Petani Palu pertahankan varietas bawang lokal
9 Juli 2019 16:45 WIB
Seorang pekerja merapikan bawang merah untuk dijadikan bibit di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (22/3). (ANTARA/Mohamad Hamzah)
Palu (ANTARA) - Para petani bawang di Kota Palu, Sulawesi Tengah terus mempertahankan bawang varietas Lembah Palu sebagai komoditas unggulan sektor hortikultura.
Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palu Laila, di Palu, Selasa mengatakan, varietas bawang Lembah Palu sudah cukup terkenal kualitasnya sebagai bahan baku bawang goreng yang dimanfaatkan untuk oleh-oleh khas daerah.
Guna mempertahankan kualitas, pemerintah setempat mendukung dengan bantuan anggaran daerah, bahkan pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian tahun 2011 telah melepas varietas lembah Palu sebagai unggulan dan diakui secara nasional.
"Pengembangan komoditas bawang lebih fokus pengembangan varietas lembah Palu yang didukung melalui APBD Kota Palu, sedangkan pengembangan bawang merah dibantu melalui APBN, " ujarnya.
Dia menjelaskan, varietas unggulan sudah menjadi ketentuan untuk mendukung pengembangan sektor pertanian guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Saat ini luas lahan pertanian bawang yang produktif di daerah itu sekitar 200 hektare tersebar di sejumlah wilayah sentra sudah termasuk lahan kelompok penangkar benih varietas unggul.
"Melalui kelompok penangkar, maka benih varietas lembah Palu selalu tersedia saat memasuki musim tanam sebagai upaya memenuhi kebutuhan petani dalam mengembangkan produksinya," katanya.
Sebagai bahan baku bawang goreng, maka petani setempat selalu mengedepankan kualitas dan kuantitas produksi. Sekali panen, petani mampu memproduksi empat sampai lima ton bawang selama masa panen.
"Masa tanam varietas lembah palu bervariasi kalau konsumsinya untuk bahan baku bawang goreng membutuhkan waktu 60 sampai 65 hari baru bisa panen, kalau dimanfaatkan untuk benih prosesnya membutuhkan waktu sekitar 70 hari, " ujarnya Laila.
Menurut dia, varietas lokal tersebut memiliki kelemahan dari sisi ketahanan fisik yang hanya mampu bertahan satu bulan dari masa dormansi atau pascapanen sampai siap tanam, berbeda dengan bawang merah biasa yang mampu bertahan hingga lima bulan.
Jika melebihi masa dormansi, bawang lembah Palu akan rusak karena kelebihan kadar air dan tidak bisa digunakan baik untuk benih maupun bahan baku.
Baca juga: Pemkot Palu gelar pasar murah stabilkan harga selama Ramadhan
Baca juga: Stok melimpah tekan harga bawang merah di Palu
Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palu Laila, di Palu, Selasa mengatakan, varietas bawang Lembah Palu sudah cukup terkenal kualitasnya sebagai bahan baku bawang goreng yang dimanfaatkan untuk oleh-oleh khas daerah.
Guna mempertahankan kualitas, pemerintah setempat mendukung dengan bantuan anggaran daerah, bahkan pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian tahun 2011 telah melepas varietas lembah Palu sebagai unggulan dan diakui secara nasional.
"Pengembangan komoditas bawang lebih fokus pengembangan varietas lembah Palu yang didukung melalui APBD Kota Palu, sedangkan pengembangan bawang merah dibantu melalui APBN, " ujarnya.
Dia menjelaskan, varietas unggulan sudah menjadi ketentuan untuk mendukung pengembangan sektor pertanian guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Saat ini luas lahan pertanian bawang yang produktif di daerah itu sekitar 200 hektare tersebar di sejumlah wilayah sentra sudah termasuk lahan kelompok penangkar benih varietas unggul.
"Melalui kelompok penangkar, maka benih varietas lembah Palu selalu tersedia saat memasuki musim tanam sebagai upaya memenuhi kebutuhan petani dalam mengembangkan produksinya," katanya.
Sebagai bahan baku bawang goreng, maka petani setempat selalu mengedepankan kualitas dan kuantitas produksi. Sekali panen, petani mampu memproduksi empat sampai lima ton bawang selama masa panen.
"Masa tanam varietas lembah palu bervariasi kalau konsumsinya untuk bahan baku bawang goreng membutuhkan waktu 60 sampai 65 hari baru bisa panen, kalau dimanfaatkan untuk benih prosesnya membutuhkan waktu sekitar 70 hari, " ujarnya Laila.
Menurut dia, varietas lokal tersebut memiliki kelemahan dari sisi ketahanan fisik yang hanya mampu bertahan satu bulan dari masa dormansi atau pascapanen sampai siap tanam, berbeda dengan bawang merah biasa yang mampu bertahan hingga lima bulan.
Jika melebihi masa dormansi, bawang lembah Palu akan rusak karena kelebihan kadar air dan tidak bisa digunakan baik untuk benih maupun bahan baku.
Baca juga: Pemkot Palu gelar pasar murah stabilkan harga selama Ramadhan
Baca juga: Stok melimpah tekan harga bawang merah di Palu
Pewarta: Muhammad Arshandi/Moh Ridwan
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: