Yangon (ANTARA) - Hujan lebat dan tingginya permukaan sungai selama beberapa hari di Myanmar memaksa lebih dari 18.000 orang meninggalkan rumah mereka dan membanjiri setidaknya satu kamp pengungsi korban pertempuran baru-baru ini, menurut pihak berwenang dan seorang politikus pada Senin.
Empat kota di sepanjang Sungai Ayeyarwady dan Chindwin berisiko besar terendam banjir saat sungai-sungai tersebut meluap, menurut Departemen Penanggulangan Bencana.
"Kami bersama pihak berwenang setempat sedang berkoordinasi membantu para warga dan menyediakan makanan," kata direktur departemen, Phyu Lai Lai Htun.
Lebih banyak orang diprediksikan harus meninggalkan rumah mereka pada Senin, kata dia.
Hujan lebat melanda negara tropis Asia Tenggara itu selama musim hujan Mei hingga Oktober, yang terkadang memicu banjir.
Negara bagian utara, Kachin, merupakan yang paling parah terkena dampak, dengan 14.000 orang diharuskan meninggalkan rumah mereka di dekat tepi sungai Ayeyarwady.
Sejumlah foto yang dipublikasi media menunjukkan banyak rumah, kendaraan dan jalan di Ibu Kota negara Bagian Myitkyina terendam.
Banjir juga memaksa 3.000 warga di Negara Bagian Rakhine direlokasi, menurut departemen tersebut.
Sumber: Reuters
Baca juga: Dunia didesak hentikan dukungan keuangan bagi militer Myanmar
Baca juga: Keselamatan jadi aspek utama repatriasi Rohingya
Banjir di Myanmar paksa ribuan warga mengungsi
15 Juli 2019 22:11 WIB
Ilustrasi Warga berjalan melewati air saat menyeberangi jalan yang terputus dari lalu lintas akibat banjir setelah hujan lebat di kota Minhla, distrik Magwe, Myanmar. (REUTERS/Damir Sagolj) (Istimewa)
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019
Tags: