Jakarta (ANTARA) - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyediakan sebanyak kuota 1.000 beasiswa bagi penyandang disabilitas untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

"Tahun ini kami menyediakan sebanyak 1.000 kuota beasiswa untuk disabilitas yang lulus seleksi masuk PTN baik itu melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), maupun seleksi mandiri," ujar Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Prof Ismunandar usai seminar “Menembus Segala Rintangan, Meraih Cita-Cita” di Jakarta, Senin.

Ismu menjelaskan pada tahun-tahun sebelumnya, sebenarnya sudah ada kuota untuk penyandang disabilitas, akan tetapi digabung ke dalam beasiswa Bidikmisi yang mana salah satu syaratnya harus tidak mampu.

"Tidak semuanya penyandang disabilitas yang berasal dari keluarga tidak mampu, ada juga yang menengah dan mampu."

Besaran beasiswa yang diberikan lebih besar dibandingkan Bidikmisi. Hal itu dikarenakan mahasiswa disabilitas lebih banyak kebutuhannya.

Ismu menyebutkan pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang akan diumumkan Selasa (9/7), ada 200 peserta disabilitas yang lulus seleksi.

"Ada 1.200 yang ikut Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), tapi yang lulus SBMPTN ini hanya 200. Siapa mereka, kita tunggu besok," tambah dia.

Kepala Pusat Studi Layanan Disabilitas LPPM Universitas Negeri
Yogyakarta, Nur Azizah, mengatakan ada tiga kesulitan bagi kelompok disabilitas untuk menyesuaikan diri di perguruan
tinggi, yaitu kondisi disabilitas yang dialami, sistem dukungan di perguruan tinggi yang tidak terintegrasi, serta individu dan keluarga dari mahasiswa disabilitas tidak mengetahui fasilitas pendukung yang telah disediakan di kampus.

Untuk menangani tersebut, Nur memberikan beberapa rekomendasi, salah satunya dan yang paling penting ialah sinergitas antara individu penyandang disabilitas, keluarganya, lembaga pendidikan tinggi, serta sistem lingkungannya. Selain itu, kultur yang tidak diskriminatif serta pembelajaran yang universal menjadi penyokong kesuksesan individu dengan disabilitas dalam menempuh pendidikan tinggi.*


Baca juga: Diskriminasi kerja masih dialami penyandang disabilitas

Baca juga: Pemkot Yogyakarta alihkan kuota siswa disabilitas PPDB ke zonasi jarak