"Paling tinggi penyumbang pengangguran se-Jakarta itu SMK," kata Kepala Seksi Pelatihan Penempatan Produktivitas dan Transmigrasi Sudin Nakertrans, Jakarta Selatan, Lies Agustin saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa.
Lies menjelaskan data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik pada 2018. Pengangguran terbuka diisi dari semua jenjang pendidikan dimulai dari SMP, SMA/SMK, D-III, S1 bahkan S2.
Baca juga: Jumlah pengangguran terbuka di Jakarta makin sedikit
Tren pengangguran dari kalangan lulus SMK ini, menurut Lies, sudah terlihat sejak dua tahun terakhir ini.
Hal ini menjadi tantangan bagi sekolah kejuruan untuk meningkatkan mutu pendidikannya di bidang 'on job trainning'.
"Padahal SMK itu sudah dirancang sebagai lulusan siap kerja," kata Lies.
Ia mengatakan salah satu penyebab tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan SMK dikarenakan tidak 'link and match' antara program pendidikan dengan kebutuhan dunia industri.
Baca juga: Anies berkomitmen tekan angka pengangguran Jakarta
Program-program pendidikan SMK kebanyakan seperti akutansi, manajemen, administrasi perkantoran kurang dibutuhkan oleh dunia kerja.
Menurut dia, jurusan yang dibutuhkan sekarang kebanyakan itu tenaga IT (teknologi informasi), penguasaan dalam internet dan pengoperasian program.
"Kemungkinan besar bidang tidak sesuai kebutuhannya," katanya.
Untuk mengatasi hal itu, lanjut Lies, perlu ada interaksi dan komunikasi antara Sudin Ketenagakerjaan dan Transmigrasi dengan Sudin Pendidikan agar pendidikan di SMK disesuaikan dengan kebutuhan dunia usaha.
Baca juga: DKI akan perbanyak bursa kerja