Selandia Baru potensi wisman berkualitas ke Indonesia
13 Juli 2019 18:01 WIB
Menteri Pariwisata Arief Yahya (tengah) bersama Dubes RI di Selandia Baru Tantowi Yahya (kedua kiri) saat menghadiri “Pacific Exposition 2019” di Auckland, Selandia Baru. (Dokumentasi Kementerian Pariwisata)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai Selandia Baru merupakan pasar potensial, bahkan bisa menjadi penyumbang wisatawan berkualitas untuk datang ke Tanah Air.
“Wisatawan asal Selandia Baru mengalami peningkatan, pada 2017 pertama kali tembus di atas 100 ribu. Persisnya saya bulatkan 107 ribu wisman. Trennya naik terus, karena itu saya datang ke Auckland,” kata Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Pada 2018, lanjut Menpar Arief, wisatawan Selandia Baru jumlahnya meningkat lagi menjadi 128 ribu, atau 20 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 107 ribu.
Sementara untuk Januari sampai Mei 2019 sudah 42,7 ribu wisman atau mengalami kenaikan 13.26 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
“Tahun ini target kita 145 ribu, untuk pasar New Zealand. Lagi-lagi, kuncinya adalah penerbangan atau akses langsung dari Denpasar-Auckland oleh maskapai Emirates,” kata Menpar Arief.
Karena itu, Menpar Arief Yahya meyakini bahwa dengan makin bagus dan lengkapnya infrastruktur yang dibangun untuk mendukung akses bagi sektor pariwisata, akan semakin kuat pula daya saing pariwisata Indonesia.
Berbagai proyek infrastruktur diprogramkan Presiden Jokowi terbukti sangat mendukung dan menguntungkan perkembangan sektor pariwisata.
Infrastruktur sendiri ada yang berupa bangunan fisik seperti jalan, jembatan, bandara, terminal, pelabuhan, marina, dan lain-lain.
Ada juga infrastruktur yang tidak kasat mata namun sangat penting, seperti telekomunikasi, jaringan telekomunikasi yang membuat teknologi digital bisa lebih dioptimalkan.
Kedua, soal budaya atau kebiasaan masyarakat Selandia Baru yang juga sangat toleran dan multikultural, cocok dengan kultur dan tradisi masyarakat di Tanah Air yang ramah.
“Dalam hal budaya, Selandia Baru sangat toleran. Bisnis mereka lebih banyak di peternakan biri biri dan sapi, juga pertanian. Ekosistem industrinya sudah menemukan nilai keekonomian,” katanya.
Arief Yahya juga mengamati bahwa Auckland, kota terbesar di Selandia Baru, itu tidak banyak pusat perbelanjaan. Tidak seperti kota kota besar di Indonesia.
Ketiga, wisman Selandia Baru rata rata tingkat pengeluaran untuk belanja atau spending-nya 1500 dolar AS dan angka ini dianggap sebagai tingkat spending wisman yang cukup berkualitas.
“Maka, kami akan semakin serius menggarap Selandia Baru sebagai originasi yang potensial untuk menaikkan ASPA atau average spending per-arrival ke Indonesia,” kata Arief Yahya.
Baca juga: Indonesia promosi bebas visa di Selandia Baru
Baca juga: Kemenpar promosikan "Yacht" di Selandia Baru
“Wisatawan asal Selandia Baru mengalami peningkatan, pada 2017 pertama kali tembus di atas 100 ribu. Persisnya saya bulatkan 107 ribu wisman. Trennya naik terus, karena itu saya datang ke Auckland,” kata Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Pada 2018, lanjut Menpar Arief, wisatawan Selandia Baru jumlahnya meningkat lagi menjadi 128 ribu, atau 20 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 107 ribu.
Sementara untuk Januari sampai Mei 2019 sudah 42,7 ribu wisman atau mengalami kenaikan 13.26 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
“Tahun ini target kita 145 ribu, untuk pasar New Zealand. Lagi-lagi, kuncinya adalah penerbangan atau akses langsung dari Denpasar-Auckland oleh maskapai Emirates,” kata Menpar Arief.
Karena itu, Menpar Arief Yahya meyakini bahwa dengan makin bagus dan lengkapnya infrastruktur yang dibangun untuk mendukung akses bagi sektor pariwisata, akan semakin kuat pula daya saing pariwisata Indonesia.
Berbagai proyek infrastruktur diprogramkan Presiden Jokowi terbukti sangat mendukung dan menguntungkan perkembangan sektor pariwisata.
Infrastruktur sendiri ada yang berupa bangunan fisik seperti jalan, jembatan, bandara, terminal, pelabuhan, marina, dan lain-lain.
Ada juga infrastruktur yang tidak kasat mata namun sangat penting, seperti telekomunikasi, jaringan telekomunikasi yang membuat teknologi digital bisa lebih dioptimalkan.
Kedua, soal budaya atau kebiasaan masyarakat Selandia Baru yang juga sangat toleran dan multikultural, cocok dengan kultur dan tradisi masyarakat di Tanah Air yang ramah.
“Dalam hal budaya, Selandia Baru sangat toleran. Bisnis mereka lebih banyak di peternakan biri biri dan sapi, juga pertanian. Ekosistem industrinya sudah menemukan nilai keekonomian,” katanya.
Arief Yahya juga mengamati bahwa Auckland, kota terbesar di Selandia Baru, itu tidak banyak pusat perbelanjaan. Tidak seperti kota kota besar di Indonesia.
Ketiga, wisman Selandia Baru rata rata tingkat pengeluaran untuk belanja atau spending-nya 1500 dolar AS dan angka ini dianggap sebagai tingkat spending wisman yang cukup berkualitas.
“Maka, kami akan semakin serius menggarap Selandia Baru sebagai originasi yang potensial untuk menaikkan ASPA atau average spending per-arrival ke Indonesia,” kata Arief Yahya.
Baca juga: Indonesia promosi bebas visa di Selandia Baru
Baca juga: Kemenpar promosikan "Yacht" di Selandia Baru
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: