JMK-Oxfamproduksi 29,6 juta liter air untuk pengungsi bencana Sulteng
10 Juli 2019 22:32 WIB
Air minum yang disuplai dari sukarelawan di kamp pengungsi Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (14-5-2019). (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Palu (ANTARA) - Jejaring Mitra Kemanusiaan (JMK)-lembaga kemanusiaan internasional Oxfam menyalurkan 29,6 juta liter air bersih untuk pengungsi korban gempa, tsunami, dan likuefaksi di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah.
"Sejak bulan Oktober 2018 hingga Juli 2019 ini, sektor WASH (Water Sanitation and Hygiene) JMK-Oxfam telah merampungkan produksi air bersih sebanyak 29.642.500 liter yang berada di lima lokasi. Distribusi air bersih sebanyak 10.782.110 liter di 298 lokasi," kata JMK-Oxfam Managemant Nining Rahayu dalam kegiatan media gathering di Palu, Rabu.
Baca juga: ACT penuhi kebutuhan air korban bencana gempa di pengungsian
Ia menyebutkan salah satu dampak bencana di Pasigala, yaitu rusaknya fasilitas air bersih, sanitasi, dan kebersihan warga yang berimplikasi sulitnya akses ke fasilitas tersebut dan berdampak pada penuruan kesehatan dan kemungkinan merebaknya penyakit yang bersumber dari air dan lingkungan yang kurang higienis. Padahal, air merupakan kebutuhan vital masyarakat.
Penyaluran air bersih yang dilakukan JMK-Oxfam sejak minggu pertama pascabencana bertujuan meminimalisasi warga, terutama pengungsi korban bencana, yang mengalami masalah kesehatan, baik akibat mengonsumsi air yang tidak layak minum maupun saat mandi, cuci, dan kakus (MCK).
"JMK-Ocfam telah merespons bencana sejak minggu pertama dengan mendistribusikan hygiene kit dan membangun sarana air dan sanitasi agar akses kepada layanan dasar ini dapat terus terpenuhi dan mendampingi masyarakat dalam operasional dan pengelolaan fasilitas tersebut agar senantiasa dapat terus digunakan oleh masyarakat terdampak bencana," ujarnya.
Agar fasilitas-fasilitas tersebut dapat terus dimanfaatkan oleh para penyintas, menurut dia, diperlukan sebuah komite yang berisikan perwakilan warga yang disepakati bersama oleh seluruh unsur warga agar ada keterwakilan semua kelompok masyarakat, baik itu perempuan, laki-laki, kelompok pemuda, rentan, maupun disabilitas.
"Komite ini akan berjalan beriringan dengan kader-kader kesehatan, baik yang sudah ada maupun dibentuk jika diperlukan. Hal ini agar sarana air dan sanitasi dapat terpelihara sekaligus ada pesan-pesan promosi kebersihan dan kesehatan yang dapat terus dikomunikasikan kepada warga," ujarnya.
Baca juga: Pemerintah jamin hak atas tanah korban bencana Sulteng
Melalui upaya-upaya dan fasilitas-fasilitas yang telah dibuat, dia berharap warga terdampak bencana dapat memanfaatkan dengan sebaik mungkin dan menjaga fasilitas yang telah ada dan tetap terawan meski nantinya JMK-Oxfam tidak berada di Palu lagi.
"Selain penyediaan sarana dan air bersih, kami juga memastikan para penyintas mendapat akses pemenuhan hidup bersih dan sehat melalui pembangunan latrine sebanyak 430 unit di 321 lokasi," katanya.
Ia menyebutkan distribusi peralatan kebersihan sebanyak 24.447 unit di 68 desa, aquatabs sebanyak 24.960 unit di 21 desa, dan promosi kesehatan untuk anak yang telah dilakukan sebanyak 30 aktivitas di 30 desa.
"Sejak bulan Oktober 2018 hingga Juli 2019 ini, sektor WASH (Water Sanitation and Hygiene) JMK-Oxfam telah merampungkan produksi air bersih sebanyak 29.642.500 liter yang berada di lima lokasi. Distribusi air bersih sebanyak 10.782.110 liter di 298 lokasi," kata JMK-Oxfam Managemant Nining Rahayu dalam kegiatan media gathering di Palu, Rabu.
Baca juga: ACT penuhi kebutuhan air korban bencana gempa di pengungsian
Ia menyebutkan salah satu dampak bencana di Pasigala, yaitu rusaknya fasilitas air bersih, sanitasi, dan kebersihan warga yang berimplikasi sulitnya akses ke fasilitas tersebut dan berdampak pada penuruan kesehatan dan kemungkinan merebaknya penyakit yang bersumber dari air dan lingkungan yang kurang higienis. Padahal, air merupakan kebutuhan vital masyarakat.
Penyaluran air bersih yang dilakukan JMK-Oxfam sejak minggu pertama pascabencana bertujuan meminimalisasi warga, terutama pengungsi korban bencana, yang mengalami masalah kesehatan, baik akibat mengonsumsi air yang tidak layak minum maupun saat mandi, cuci, dan kakus (MCK).
"JMK-Ocfam telah merespons bencana sejak minggu pertama dengan mendistribusikan hygiene kit dan membangun sarana air dan sanitasi agar akses kepada layanan dasar ini dapat terus terpenuhi dan mendampingi masyarakat dalam operasional dan pengelolaan fasilitas tersebut agar senantiasa dapat terus digunakan oleh masyarakat terdampak bencana," ujarnya.
Agar fasilitas-fasilitas tersebut dapat terus dimanfaatkan oleh para penyintas, menurut dia, diperlukan sebuah komite yang berisikan perwakilan warga yang disepakati bersama oleh seluruh unsur warga agar ada keterwakilan semua kelompok masyarakat, baik itu perempuan, laki-laki, kelompok pemuda, rentan, maupun disabilitas.
"Komite ini akan berjalan beriringan dengan kader-kader kesehatan, baik yang sudah ada maupun dibentuk jika diperlukan. Hal ini agar sarana air dan sanitasi dapat terpelihara sekaligus ada pesan-pesan promosi kebersihan dan kesehatan yang dapat terus dikomunikasikan kepada warga," ujarnya.
Baca juga: Pemerintah jamin hak atas tanah korban bencana Sulteng
Melalui upaya-upaya dan fasilitas-fasilitas yang telah dibuat, dia berharap warga terdampak bencana dapat memanfaatkan dengan sebaik mungkin dan menjaga fasilitas yang telah ada dan tetap terawan meski nantinya JMK-Oxfam tidak berada di Palu lagi.
"Selain penyediaan sarana dan air bersih, kami juga memastikan para penyintas mendapat akses pemenuhan hidup bersih dan sehat melalui pembangunan latrine sebanyak 430 unit di 321 lokasi," katanya.
Ia menyebutkan distribusi peralatan kebersihan sebanyak 24.447 unit di 68 desa, aquatabs sebanyak 24.960 unit di 21 desa, dan promosi kesehatan untuk anak yang telah dilakukan sebanyak 30 aktivitas di 30 desa.
Pewarta: Muhammad Arshandi
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019
Tags: