Ternate (ANTARA) - Warga Ternate yang Senin dini hari mengungsi pascagempa 7 Skala Richter berpotensi tsunami di daerah itu dan sejumlah wilayah lainnya di Maluku Utara, Senin pagi, mulai kembali ke rumah masing-masing.

"Tadi malam sesaat setelah terjadi gempa yang terasa sangat kuat dan mendapat informasi bahwa berpotensi menimbulkan tsunami, saya dan seluruh anggota keluarga segera bergegas mengungsi ke daerah ketinggian di Kelurahan Tabahawa," kata salah seorang warga Ternate, Lutfi, di Ternate, Senin.

Lutfi yang rumahnya berada di Soa-Sio, salah satu kelurahan di Pantai Ternate bersama warga pesisir lainnya yang Senin dini hari mengungsi, sebenarnya sudah mengetahui sejam setelah gempa dan peringatan tsunami dari BMKG dicabut, akan tetapi mereka memutuskan kembali ke rumah pada Senin pagi agar tidak diliputi kekhawatiran pascabencana itu.

Warga Ternate lainnya, Rusmin, mengaku setelah terjadinya gempa lalu ia menyuruh anggota keluarganya untuk mengungsi ke daerah ketinggian, sedangkan dirinya tetap bertahan di rumah untuk mengantisipasi kemungkinan adanya pencurian yang biasa terjadi jika ada kepanikan masyarakat.

Warga Ternate tidak mengalami kesulitan mengungsi jika terjadi gempa dan berpotensi tsunami, seperti Senin dini hari, karena daerah ketinggian di Ternate relatif dekat dari pesisir.

Selain itu, mereka sudah mendapat sosialisasi dari berbagai pihak mengenai langkah yang harus dilakukan jika terjadi gempa dan berpotensi tsunami.

Dari Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ternate diperoleh keterangan bahwa sejauh ini belum diperoleh laporan dari masyarakat, baik yang di Pulau Ternate maupun tiga pulau lainnya di Kota Ternate, mengenai adanya korban jiwa dan kerusakan fisik akibat gempa 7 SR itu.

Namun demikian, BPBD terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk seluruh lurah di Kota Ternate, serta menurunkan tim ke berbagai wilayah untuk memastikan kondisi terakhir pascagempa yang melanda daerah itu dan wilayah lainnya di Malut, Senin dini hari.

Kepala BMKG Ternate Kustoro Hariyatmoko menyebutkan gempa yang semula tercatat 7,1 SR, kemudian dikoreksi menjadi 7,0 SR berpusat di Laut Maluku, tepatnya di 0,50 Lintang Utara dan 126,17 Bujur Timur atau 136 kilometer barat daya Ternate pada kedalaman 10 kilometer.

Gempa yang disebabkan pergeseran lempeng mayau itu dirasakan di sejumlah wilayah di Malut, seperti Ternate, Tidore Kepulauan, dan Halamhera Barat dengan kekuatan 4 MMI serta Halmahera Utara dan Kabupaten Pulau Morotai dengan kekuatan 3 MMI.

BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami pascagempa tersebut dengan wilayah yang berpotensi terdampak tsunami adalah sejumlah wilayah di Malut dan Sulawesi Utara, namun sejam kemudian peringatan dini itu dicabut.

Baca juga: BMKG: Gempa di Ternate berpotensi tsunami
Baca juga: Gempa Maluku Utara dirasakan hingga Gorontalo