Kampanye kopi digiling bukan digunting tambah nilai ekonomi kopi
9 Juli 2019 17:15 WIB
Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Fadjar Hutomo, ketika ditemui wartawan di Jakarta, Selasa (9/7/2019). (ANTARAnews/ Abdu Faisal)
Jakarta (ANTARA) - Kampanye kopi digiling bukan digunting, menurut Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fadjar Hutomo, sukses menambah nilai ekonomi komoditas kopi di Indonesia.
"Outlet-outlet kopi dan bisnis kopi Indonesia sudah dilirik oleh investor luar. Mereka bahkan berani menanamkan modal Rp120 miliar untuk itu," ujar Fadjar di Jakarta, Selasa.
Menurut Fadjar, ekonomi kreatif memang harus dikembangkan lewat kampanye kreatif serupa agar investor lebih mengenal produk yang ingin dipasarkan.
"Sejauh pengamatan yang kami lakukan tiga atau empat tahun lalu, pemerintah kita lebih banyak bicara soal komoditas," ujar Fadjar.
Baca juga: Bekraf: Pelaku usaha rintisan tidak perlu risaukan pajak digital
Fadjar mengatakan Bekraf tidak bicara tentang budi daya kopi, tapi lebih bagaimana "menghadirkan" kopi dari sisi hilir sehingga mempunyai nilai tambah dan lebih memberi manfaat.
Ia mencontohkan betapa dulu orang Indonesia rela mengeluarkan Rp50.000 untuk secangkir kopi merek outlet asing. "Kalau dilihat dari sisi komoditas, mungkin Rp50.000 sudah dapat sekilo bubuk kopi," ujarnya sembari tertawa.
Menurut dia, akan lebih efektif jika pemerintah lebih mendorong masyarakat menikmati komoditas kopi lewat warung kopi (outlet) dan merek lokal.
"Bekraf memang lebih fokus ke hilir dari rantaian nilai itu. Dan itu yang hari ini sudah mulai kelihatan. Investor berani menanamkan modal jutaan dolar untuk outlet lokal berarti sudah berjalan seperti apa yang kita harapkan lah," ujar Fadjar.
Saat ini, Bekraf kini tengah merencanakan supaya perusahaan rintisan (startup) lokal bisa terdaftar di bursa.
Menurut dia, proses ini adalah salah satu tujuan dari kesepakatan atau MoU yang telah dilakukan antara Bekraf dengan PT Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Targetnya ke depan kami juga ingin outlet-outlet dan merek kopi kita itu tidak hanya jualan di Indonesia tapi juga menjamur di luar negeri seperti kita menemukan outlet-outlet kopi asing di Indonesia hari ini," tandas Fadjar.
Baca juga: Bekraf ingin lahirkan Rich Brian lain lewat ICINC
"Outlet-outlet kopi dan bisnis kopi Indonesia sudah dilirik oleh investor luar. Mereka bahkan berani menanamkan modal Rp120 miliar untuk itu," ujar Fadjar di Jakarta, Selasa.
Menurut Fadjar, ekonomi kreatif memang harus dikembangkan lewat kampanye kreatif serupa agar investor lebih mengenal produk yang ingin dipasarkan.
"Sejauh pengamatan yang kami lakukan tiga atau empat tahun lalu, pemerintah kita lebih banyak bicara soal komoditas," ujar Fadjar.
Baca juga: Bekraf: Pelaku usaha rintisan tidak perlu risaukan pajak digital
Fadjar mengatakan Bekraf tidak bicara tentang budi daya kopi, tapi lebih bagaimana "menghadirkan" kopi dari sisi hilir sehingga mempunyai nilai tambah dan lebih memberi manfaat.
Ia mencontohkan betapa dulu orang Indonesia rela mengeluarkan Rp50.000 untuk secangkir kopi merek outlet asing. "Kalau dilihat dari sisi komoditas, mungkin Rp50.000 sudah dapat sekilo bubuk kopi," ujarnya sembari tertawa.
Menurut dia, akan lebih efektif jika pemerintah lebih mendorong masyarakat menikmati komoditas kopi lewat warung kopi (outlet) dan merek lokal.
"Bekraf memang lebih fokus ke hilir dari rantaian nilai itu. Dan itu yang hari ini sudah mulai kelihatan. Investor berani menanamkan modal jutaan dolar untuk outlet lokal berarti sudah berjalan seperti apa yang kita harapkan lah," ujar Fadjar.
Saat ini, Bekraf kini tengah merencanakan supaya perusahaan rintisan (startup) lokal bisa terdaftar di bursa.
Menurut dia, proses ini adalah salah satu tujuan dari kesepakatan atau MoU yang telah dilakukan antara Bekraf dengan PT Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Targetnya ke depan kami juga ingin outlet-outlet dan merek kopi kita itu tidak hanya jualan di Indonesia tapi juga menjamur di luar negeri seperti kita menemukan outlet-outlet kopi asing di Indonesia hari ini," tandas Fadjar.
Baca juga: Bekraf ingin lahirkan Rich Brian lain lewat ICINC
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019
Tags: