Bantul (ANTARA) - Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau para petani setempat melakukan rekayasa komoditas dalam bercocok tanam untuk mengantisipasi kekeringan atau kesulitan air irigasi yang berakibat gagal panen.

"Memang perlu antisipasi, dan kami dua -- tiga bulan lalu sudah keliling ke kelompok tani dengan para penyuluh, bagaimana agar mereka (petani) melakukan rekayasa komoditas," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Bantul Pulung Haryadi di Bantul, Rabu.

Pernyataan itu menanggapi adanya seluas 93 hektare tanaman padi atau sawah di beberapa kecamatan di Bantul yang dilaporkan mengalami puso atau gagal panen karena kesulitan air irigasi akibat kekeringan dampak kemarau 2019.

Menurut dia, seharusnya para petani yang dulunya menerapkan pola tanam dengan komoditas padi-padi-padi, namun dengan kondisi cuaca sekarang ini bisa beralih ke palawija yang butuh air lebih sedikit dibanding padi, agar penggunaan air irigasi dalam satu tahun tersebut tidak ada masalah.

Baca juga: Dampak kekeringan, petani di Bekasi diimbau tunda tanam padi

"Dengan kondisi cuaca seperti ini saya berharap ke arah palawija, jadi masih ada air sedikit dan sempat panen, tetapi kebanyakan petani karena sudah 'kulino' (kebiasaan) usai padi-padi tidak pernah mencoba ke komoditas non-padi, ini yang memang berakibat agak fatal," katanya.

Dia mengatakan, berbeda ketika tanaman palawija seperti jagung dan kacang dihadapkan pada situasi kemarau seperti sekarang ini cenderung bertahan dan kecil kemungkinan mengalami gagal panen sebab tetap bisa tumbuh dengan ketersediaan air yang sedikit.

"Itu yang pertama. Kemudian langkah kedua ya dengan pompa air, kalau tidak bisa ya jangan tanam karena kalau memang tidak ada air mau bagaimana lagi, supaya (tanaman) tidak puso, kalau tidak mau mengalami kerugian lebih baik tidak tanam," katanya.

Kasi Perbenihan dan Perlindungan Tanaman, Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Umi Fauziah mengatakan telah menerima laporan dari beberapa kecamatan terkait ancaman kekeringan pada lahan pertanian, bahkan diantaranya sudah mengalami puso.

"Total lahan pertanian yang puso seluas 93 hektare, di Pajangan ada lima hektare, Imogiri dua hektare, kemudian Dlingo seluas 85 hektare dan Kasihan satu hektare, kebanyakan yang kekeringan ini komoditasnya padi," katanya.

Menurut dia, sawah yang mengalami puso karena kekeringan itu letaknya di daerah dataran tinggi yang memang tidak memiliki saluran irigasi teknis dan hanya mengandalkan air hujan, sehingga saat musim kemarau ini lahan pertanian kesulitan pengairan.
Baca juga: Dinas Pertanian Purwakarta siapkan antisipasi sawah puso