Warga binaan Lapas Banyuasin siap pasarkan cenderamata ke mancanegara
12 Juli 2019 20:17 WIB
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Banyuasin Reza Yudistira berada di ruang kerja pembuatan cenderamata warga binaan Lapas Banyuasin, Sumatera Selatan, Jumat (12/7/2019). (Antara News Sumsel/19/Dolly Rosana)
Palembang (ANTARA) - Aneka ragam cenderamata karya warga binaan Lembaga Permasyarakatan Banyuasin, Sumatera Selatan, siap dipasarkan ke mancanegara karena saat ini sudah menembus pangsa pasar lokal.
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Banyuasin Reza Yudistira di Banyuasin, Jumat, mengatakan, keinginan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) untuk mendorong perluasan pasar ini tak lain karena Pemkab Banyuasin sedang gencar mengembangkan destinasi ekowisata, yakni wisata berbasis pelestarian alam.
“Produk-produk yang dihasilkan oleh warga binaan ini sejalan dengan semangat konservasi alam, karena menggunakan bahan-bahan di sekitar Lapas yang ramah lingkungan,” kata Reza.
Produk itu, seperti sandal jepit, produk cenderamata berbahan kayu dan lainnya seperti ukiran kaligrafi dan jam dinding dengan harga Rp10.000-Rp100.000.
Ia mengatakan jika cenderamata karya warga binaan ini bisa dipasarkan ke wisatawan mancanegara, bukan hanya citra Banyuasin yang meningkat tapi warga binaan juga akan memperoleh pemasukan tambahan.
“Awalnya kami hanya ingin memberikan keterampilan agar saat bebas dari penjara bisa digunakan, ternyata produk-produk ini banyak yang suka, jadi kami bantu pemasarannya,” kata dia.
Selama kurang lebih dua tahun, program pemberian keterampilan ke warga binaan ini dilakukan. Namun, baru beberapa bulan terakhir menunjukkan manfaat dari sisi ekonomi. Beberapa konsumen mulai banyak memesan sandal jepit “Pas Karya”.
Menurutnya, ini menjadi potensi luar biasa jika dikembangkan dengan serius asalkan ada kepastian pembelinya seperti yang terjadi saat Ramadhan lalu yang menerima pesanan 100 pasang sandal.
Sejauh ini kendala yang dihadapi hanya terkait pemasaran produk, sementara untuk bahan baku diperoleh dengan mudah dari sebuah perusahaan di Bandung, demikian juga dengan peralatan dan tenaga kerja. Produk sandal Pas Karya saat ini meraup omset rata-rata 10 juta per minggu karena mulai kebanjiran pesanan.
“Pemasaran sejauh ini dibantu oleh keluarga dari warga binaan, ada juga melalui media sosial. Upaya ini dirasakan sudah maksimal, tinggal lagi mencari pembelinya,” kata dia.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Banyuasin, Lukman mengatakan upaya menambah nilai tambah suatu bahan mentah seperti yang dilakukan Lapas Banyuasin ini patut diapreasiasi.
Industri yang tergolong industri rumah tangga ini mampu meraup omset cukup besar sehingga bisa dijadikan modal untuk usaha lainnya.
“Tentunya kami akan membantu memasarkan produk-produk karya warga binaan ini, terutama di pameran-pemeran nasional. Kami juga akan berupaya mempertemukan antara pembeli dan produksen,” kata dia.
Pembuatan produk-produk cenderamata ini tengah didorong Pemkab karena akan menggembangkan destinasi wisata di kawasan pesisir yang memiliki gugusan pulau cantik tak kalah indah seperti di Raja Ampat, Papua.
Baca juga: 565 warga binaan Lapas Banyuasin dapat remisi
Baca juga: Sandal "Pas Karya" produksi Lapas Banyuasin laris selama Ramadhan
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Banyuasin Reza Yudistira di Banyuasin, Jumat, mengatakan, keinginan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) untuk mendorong perluasan pasar ini tak lain karena Pemkab Banyuasin sedang gencar mengembangkan destinasi ekowisata, yakni wisata berbasis pelestarian alam.
“Produk-produk yang dihasilkan oleh warga binaan ini sejalan dengan semangat konservasi alam, karena menggunakan bahan-bahan di sekitar Lapas yang ramah lingkungan,” kata Reza.
Produk itu, seperti sandal jepit, produk cenderamata berbahan kayu dan lainnya seperti ukiran kaligrafi dan jam dinding dengan harga Rp10.000-Rp100.000.
Ia mengatakan jika cenderamata karya warga binaan ini bisa dipasarkan ke wisatawan mancanegara, bukan hanya citra Banyuasin yang meningkat tapi warga binaan juga akan memperoleh pemasukan tambahan.
“Awalnya kami hanya ingin memberikan keterampilan agar saat bebas dari penjara bisa digunakan, ternyata produk-produk ini banyak yang suka, jadi kami bantu pemasarannya,” kata dia.
Selama kurang lebih dua tahun, program pemberian keterampilan ke warga binaan ini dilakukan. Namun, baru beberapa bulan terakhir menunjukkan manfaat dari sisi ekonomi. Beberapa konsumen mulai banyak memesan sandal jepit “Pas Karya”.
Menurutnya, ini menjadi potensi luar biasa jika dikembangkan dengan serius asalkan ada kepastian pembelinya seperti yang terjadi saat Ramadhan lalu yang menerima pesanan 100 pasang sandal.
Sejauh ini kendala yang dihadapi hanya terkait pemasaran produk, sementara untuk bahan baku diperoleh dengan mudah dari sebuah perusahaan di Bandung, demikian juga dengan peralatan dan tenaga kerja. Produk sandal Pas Karya saat ini meraup omset rata-rata 10 juta per minggu karena mulai kebanjiran pesanan.
“Pemasaran sejauh ini dibantu oleh keluarga dari warga binaan, ada juga melalui media sosial. Upaya ini dirasakan sudah maksimal, tinggal lagi mencari pembelinya,” kata dia.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Banyuasin, Lukman mengatakan upaya menambah nilai tambah suatu bahan mentah seperti yang dilakukan Lapas Banyuasin ini patut diapreasiasi.
Industri yang tergolong industri rumah tangga ini mampu meraup omset cukup besar sehingga bisa dijadikan modal untuk usaha lainnya.
“Tentunya kami akan membantu memasarkan produk-produk karya warga binaan ini, terutama di pameran-pemeran nasional. Kami juga akan berupaya mempertemukan antara pembeli dan produksen,” kata dia.
Pembuatan produk-produk cenderamata ini tengah didorong Pemkab karena akan menggembangkan destinasi wisata di kawasan pesisir yang memiliki gugusan pulau cantik tak kalah indah seperti di Raja Ampat, Papua.
Baca juga: 565 warga binaan Lapas Banyuasin dapat remisi
Baca juga: Sandal "Pas Karya" produksi Lapas Banyuasin laris selama Ramadhan
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019
Tags: