Bantuan luar negeri untuk gempa Palu hanya 31 Euro
9 Juli 2019 21:06 WIB
Wali Kota Palu Hidayat (Tengah) memaparkan penggunaan anggaran penanggulangan bencana saat berdialog dengan sejumlah jurnalis yang juga dihadiri kepala OPD di ruang rapat Setda Kota Palu, Selasa (9/7/2019). (ANTARA/Moh Ridwan)
Palu (ANTARA) - Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah mengatakan bantuan dari luar negeri hanya 31 Euro atau setara Rp490.270,47 dan dimanfaatkan untuk penanganan dampak bencana gempa, tsunami dan likuefaksi melanda kota tersebut.
"Tidak benar pemerintah Kota Palu menerima triliunan dana bantuan luar negeri, yang nyata saat ini hanya 31 Euro diberikan langsung kepada kami, " ungkap Wali Kota Palu Hidayat, di Palu, Selasa, menanggapi isu-isu berkembang di publik.
Wali Kota menjelaskan pemberi bantuan tidak mau dana mereka dimasukkan dalam perubahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Palu yang disatukan dengan bantuan dalam negeri untuk penanganan bencana.
Karena itu, sebagian dana tersebut telah digunakan untuk penyediaan air bersih, penyediaan sarana dan prasarana usaha mikro di kawasan hutan kota dan sebagian lagi akan dimanfaatkan untuk kebutuhan kebencanaan.
Wali Kota menyebutkan belum menerima bantuan dana luar negeri dalam jumlah besar selain bantuan 31 Euro tersebut.
Saat tanggap darurat, kata dia, Pemkot Palu telah mengucurkan anggaran melalui APBD Kota Palu tahun anggaran 2018 untuk perbaikan infrastruktur jalan yang rusak akibat gempa agar situasi lalu lintas tidak terganggu senilai Rp15 miliar setelah 14 hari bencana.
"Pemkot juga menggelontorkan anggaran Rp1,4 miliar untuk pembangunan MCK, penampungan pengungsi di delapan kecamatan," ucap Hidayat.
Dia menguraikan selain pembuatan MCK, pemerintah menyediakan sarana dan prasarana utilitas permukiman berupa pemeliharaan lampu dan perlengkapan penerangan jalan umum (PJU) di masa transisi darurat senilai Rp2,5 miliar.
Kemudian penyediaan material kayu untuk rumah terdampak bencana Rp465.000.000, penyediaan komponen penampungan pengungsi di masa transisi senilai Rp127.500.000 termasuk pemasangan jaringan listrik Rp725.000 guna menerangi tenda-tenda darurat.
Setelah tanggap darurat, sisa saldo di kas daerah per 31 Desember 2018 senilai Rp11 miliar lebih dan bantuan masuk dari wali kota se-Indonesia termasuk para bupati kurun waktu Januari hingga Maret di masa transisi sebesar Rp11 miliar lebih dan selanjutnya penggunaan dana tersebut baru bisa dimanfaatkan setelah ditetapkan dalam perubahan anggaran 2019 berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri.
"Sebelum penetapan anggaran perubahan, dana tersebut belum bisa dimanfaatkan, karena dana tersebut masuk kas daerah," katanya.
Jika nanti dana bantuan sudah ditetapkan dalam anggaran perubahan, Wali Kota berjanji akan memanfaatkan bantuan untuk kepentingan masyarakat dan penggunaannya dilakukan secara transparan.*
Baca juga: FAO distribusikan bantuan untuk petani dan nelayan di Sulawesi Tengah
Baca juga: Prancis bantu 1 juta euro untuk nelayan korban tsunami di Sulawesi
"Tidak benar pemerintah Kota Palu menerima triliunan dana bantuan luar negeri, yang nyata saat ini hanya 31 Euro diberikan langsung kepada kami, " ungkap Wali Kota Palu Hidayat, di Palu, Selasa, menanggapi isu-isu berkembang di publik.
Wali Kota menjelaskan pemberi bantuan tidak mau dana mereka dimasukkan dalam perubahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Palu yang disatukan dengan bantuan dalam negeri untuk penanganan bencana.
Karena itu, sebagian dana tersebut telah digunakan untuk penyediaan air bersih, penyediaan sarana dan prasarana usaha mikro di kawasan hutan kota dan sebagian lagi akan dimanfaatkan untuk kebutuhan kebencanaan.
Wali Kota menyebutkan belum menerima bantuan dana luar negeri dalam jumlah besar selain bantuan 31 Euro tersebut.
Saat tanggap darurat, kata dia, Pemkot Palu telah mengucurkan anggaran melalui APBD Kota Palu tahun anggaran 2018 untuk perbaikan infrastruktur jalan yang rusak akibat gempa agar situasi lalu lintas tidak terganggu senilai Rp15 miliar setelah 14 hari bencana.
"Pemkot juga menggelontorkan anggaran Rp1,4 miliar untuk pembangunan MCK, penampungan pengungsi di delapan kecamatan," ucap Hidayat.
Dia menguraikan selain pembuatan MCK, pemerintah menyediakan sarana dan prasarana utilitas permukiman berupa pemeliharaan lampu dan perlengkapan penerangan jalan umum (PJU) di masa transisi darurat senilai Rp2,5 miliar.
Kemudian penyediaan material kayu untuk rumah terdampak bencana Rp465.000.000, penyediaan komponen penampungan pengungsi di masa transisi senilai Rp127.500.000 termasuk pemasangan jaringan listrik Rp725.000 guna menerangi tenda-tenda darurat.
Setelah tanggap darurat, sisa saldo di kas daerah per 31 Desember 2018 senilai Rp11 miliar lebih dan bantuan masuk dari wali kota se-Indonesia termasuk para bupati kurun waktu Januari hingga Maret di masa transisi sebesar Rp11 miliar lebih dan selanjutnya penggunaan dana tersebut baru bisa dimanfaatkan setelah ditetapkan dalam perubahan anggaran 2019 berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri.
"Sebelum penetapan anggaran perubahan, dana tersebut belum bisa dimanfaatkan, karena dana tersebut masuk kas daerah," katanya.
Jika nanti dana bantuan sudah ditetapkan dalam anggaran perubahan, Wali Kota berjanji akan memanfaatkan bantuan untuk kepentingan masyarakat dan penggunaannya dilakukan secara transparan.*
Baca juga: FAO distribusikan bantuan untuk petani dan nelayan di Sulawesi Tengah
Baca juga: Prancis bantu 1 juta euro untuk nelayan korban tsunami di Sulawesi
Pewarta: Muhammad Arshandi/Moh Ridwan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: