Padang, (ANTARA) - Bagi warga Kota Pariaman, Sumatera Barat, sala lauak atau lauk merupakan salah satu penganan pelengkap saat menyantap sarapan dan menjadi kudapan saat senja, bahkan menu utama untuk berbuka puasa.
Maka tidak heran kudapan yang kaya karbohidrat dan gizi tersebut mudah ditemukan di kota berjuluk dengan kota Tabuik itu.
Bahkan di sejumlah objek wisata pantai di Kota Pariaman tercatat ada 40 pedagang yang menjual sala dengan beberapa variasinya.
Mulai dari yang berbentuk bulat seperti pingpong dan pipih seperti kerupuk, dari yang renyah hingga lembut, dari rasa ikan asin hingga cumi, udang, dan kepiting.
Hal itu tentu bertujuan untuk memvariasikan rasa dan bentuk guna menyesuaikan dengan lidah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tersebut.
Salah seorang pedagang sala lauak di Pantai Gandoriah Nurseha (42) mengatakan untuk hari biasa hasil jual belinya dalam sehari bisa mencapai Rp300.000. Angka tersebut akan meningkat pada masa liburan karena jumlah wisatawan meningkat yang berasal dari berbagai daerah.
"Yang beli sebagian besar wisatawan, mulai dari dalam hingga luar provinsi, di antaranya Pekanbaru dan Jambi," katanya.
Meskipun wisatawan menggemari kudapan tradisional khas Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman itu namun sala belum bisa menjadi oleh-oleh yang tahan berhari-hari.
"Sala enaknya kalau disajikan dalam keadaan masih hangat. Jika digoreng pagi maka malamnya sala tidak lagi enak," ujarnya.
Oleh Karena itu, ia berharap Pemerintah Kota (Pemko) Pariaman mencarikan solusi agar sala dapat menjadi penganan yang dapat tahan lama untuk dijadikan oleh-oleh sehingga dapat dibawa ke seluruh daerah di Indonesia bahkan ke luar negeri.
Guna mencarikan solusi terhadap permasalahan tersebut Pemko Pariaman menggandeng sejumlah akademisi dan pengusaha di Sumbar. Bahkan menyelenggarakan lomba masak variasi sala bertajuk "sejuta sala" pada Rabu (10/7) dengan jumlah peserta ratusan ibu-ibu yang dibagi ke dalam 100 tim.
Lomba tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan Pariaman Expo 2019 yang dilaksanakan 7 hingga 13 Juli sebagai peringatan HUT Kota Pariaman yang ke-17.
Dengan banyaknya peserta yang merupakan pedagang sala di Kota Pariaman tersebut membuat aroma rebusan daun bawang memecah kelembaban udara di Pantai Gandoriah pada Rabu pagi itu.
Ratusan ibu-ibu sibuk menggongseng tepung beras yang merupakan salah satu dari sejumlah bahan membuat sala lauak.
Lalu secara perlahan ibu-ibu itu menyiramkan air daun bawang dan rempah lainnya yang masing hangat ke tepung beras yang baru selesai digongseng sambil mengaduknya agar merata sehingga adonan bisa dibentuk.
Adonan itu pun diisi dengan ikan asin yang telah dipotong kecil-kecil. Lalu dibulatkan seperti bola pingpong, lalu digoreng.
Itu merupakan salah satu cara membuat sala yang berkembang di Pariaman dan mudah dilakukan bagi ratusan ibu yang dibagi ke dalam 100 tim tersebut.
Namun berbeda pada pagi itu, ibu-ibu peserta lomba memasak sala harus lebih kreatif sehingga tercipta sala dengan rasa dan bentuk yang baru tapi tetap digemari oleh masyarakat.
Seperti hal dengan Asnita (35) peserta lomba yang sehari-hari menjual sala lauk di daerah Kota Pariaman dengan harga Rp500 per butir.
Ia sering mendapatkan pesanan untuk pesta pernikahan dan syukuran yang dilaksanakan oleh pelanggan.
