Menperin akan cek harga semen untuk lindungi produk lokal
15 Juli 2019 21:40 WIB
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto saat ditemui di Gedung Nusantara I Komplek Parlemen RI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Senin (15/7/2019). (ANTARAnews/ Abdu Faisal)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, mengakui ada beberapa semen impor bermerek tertentu yang memiliki harga yang lebih murah dari semen lokal. Untuk itu, dia akan mengkoordinasikan jajarannya guna mengecek kondisi di pasar.
"Nanti kami cek, karena ada beberapa semen merek tertentu yang produksinya ada di dua-tiga pabrik," ujar Menperin usai rapat dengan Komisi VI DPR di Gedung Nusantara I Komplek Parlemen RI Jakarta, Senin.
Ia menambahkan semen bermerek Cina memiliki harga yang relatif lebih murah dari semen lokal. Beberapa semen bermerek Cina yang beredar di antaranya Conch, Hippo dan lainnya. Semen Hippo ukuran 50 kilogram di Jakarta dijual seharga Rp47.000 per sak.
Jika dibandingkan dengan semen lokal merek Tiga Roda yang dijual seharga Rp54.400 per sak di Jakarta. Ada selisih sekitar Rp7.000 antara semen bermerek China dan lokal.
Perbedaan harga juga terjadi pada semen ukuran 40 kilogram. Di salah satu toko e-commerce, semen bermerek China Conch ukuran 40 kilogram di Jakarta dibanderol sekitar Rp34.300 per sak. Sementara untuk semen lokal Tiga Roda ukuran 40 kilogram dijual dengan harga sekitar Rp39.800 per sak.
Kinerja industri semen meningkat pada 2019 dibanding dengan 2018, karena didorong upaya pemerintah untuk terus menciptakan iklim usaha yang kondusif di Tanah Air. Menperin terus mendorong peningkatan konsumsi semen di pasar domestik melalui beberapa peluang proyek yang sedang berjalan, terutama yang dicanangkan oleh pemerintah.
Misalnya, program pembangunan sektor infrastruktur, properti, dan manufaktur.
Langkah lainnya, Kemenperin mengarahkan industri penggilingan semen (grinding plant) di dalam negeri yang menggunakan bahan baku klinker, diharapkan dapat menyerap dari produksi lokal, sebagau upaya mengurangi impor produk serupa.
Airlangga menjelaskan kebijakan-kebijakan tersebut merupakan bentuk komitmen pemerintah untuk menjaga iklim usaha tetap kondusif sehingga industri semen nasional dapat tumbuh dan berkembang.
“Kami juga mendorong diversifikasi produk barang-barang dari semen serta penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) semen secara wajib,” imbuhnya.
Baca juga: Analis: sektor semen mulai menggeliat, kinerja keuangan akan positif
Baca juga: Menteri BUMN luncurkan program Semen Turun Harga
"Nanti kami cek, karena ada beberapa semen merek tertentu yang produksinya ada di dua-tiga pabrik," ujar Menperin usai rapat dengan Komisi VI DPR di Gedung Nusantara I Komplek Parlemen RI Jakarta, Senin.
Ia menambahkan semen bermerek Cina memiliki harga yang relatif lebih murah dari semen lokal. Beberapa semen bermerek Cina yang beredar di antaranya Conch, Hippo dan lainnya. Semen Hippo ukuran 50 kilogram di Jakarta dijual seharga Rp47.000 per sak.
Jika dibandingkan dengan semen lokal merek Tiga Roda yang dijual seharga Rp54.400 per sak di Jakarta. Ada selisih sekitar Rp7.000 antara semen bermerek China dan lokal.
Perbedaan harga juga terjadi pada semen ukuran 40 kilogram. Di salah satu toko e-commerce, semen bermerek China Conch ukuran 40 kilogram di Jakarta dibanderol sekitar Rp34.300 per sak. Sementara untuk semen lokal Tiga Roda ukuran 40 kilogram dijual dengan harga sekitar Rp39.800 per sak.
Kinerja industri semen meningkat pada 2019 dibanding dengan 2018, karena didorong upaya pemerintah untuk terus menciptakan iklim usaha yang kondusif di Tanah Air. Menperin terus mendorong peningkatan konsumsi semen di pasar domestik melalui beberapa peluang proyek yang sedang berjalan, terutama yang dicanangkan oleh pemerintah.
Misalnya, program pembangunan sektor infrastruktur, properti, dan manufaktur.
Langkah lainnya, Kemenperin mengarahkan industri penggilingan semen (grinding plant) di dalam negeri yang menggunakan bahan baku klinker, diharapkan dapat menyerap dari produksi lokal, sebagau upaya mengurangi impor produk serupa.
Airlangga menjelaskan kebijakan-kebijakan tersebut merupakan bentuk komitmen pemerintah untuk menjaga iklim usaha tetap kondusif sehingga industri semen nasional dapat tumbuh dan berkembang.
“Kami juga mendorong diversifikasi produk barang-barang dari semen serta penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) semen secara wajib,” imbuhnya.
Baca juga: Analis: sektor semen mulai menggeliat, kinerja keuangan akan positif
Baca juga: Menteri BUMN luncurkan program Semen Turun Harga
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: