Tokyo (ANTARA) - Harga minyak naik lebih dari satu persen di perdagangan Asia pada Rabu pagi, didorong oleh minyak mentah Amerika Serikat (AS) setelah sebuah kelompok industri melaporkan bahwa persediaan AS turun untuk minggu keempat berturut-turut, mengurangi kekhawatiran tentang kelebihan pasokan.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 90 sen atau 1,5 persen, menjadi diperdagangkan di 58,73 dolar AS per barel pada pukul 00.27 GMT (07.27 WIB). Sementara minyak mentah berjangka Brent naik 69 sen atau 1,1 persen menjadi 64,85 dolar AS per barel.

Minyak mentah AS dan minyak mentah Brent telah meningkat tahun ini karena OPEC dan produsen besar seperti Rusia telah menghormati komitmen untuk memangkas produksi dan mendukung harga.

Tetapi investor telah mencari tanda-tanda bahwa produksi tanpa henti dari Amerika Serikat sedang dikonsumsi, yang mengarah pada penurunan persediaan.

Stok minyak mentah AS turun lebih dari perkiraan minggu lalu, sementara persediaan bensin menurun dan stok distilasi meningkat, data dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) menunjukkan pada Selasa (9/7/2019).

Persediaan minyak mentah AS turun 8,1 juta barel dalam pekan yang berakhir 5 Juli menjadi 461,4 juta, dibandingkan dengan ekspektasi para analis untuk penurunan 3,1 juta barel.

Stok minyak mentah di Cushing, Oklahoma, pusat pengiriman turun 754.000 barel, kata API.

Angka resmi akan dirilis kemudian pada Selasa waktu setempat oleh Badan Informasi Energi AS (EIA) dan, jika data mengonfirmasi penurunan, itu akan menjadi penurunan mingguan keempat berturut-turut.

Harga minyak telah berada di bawah tekanan dari kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global di tengah tanda-tanda bahaya dari perang perdagangan AS-China yang menggelegar selama setahun terakhir.

"Harga saat ini sangat seimbang karena investor menunggu stimulus baru," kata Fawad Razaqzada, analis teknis di FOREX.com. "Stimulus bisa datang dalam bentuk perubahan tajam dalam persediaan minyak mentah AS."

Namun, produksi minyak mentah AS diperkirakan akan naik ke rekor baru 12,36 juta barel per hari (bph) pada 2019 dari tertinggi 10,96 juta bph tahun lalu, Prospek Energi Jangka Pendek EIA mengatakan pada Selasa (9/7).

OPEC dan produsen sekutunya yang dipimpin oleh Rusia setuju minggu lalu untuk memperpanjang kesepakatan pemotongan pasokan mereka hingga Maret 2020. Brent telah meningkat hampir 20 persen pada 2019, didukung oleh pakta pemotongan pasokan dan ketegangan di Timur Tengah, terutama perselisihan mengenai program nuklir Iran. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.

Baca juga: Minyak naik di tengah ketegangan geopolitik dan khawatir permintaan

Baca juga: Harga emas naik jelang kesaksian Ketua Federal Reserve di Kongres