Denpasar (ANTARA News) - Setelah diwarnai kemacetan di mana-mana menyusul pawai ribuan ogoh-ogoh --patung raksasa lambang keburukan yang dikalahkan oleh kebaikan-- di berbagai jalan di Bali, menyongsong Nyepi, sejak Kamis tengah malam lampu penerangan jalan dan pengatur lalulintas mulai dimatikan. Dalam kondisi gelap itu, petugas kebersihan tetap menyapu di berbagai jalan, seperti di Kota Denpasar, termasuk memunguti serakkan bekas ogoh-ogoh yang berhamburan di berbagai pinggiran jalan. Ratusan petugas kebersihan berkaos hijau menyebar di berbagai jalan di Denpasar, seperti Jalan Imam Bonjol, Teuku Umar, Cokro Aminoto dan Jalan Gatot Subroto, didukung armada truk sampah yang terus mengikutinya. Kawasan Jalan Raya Kuta, Jalan Pantai Kuta, hingga menuju bandara dan arah Nusa Dua, lampu penerangan jalan umum dan pengatur lalulintas juga sudah mulai dipadamkan. Lampu penerangan masih terlihat dari sebagian rumah penduduk di pinggir jalan, namun untuk bangunan toko dan kantor perusahaan yang tampaknya sudah tidak "berpenghuni" kondisinya juga sudah gelap. Lampu beberapa papan iklan masih terlihat menyala, namun sebagian besar sudah dimatikan. Di saat jalanan mulai gelap itu, deru pesawat terbang masih hilir-mudik menaikkan dan menurunkan penumpang, terutama di terminal internasional Bandara Ngurah Rai. Serakan rangkaian bambu dan aneka kertas bekas ogoh-ogoh, yakni patung raksasa lambang keburukan yang dikalahkan oleh kebaikan, juga masih bergeletakan di pinggir sejumlah jalan di Kuta. Hanya saja di kawasan wisata paling ramai di Bali ini sampai tengah malam tak terlihat aktivitas petugas kebersihan dari Pemerintah Kabupaten Badung. Keramaian masih tampak di sekitar banjar, baik di Kuta maupun di Denpasar, yang menjadi tempat berkumpul masyarakat ketika hendak berangkat dan kembali dari pawai mengarak Ogoh-ogoh. Di sejumlah kantor banjar (dusun), seperti di Jalan Raya Kuta dan Jalan Imam Bonjol, Denpasar, puluhan pemuda bahkan masih terlihat berjingkrak-jingkrak hingga di tengah jalan dengan iringan musik keras. Sejauh ini belum diperoleh informasi terjadinya keributan antar kelompok pawai Ogoh-ogoh yang biasanya selalu terjadi saat menjelang memasuki prosesi ritual "tapa brata penyepian".(*)