Artikel
Menunggu tuah "Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto"
Oleh Miko Elfisha
7 Juli 2019 09:00 WIB
Silo bekas tempat penyimpanan batubara di Kota Sawahlunto, Sumbar yang masih merupakan aset PT Bukit Asam unit pertambangan Ombilin, menjadi salah satu bukti kejayaan tambang batubara Sawahlunto pada masa lalu. ANTARA/Iggoy el Fitra/aa
Padang (ANTARA) - Bekas tambang batu bara di Ombilin, Sawahluto Sumatera Barat resmi ditetapkan sebagai warisan dunia sesi Sidang ke-43 Komite Warisan Dunia UNESCO PBB di Gedung Pusat Kongres Baku di Baku, Azerbaijan, Sabtu (6/7).
Bekas tambang itu selanjutnya disebut "Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto", meski sebenarnya untuk mendapatkan "gelar" itu, Sawahlunto sebenarnya tidak berdiri sendiri.
Sawahlunto didukung oleh enam kabupaten dan kota di Sumbar sebagai satu wilayah nominasi. Daerah itu masing-masing Kota Padang, Padang Panjang, Solok, Kabupaten Solok, Padang Pariaman, dan Tanah Datar.
Hal itu disebabkan upaya memperluas tema nominasi untuk memperkuat Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value) sehingga penetapan Tambang Ombilin sebagai warisan dunia bisa lebih mulus.
Konsekuensinya daerah nominasi diperluas, tidak hanya Sawahlunto, tetapi juga daerah lain terutama yang dilewati oleh rel kereta api sebagai alat transportasi dari lokasi tambang ke pelabuhan laut Teluk Bayur yang saat itu bernama Emma Haven.
Sebagaimana tambang batu bara Ombilin yang memiliki nilai atau heritage, jalur rel kereta api yang menghubungkannya dengan pelabuhan juga punya memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh semua rel di Indonesia, bahkan dunia, yaitu rel gigi.
Rel itu membentang cukup panjang dari Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman naik ke Padang Panjang terus ke Batu Taba, Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar yang telah berdekatan dengan Danau Singkarak.
Rel gigi (rack railway) ialah sistem rel pegunungan, dengan elevasi kemiringan hingga sekitar 6 persen, sedang yang menggunakan rel biasa elevasi kemiringan maksimum hanya 1 persen) dengan rel bergigi khusus yang dinaiki di atas bantalan rel antara rel yang terbentang. Dengan rel itu lokomotif mampu melalui lereng yang curam.
Dahulu, jalur rel Ambarawa-Bedono menggunakan rel gigi, namun kini sudah tak dipakai lagi. Praktis hanya rel gigi di Sumbar yang masih tersisa di Indonesia. Sayang, lokomotif yang bisa melewati jalur itu sekarang juga hampir tidak ada.
Lokomotif diesel yang terakhir melewati jalur itu adalah B204 buatan Swiss Locomotive and Machine Works (SLM). Namun 17 lokomotif itu sekarang tidak siap beroperasi.
Jika rel dan lokomotif itu bisa diaktifkan kembali akan memberikan dukungan sangat besar bagi keberlanjutan "Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto" sebagai warisan dunia. Selain itu juga akan memberikan nilai tambah untuk daya tarik pariwisata ke daerah itu.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno usai menghadiri Sidang ke-43 Komite Warisan Dunia UNESCO PBB di Gedung Pusat Kongres Baku di Baku, Azerbaijan menyebutkan penetapan itu memang tidak saja untuk melanggengkan nilai-nilai sejarah yang ada, tetapi sekaligus juga diharapkan memberikan dampak positif terhadap pariwisata daerah.
Nama Sumbar makin terangkat dan dikenal di dunia internasional sehingga diharapkan akan makin banyak orang yang penasaran dan tertarik untuk berkunjung sehingga industri pariwisata bisa lebih menggeliat dan manfaatnya langsung dirasakan oleh masyarakat.
Pariwisata merupakan sektor unggulan daerah itu yang menjadi fokus utama dalam menunjang pembangunan ekonomi daerah. Promosi menjadi tuas utama untuk menggerakkan sektor pariwisata.
"Penetapan Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto ini adalah sebuah promosi yang sangat bagus untuk Sumbar," katanya.
Senada, Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Oni Yulfian memprediksi manfaat penetapan warisan dunia itu akan segera dirasakan oleh masyarakat salah satunya dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan.
Diharapkan wisatawan yang datang itu tidak hanya didominasi warga Singapura dan Malaysia tetapi makin luas ke negara-negara Asia lain, Timur Tengah, Amerika dan Eropa.
"Sekarang kita setidaknya punya dua hal untuk mempromosikan Sumbar di mata internasional. Setelah Tour de Singkarak, sekarang Tambang Ombilin sebagai Warisan Dunia Unesco," kata Oni.
Selain itu Sumbar juga punya platform Wisata Halal untuk menarik wisatawan dari negara-negara Islam di Timur Tengah serta Geo Park yang lebih menonjolkan keunikan geologi serta budaya masyarakat pendukungnya.
Soal destinasi, seni budaya dan kuliner sudah tidak perlu ditanya. Sumbar memiliki semua yang dibutuhkan untuk memberikan pengalaman berwisata yang lengkap dari dasar laut hingga puncak gunung.
Kini tinggal menunggu tuah Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto sebagai promosi daerah agar Sumbar makin dikenal di tingkat dunia. Apalagi melambungnya harga tiket penerbangan domestik sejak akhir 2018 mulai membuat target kunjungan wisata Sumbar 2019 menjadi kian kabur.
Setidaknya, jumlah kunjungan ke daerah itu berkurang hingga 30 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal target kunjungan wisatawan ke provinsi itu pada 2019 sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) adalah 57.087 orang untuk wisatawan mancanegara dan 8.476.724 orang wisatawan nusantara.
Penetapan Tambang Ombilin sebagai Warisan Dunia UNESCO menjadi oase di tengah menurunnya minat wisatawan untuk berlibur di Sumbar. Diharapkan, tuah yang ditunggu-tunggu itu benar-benar datang tidak lama lagi.
Penetapan tambang Ombilin sebagari warisan dunia itu dimulai sejak 2015. Saat itu Kota Sawahlunto dimasukkan ke dalam daftar sementara warisan dunia kategori budaya.
Sejak saat itu, proses pengumpulan data, penyusunan dokumen pendukung dan diskusi panjang dengan para ahli dan akademisi dari dalam dan luar negeri makin intensif dilakukan.
Sampai pada akhirnya muncul usulan agar memperluas tema nominasi untuk memperkuat Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value).
Perluasan tema nominasi ini tentunya berimplikasi pada perluasan wilayah nominasi dengan menggabungkan beberapa kota atau kabupaten yaitu, Kota Padang, Kota Padang Panjang, Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar di Sumatera Barat ke dalam satu wilayah nominasi yaitu Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto.
Pengajuan kriteria Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto yang menjadi Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value) adalah kriteria dua dan empat.
Kriteria dua adalah tentang adanya pertukaran penting dalam nilai-nilai kemanusiaan sepanjang masa atau dalam lingkup kawasan budaya, dalam perkembangan arsitektur dan teknologi, seni monumental, perencanaan kota dan desain lanskap.
Dalam keterkaitannya dengan kriteria dua, keunikan tambang Ombilin itu menunjukkan adanya pertukaran informasi dan teknologi lokal dengan teknologi Eropa terkait dengan eksploitasi batubara di masa akhir abad ke-19 sampai dengan masa awal abad ke-20 di dunia, khususnya di Asia Tenggara.
Sedangkan kriteria empat adalah tentang contoh luar biasa dari tipe bangunan, karya arsitektur dan kombinasi teknologi atau lanskap yang menggambarkan tahapan penting dalam sejarah manusia.
Keunikan tambang batubara Ombilin di Sawahlunto menunjukkan contoh rangkaian kombinasi teknologi dalam suatu lanskap kota pertambangan yang dirancang untuk efisiensi sejak tahap ekstraksi batubara, pengolahan, dan transportasi, sebagaimana yang ditunjukkan dalam organisasi perusahaan, pembagian pekerja, sekolah pertambangan, dan penataan kota pertambangan yang dihuni oleh sekitar 7.000 penduduk.
Baca juga: UNESCO tetapkan pertambangan Ombilin sebagai warisan dunia
Baca juga: Kota Sawahlunto masuk calon warisan dunia Unesco 2019
Bekas tambang itu selanjutnya disebut "Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto", meski sebenarnya untuk mendapatkan "gelar" itu, Sawahlunto sebenarnya tidak berdiri sendiri.
Sawahlunto didukung oleh enam kabupaten dan kota di Sumbar sebagai satu wilayah nominasi. Daerah itu masing-masing Kota Padang, Padang Panjang, Solok, Kabupaten Solok, Padang Pariaman, dan Tanah Datar.
Hal itu disebabkan upaya memperluas tema nominasi untuk memperkuat Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value) sehingga penetapan Tambang Ombilin sebagai warisan dunia bisa lebih mulus.
Konsekuensinya daerah nominasi diperluas, tidak hanya Sawahlunto, tetapi juga daerah lain terutama yang dilewati oleh rel kereta api sebagai alat transportasi dari lokasi tambang ke pelabuhan laut Teluk Bayur yang saat itu bernama Emma Haven.
Sebagaimana tambang batu bara Ombilin yang memiliki nilai atau heritage, jalur rel kereta api yang menghubungkannya dengan pelabuhan juga punya memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh semua rel di Indonesia, bahkan dunia, yaitu rel gigi.
Rel itu membentang cukup panjang dari Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman naik ke Padang Panjang terus ke Batu Taba, Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar yang telah berdekatan dengan Danau Singkarak.
Rel gigi (rack railway) ialah sistem rel pegunungan, dengan elevasi kemiringan hingga sekitar 6 persen, sedang yang menggunakan rel biasa elevasi kemiringan maksimum hanya 1 persen) dengan rel bergigi khusus yang dinaiki di atas bantalan rel antara rel yang terbentang. Dengan rel itu lokomotif mampu melalui lereng yang curam.
Dahulu, jalur rel Ambarawa-Bedono menggunakan rel gigi, namun kini sudah tak dipakai lagi. Praktis hanya rel gigi di Sumbar yang masih tersisa di Indonesia. Sayang, lokomotif yang bisa melewati jalur itu sekarang juga hampir tidak ada.
Lokomotif diesel yang terakhir melewati jalur itu adalah B204 buatan Swiss Locomotive and Machine Works (SLM). Namun 17 lokomotif itu sekarang tidak siap beroperasi.
Jika rel dan lokomotif itu bisa diaktifkan kembali akan memberikan dukungan sangat besar bagi keberlanjutan "Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto" sebagai warisan dunia. Selain itu juga akan memberikan nilai tambah untuk daya tarik pariwisata ke daerah itu.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno usai menghadiri Sidang ke-43 Komite Warisan Dunia UNESCO PBB di Gedung Pusat Kongres Baku di Baku, Azerbaijan menyebutkan penetapan itu memang tidak saja untuk melanggengkan nilai-nilai sejarah yang ada, tetapi sekaligus juga diharapkan memberikan dampak positif terhadap pariwisata daerah.
Nama Sumbar makin terangkat dan dikenal di dunia internasional sehingga diharapkan akan makin banyak orang yang penasaran dan tertarik untuk berkunjung sehingga industri pariwisata bisa lebih menggeliat dan manfaatnya langsung dirasakan oleh masyarakat.
Pariwisata merupakan sektor unggulan daerah itu yang menjadi fokus utama dalam menunjang pembangunan ekonomi daerah. Promosi menjadi tuas utama untuk menggerakkan sektor pariwisata.
"Penetapan Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto ini adalah sebuah promosi yang sangat bagus untuk Sumbar," katanya.
Senada, Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Oni Yulfian memprediksi manfaat penetapan warisan dunia itu akan segera dirasakan oleh masyarakat salah satunya dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan.
Diharapkan wisatawan yang datang itu tidak hanya didominasi warga Singapura dan Malaysia tetapi makin luas ke negara-negara Asia lain, Timur Tengah, Amerika dan Eropa.
"Sekarang kita setidaknya punya dua hal untuk mempromosikan Sumbar di mata internasional. Setelah Tour de Singkarak, sekarang Tambang Ombilin sebagai Warisan Dunia Unesco," kata Oni.
Selain itu Sumbar juga punya platform Wisata Halal untuk menarik wisatawan dari negara-negara Islam di Timur Tengah serta Geo Park yang lebih menonjolkan keunikan geologi serta budaya masyarakat pendukungnya.
Soal destinasi, seni budaya dan kuliner sudah tidak perlu ditanya. Sumbar memiliki semua yang dibutuhkan untuk memberikan pengalaman berwisata yang lengkap dari dasar laut hingga puncak gunung.
Kini tinggal menunggu tuah Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto sebagai promosi daerah agar Sumbar makin dikenal di tingkat dunia. Apalagi melambungnya harga tiket penerbangan domestik sejak akhir 2018 mulai membuat target kunjungan wisata Sumbar 2019 menjadi kian kabur.
Setidaknya, jumlah kunjungan ke daerah itu berkurang hingga 30 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal target kunjungan wisatawan ke provinsi itu pada 2019 sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) adalah 57.087 orang untuk wisatawan mancanegara dan 8.476.724 orang wisatawan nusantara.
Penetapan Tambang Ombilin sebagai Warisan Dunia UNESCO menjadi oase di tengah menurunnya minat wisatawan untuk berlibur di Sumbar. Diharapkan, tuah yang ditunggu-tunggu itu benar-benar datang tidak lama lagi.
Penetapan tambang Ombilin sebagari warisan dunia itu dimulai sejak 2015. Saat itu Kota Sawahlunto dimasukkan ke dalam daftar sementara warisan dunia kategori budaya.
Sejak saat itu, proses pengumpulan data, penyusunan dokumen pendukung dan diskusi panjang dengan para ahli dan akademisi dari dalam dan luar negeri makin intensif dilakukan.
Sampai pada akhirnya muncul usulan agar memperluas tema nominasi untuk memperkuat Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value).
Perluasan tema nominasi ini tentunya berimplikasi pada perluasan wilayah nominasi dengan menggabungkan beberapa kota atau kabupaten yaitu, Kota Padang, Kota Padang Panjang, Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar di Sumatera Barat ke dalam satu wilayah nominasi yaitu Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto.
Pengajuan kriteria Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto yang menjadi Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value) adalah kriteria dua dan empat.
Kriteria dua adalah tentang adanya pertukaran penting dalam nilai-nilai kemanusiaan sepanjang masa atau dalam lingkup kawasan budaya, dalam perkembangan arsitektur dan teknologi, seni monumental, perencanaan kota dan desain lanskap.
Dalam keterkaitannya dengan kriteria dua, keunikan tambang Ombilin itu menunjukkan adanya pertukaran informasi dan teknologi lokal dengan teknologi Eropa terkait dengan eksploitasi batubara di masa akhir abad ke-19 sampai dengan masa awal abad ke-20 di dunia, khususnya di Asia Tenggara.
Sedangkan kriteria empat adalah tentang contoh luar biasa dari tipe bangunan, karya arsitektur dan kombinasi teknologi atau lanskap yang menggambarkan tahapan penting dalam sejarah manusia.
Keunikan tambang batubara Ombilin di Sawahlunto menunjukkan contoh rangkaian kombinasi teknologi dalam suatu lanskap kota pertambangan yang dirancang untuk efisiensi sejak tahap ekstraksi batubara, pengolahan, dan transportasi, sebagaimana yang ditunjukkan dalam organisasi perusahaan, pembagian pekerja, sekolah pertambangan, dan penataan kota pertambangan yang dihuni oleh sekitar 7.000 penduduk.
Baca juga: UNESCO tetapkan pertambangan Ombilin sebagai warisan dunia
Baca juga: Kota Sawahlunto masuk calon warisan dunia Unesco 2019
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: