Dokter jelaskan prosedur pemeriksaan kesehatan deteksi kanker paru
9 Juli 2019 21:11 WIB
Seorang kerabat membawa foto almarhum Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho saat pemakaman di Tempat Pemakaman Umum Sonolayu, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (8/7/2019). Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia pada usia 49 tahun karena kanker paru-paru stadium empat yang dideritanya dan dimakamkan di kampung halamannya di Boyolali, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/aww.)
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis patologi klinik dari RS St Carolus menjelaskan beberapa prosedur pemeriksaan kesehatan yang perlu dilalui untuk mendeteksi penyakit kanker paru seperti yang dialami mendiang Sutopo Purwo Nugroho.
Dr Bettia M Bermawi di Jakarta, Selasa, mengatakan seseorang yang memiliki risiko terkena kanker paru karena polusi atau perokok pasif sebaiknya mulai mewaspadai gejala awal seperti batuk yang lebih dari dua minggu.
Dia meminta agar masyarakat tidak menganggap remeh dengan hanya membeli obat warung atau yang bisa dijual bebas.
"Dokter tentu akan mendengar bagaimana bunyi nafasnya, kalau diperlukan pemeriksaan rontgen. Selain itu diperiksakan dahaknya untuk memastikan apakah ini karena infeksi alergi atau ada yang lebih serius seperti kanker itu," kata Bettia.
Mendiang Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Sutopo diketahui mengidap penyakit kanker paru stadium IV pada awal 2018.
Sutopo mengaku kaget menderita kanker paru stadium lanjut padahal bukan perokok dan menjaga pola hidup sehat. Namun, Sutopo mengaku tidak bisa menghindar dari lingkungan kerja yang terpapar asap rokok.
Selain dari pemeriksaan dahak, Bettia melanjutkan, juga diperlukan pemeriksaan darah.
Dari beberapa pemeriksaan darah, disertai adanya gejala penurunan berat badan dalam waktu singkat, dan bahkan sampai batuk darah perlu diwaspadai. "Kadang ada yang sampai batuk darah atau yang lainnya sudah banyak cairan di dalam rongga paru-paru, itu yang bisa ketahuan dari dahak dan darahnya," kata Bettia.
Sebagai langkah pencegahan, Bettia menganjurkan agar masyarakat walaupun merasa sehat tetap melakukan pemeriksaan kesehatan minimal satu tahun sekali.*
Baca juga: Doni: Pemakaman Sutopo ala militer dengan peserta PNS Boyolali
Baca juga: Merokok bukan satu-satunya penyebab kanker paru-paru
Dr Bettia M Bermawi di Jakarta, Selasa, mengatakan seseorang yang memiliki risiko terkena kanker paru karena polusi atau perokok pasif sebaiknya mulai mewaspadai gejala awal seperti batuk yang lebih dari dua minggu.
Dia meminta agar masyarakat tidak menganggap remeh dengan hanya membeli obat warung atau yang bisa dijual bebas.
"Dokter tentu akan mendengar bagaimana bunyi nafasnya, kalau diperlukan pemeriksaan rontgen. Selain itu diperiksakan dahaknya untuk memastikan apakah ini karena infeksi alergi atau ada yang lebih serius seperti kanker itu," kata Bettia.
Mendiang Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Sutopo diketahui mengidap penyakit kanker paru stadium IV pada awal 2018.
Sutopo mengaku kaget menderita kanker paru stadium lanjut padahal bukan perokok dan menjaga pola hidup sehat. Namun, Sutopo mengaku tidak bisa menghindar dari lingkungan kerja yang terpapar asap rokok.
Selain dari pemeriksaan dahak, Bettia melanjutkan, juga diperlukan pemeriksaan darah.
Dari beberapa pemeriksaan darah, disertai adanya gejala penurunan berat badan dalam waktu singkat, dan bahkan sampai batuk darah perlu diwaspadai. "Kadang ada yang sampai batuk darah atau yang lainnya sudah banyak cairan di dalam rongga paru-paru, itu yang bisa ketahuan dari dahak dan darahnya," kata Bettia.
Sebagai langkah pencegahan, Bettia menganjurkan agar masyarakat walaupun merasa sehat tetap melakukan pemeriksaan kesehatan minimal satu tahun sekali.*
Baca juga: Doni: Pemakaman Sutopo ala militer dengan peserta PNS Boyolali
Baca juga: Merokok bukan satu-satunya penyebab kanker paru-paru
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: