Jakarta (ANTARA) - Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi menilai restu dari Presiden Joko Widodo menjadi faktor yang bisa membuat calon ketua umum Partai Golkar memenangkan kontestasi dalam musyawarah nasional (munas).

"Saya masih yakin dengan tesis, siapapun yang menang di munas mendatang sangat ditentukan apakah si calon memiliki restu dari kekuasaan atau tidak," kata Burhanudin dalam diskusi bertajuk Dinamika Partai Golkar: Memanas Jelang Suksesi; Membaca Restu Jokowi di Jakarta, Minggu.

Dia menilai, dua nama caketum Golkar yang diperkirakan maju dalam munas, yaitu Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo, sama-sama memiliki akses langsung kepada kekuasaan.

Baca juga: Pemberhentian Ketua DPD Cirebon bukan terkait dukungan di munas
Baca juga: Elite Golkar diingatkan agar tidak buat kegaduhan dalam kontestasi
Baca juga: Pengamat sarankan Munas Golkar digelar sebelum pelantikan Presiden

Menurut dia, Airlangga merupakan menteri di Kabinet Kerja, ketika terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar membuat Jokowi memberikan semacam dispensasi. "Sebelumnya menteri dilarang menjabat rangkap namun Airlangga diberi pengecualian untuk rangkap jabatan, yaitu sebagai menteri dan ketum Golkar," ujarnya.

Burhanudin mengatakan, Bambang Soesatyo (Bamsoet) yang posisinya saat ini sebagai Ketua DPR memiliki posisi ketatanegaraan yang sederajat dengan Presiden sehingga punya akses langsung ke Jokowi.

Dia menjelaskan, yang menjadi isu adalah pelaksanaan munas Golkar menentukan strategi siapa yang akan memenangkan kontestasi. "Kalau dilakukan bulan Desember, hampir pasti Bamsoet tidak lagi menjadi Ketua DPR karena masa jabatan habis di Oktober. Kalau munas di September, bagaimana pun posisi Ketua DPR masih diisi Bamsoet," ujarnya.

Menurut dia, kalau munas dilaksanakan Desember 2019, kemungkinan Airlangga sudah tidak menjadi menteri.

Selain itu Burhanudin juga menjelaskan skenario Airlangga menggunakan posisinya sebagai Ketum Golkar untuk merekomendasikan kadernya duduk sebagai menteri di kabinet mendatang.

"Namun buat saya, Jokowi tentu tidak melihat dari sisi kedekatan saja tapi juga misalnya sisi kepemimpinan masing-masing calon ketua umum harus mampu memastikan Jokowi soft landing di periode kedua," ujarnya.

Baca juga: Aburizal Bakrie: Munas Golkar digelar Desember 2019
Baca juga: Aziz Syamsuddin dukung Airlangga pada Munas Golkar Desember 2019
Baca juga: Akbar isyaratkan mendukung Bamsoet calon ketua umum Golkar

Menurut dia, kepemimpinan (leadership) itu dipengaruhi apakah Jokowi memiliki keyakinan di masa mendatang mampu menjaga stabilitas politik karena Golkar menjadi salah satu parpol yang bisa diandalkan Jokowi.

Dia menilai Jokowi pasti sudah memiliki referensi untuk Ketum Golkar ke depan. Jokowi akan menunggu hingga di ujung waktu pelaksanaan munas dan kondisinya berbeda dengan munas luar biasa (munaslub) yang memilih Airlangga sebagai ketum.