Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Senin pagi, cenderung menguat, meski aktivitas pasar agak lesu karena pelaku pasar masih menunggu keputusan Bank Sentral AS (The Fed) mengenai tingkat suku bunganya. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS naik dua poin jadi Rp9.170/9.175 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp9.172/9.175 per dolar AS. Analis Valas PT Bank Saudara, Rully Nova, di Jakarta, mengatakan, pelaku pasar berspekulasi membeli rupiah dalam jumlah kecil, mereka menunggu The Fed yang akan menurunkan suku bunganya lagi. The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga Fed fund sebesar 50 basis poin lagi, setelah awal Januari lalu menurunkan suku bunganya sebanyak dua kali, ucapnya. Ditanya mengenai kecenderungan rupiah menguat, menurut dia, pasar melihat peluang rupiah untuk naik cukup besar, meski kecenderungan laju inflasi Februari masih tinggi. Karena itu, apabila inflasi Februari tinggi, kemungkinan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuannya (BI Rate) atau tetap mempertahankannya 8 persen, katanya. Dikatakannya, lesunya aktivitas perdagangan di pasar uang, karena pelaku cenderung bermain di pasar saham, mereka ingin meraih keuntungan yang lebih baik ketimbang bermain di pasar obligasi. Pasar akan kembali ramai dengan munculnya keputusan dari BI mengenai BI Rate dan The Fed yang cenderung akan menurunkan lagi suku bunganya, ucapnya. Menurut dia, sikap pelaku pasar yang hati-hati untuk bermain di pasar uang mengakibatkan volume transaksi relatif kecil jauh dibanding hari-hari sebelumnya. "Kami optimis pasar akan kembali bergairah, apabila keputusan BI maupun The Fed muncul di pasar," ucapnya. Apabila BI Rate tetap, lanjut dia, maka harga obligasi akan tergerus, yang memicu pelaku semakin aktif mengalihkan dananya ke pasar saham. (*)