Tapi pagi itu, peserta harus menyajikan sala tidak saja seperti biasanya namun juga variasi lainnya. Mulai dari bentuk yang diberi nama sala ketawa, sala telur, sala risol, sala naget, sala sosis, hingga rasa yang bervariasi yaitu sala rasa cokelat, keju, mayones serta belasan bentuk dan rasa lainnya.
Dengan bentuk dan rasa yang baru tersebut membuat Asnita beserta peserta lainnya menemukan sejumlah kendala diantaranya penganan itu meletup saat digoreng. Padahal untuk sala lauak ibu-ibu tentu sudah menemukan cara agar kudapan itu tidak meletup.
Wali Kota Pariaman Genius Umar mengatakan lomba masak variasi sala tersebut bertujuan untuk memunculkan ide kreatif pedagang penganan itu di Kota Pariaman.
Hal tersebut karena hingga saat ini variasi sala di Kota Pariaman tidak jauh berubah dan meskipun kudapan itu telah ada sejak lama namun belum menjadi kelas industri besar atau hanya dijual oleh pelaku usaha kecil.
Menurutnya hal tersebut terjadi karena kurangnya variasi sala dan permasalahan kemasan yang mendukung sehingga kudapan itu tidak dapat diproduksi secara masal.
Baca juga: BPOM Sumbar akan pidanakan penjual makanan kedaluwarsa
Menciptakan kemasan
Untuk itu Pemko Pariaman bekerja sama dengan sejumlah akademisi beserta pengusaha bumbu ternama di Sumbar menargetkan dalam tahun ini kemasan khusus untuk sala lauak sudah dapat diciptakan.
Dengan kemasan tersebut maka sala tidak saja dijual untuk oleh-oleh namun juga dapat dititipkan di swalayan dan pasar modern lainnya.
Ia meyakini hal tersebut dapat dilakukan karena sejumlah makanan lainnya bisa dibawa ke jumlah daerah untuk oleh-oleh di antaranya empek empek Palembang dan dodol Garut.
"Apabila ini terlaksana maka kami akan memanfaatkan perantau Pariaman yang tidak saja ada di dalam negeri namun juga luar negeri untuk mempromosikan sala ini," kata dia.
Bahkan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman pihaknya juga sedang merambah ke pasar digital dengan membuat website Pariaman Mall. Pariaman Mall tersebut, lanjutnya akan menjual hasil kerajinan warga serta makanan yang dibuat oleh industri kecil menengah di Kota Pariaman.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pariaman Gusniyetti Zaunit mengatakan website tersebut masih dalam pegembangan.
"Namun dalam waktu dekat akan website ini akan kami luncurkan," ujar dia.
Dengan adanya website tersebut maka konsumen dapat memesan langsung produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha di Kota Pariaman.
Adapun produk kerajinan tersebut di antaranya sulaman emas, bordir, sepatu, peci, dan tikar. Sedangkan makanan yaitu di antaranya ladu, kipang kacang, dan kripik. Tidak menutup kemungkinan sala lauak juga diperjualbelikan dalam Pariaman Mall dan menjadi makanan favorit di website tersebut.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit saat sambutan pada pembukaan Pariaman Expo 2019 mendorong pedagang untuk mengkreasikan bentuk dan rasa sala.
"Namun untuk sala lauak tetap dipertahankan dan jangan sampai rasa khas ikan dalam sala hilang. Sekarang kan banyak yang berjualan yang membuat sala lauak tapi tidak ada rasa ikannya," katanya.
Ia pun mendorong Pemko Pariaman agar sala dapat dijual melalui internet sehingga konsumen dapat membeli cemilan itu melalui telepon pintarnya di rumah
Baca juga: Sumbar raih MURI dari sajian sala lauk terbanyak
Baca juga: BBPOM: IRT hindari penggunaan zat berbahaya pada makanan
Artikel
Mengenal penganan sala lauak khas Pariaman
Oleh Ikhwan Wahyudi/Aadiat MS
14 Juli 2019 18:38 WIB
Dua orang peserta lomba masak sala sedang membulatkan penganan itu dalam rangkaian Pariaman Expo 2019, Sumbar. (Antara Sumbar/Aadiat M Sabir)
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019
Tags: