pola angi di wilayah utara equator umumnya di wilayah tenggara dan Barat daya dengan kecepatan 4 – 25 knot.
Terdapat 18 titik perairan yang mengalami gelombang tinggi mulai 1,25 meter sampai 2,25 meter, di antaranya di peraitan laut Natuna dan Perairan Karimata.
"Harap diperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran, perahu nelayan, karena kecepatan angin lebih dari 15 knot sehingga berpotensi terjadi gelombang tinggi diatas 1,25 meter," kata Aqil Ihsan.
"Untuk Kapal kecil termasuk kategori berbahaya, sehingga perlu kewaspadaan, dan jika memungkinkan agar menunda dulu niat untuk melaut dalam beberapa waktu kedepan," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Kantor SAR Pontianak, Hery Marantika menyatakan, tim SAR gabungan Selasa ini kembali melakukan pencarian terhadap empat ABK dari Tugboat Mega 09 yang hingga kini masih belum ditemukan.
Sementara rekan ABK mereka sebanyak lima orang sudah ditemukan selamat setelah tugboat tersebut karam karena dihantam gelombang di Perairan Pesaguan, Kabupaten Ketapang, Kalbar, Senin (15/7).
Baca juga: SAR Pontianak: Empat ABK tugboat mega 09 masih hilang
Baca juga: KM Kayong Utara kandas, seluruh penumpang selamat
Baca juga: SAR imbau Kayong utara pertimbangkan Festival Karimata
Pewarta: Andilala dan Rizal
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: