Pengurangan polusi udara Jakarta makin sulit saat curah hujan rendah
7 Juli 2019 13:36 WIB
Arsip Foto. Sejumlah gedung bertingkat terlihat samar akibat polusi udara di Jakarta, Selasa (2/7/2019). (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal mengatakan upaya pengurangan polusi udara di Jakarta semakin sulit saat curah hujan rendah pada musim kemarau.
"Ada tiga hal yang membuat polusi semakin menjadi yaitu karena kemarau, kelembaban rendah, dan kerapatan molekul renggang," katanya di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang, Agam, Sumatera Barat, Minggu.
Ia mengatakan, saat curah hujan tinggi, air banyak, pencemar udara akan seperti diikat atau dibasuh secara alami. Pencemar yang ada di ketinggian akan dibawa ke permukaan tanah dan yang sudah ada di permukaan tanah akan dialirkan atau diserap.
Kelembaban udara juga mempengaruhi polusi udara. Saat udara lembab, Herizal menjelaskan, molekul polutan mudah terikat sehingga tidak beterbangan bebas di udara lagi.
Selanjutnya, kata Herizal, kerapatan molekul juga mempengaruhi kadar polusi. Saat permukaan cenderung kering maka kerapatan molekul debu dan polutan lainnya akan rendah sehingga mudah beterbangan dan dapat dihirup oleh manusia.
Ia mengatakan, pada musim kemarau seperti sekarang, warga Jakarta bisa ikut mengurangi polusi dengan mengurangi penggunaan kendaraan, memilih menggunakan sarana transportasi massal, atau menggunakan kendaraan dengan emisi rendah.
Baca juga:
Dinas LH DKI dorong warga gunakan transportasi publik kurangi polusi
BPPT siapkan tiga skenario modifikasi cuaca atasi polusi udara Jakarta
"Ada tiga hal yang membuat polusi semakin menjadi yaitu karena kemarau, kelembaban rendah, dan kerapatan molekul renggang," katanya di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang, Agam, Sumatera Barat, Minggu.
Ia mengatakan, saat curah hujan tinggi, air banyak, pencemar udara akan seperti diikat atau dibasuh secara alami. Pencemar yang ada di ketinggian akan dibawa ke permukaan tanah dan yang sudah ada di permukaan tanah akan dialirkan atau diserap.
Kelembaban udara juga mempengaruhi polusi udara. Saat udara lembab, Herizal menjelaskan, molekul polutan mudah terikat sehingga tidak beterbangan bebas di udara lagi.
Selanjutnya, kata Herizal, kerapatan molekul juga mempengaruhi kadar polusi. Saat permukaan cenderung kering maka kerapatan molekul debu dan polutan lainnya akan rendah sehingga mudah beterbangan dan dapat dihirup oleh manusia.
Ia mengatakan, pada musim kemarau seperti sekarang, warga Jakarta bisa ikut mengurangi polusi dengan mengurangi penggunaan kendaraan, memilih menggunakan sarana transportasi massal, atau menggunakan kendaraan dengan emisi rendah.
Baca juga:
Dinas LH DKI dorong warga gunakan transportasi publik kurangi polusi
BPPT siapkan tiga skenario modifikasi cuaca atasi polusi udara Jakarta
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: