"Masih banyak masyarakat menganggap sepele tanaman bakau karena tidak memahami manfaat dan fungsi bakau, kalau sudah terjadi tsunami seperti di Aceh mereka baru akan sadar pentingnya keberadaan hutan bakau," kata Sri Puryono di Semarang, Senin.
Kendati demikian, dari total luas tersebut hanya hanya 22 persen yang kondisinya bagus, sedangkan sisanya menjadi pekerjaan rumah pemerintah, masyarakat, akademika dan pihak-pihak lainnya untuk bersama-sama memperbaiki kerusakan serta melestarikannya.
Menurut Sekda, jika keberadaan hutan bakau yang membentang di pesisir pantai utara Rembang hingga Brebes, serta pantai selatan meliputi Cilacap, Purworejo, dan Kebumen, dapat dikelola dengan baik akan memberikan fungsi ekologi, ekonomi, serta sosial.
Baca juga: Masyarakat diimbau jangan rusak hutan bakau
Sekda mencontohkan hutan bakau di kawasan Mangunharjo, Kota Semarang, dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata yang menarik dan edukatif. Untuk pengembangan ekowisata berbasis sumber daya tanaman bakau tersebut, pemerintah dapat menggandeng akademisi maupun lulusan perguruan tinggi.
"Tidak kalah penting adalah keterlibatan dan partisipasi masyarakat kawasan hutan bakau," katanya.
Baca juga: Sulut kembangkan hutan mangrove jadi destinasi wisata
Baca juga: Meniti jalan jadikan Hutan Bakau Tongke-Tongke magnet wisata Sinjai