Surabaya (ANTARA News) - Dalam upayanya meenghentikan semburan lumpur di proyek PT Lapindo Brantas Inc. di Sidoarjo, Jawa Timur, Tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menyiapkan teori Bernoulli II (tekanan atas dan bawah seimbang), hasil gabungan sistem "relief well" (pengeboran menyamping) dan teori Bernoulli. Koordinator Tim ITS, Ir Djaja Laksana, saat dihubungi di Surabaya, Kamis, mengatakan bahwa sistem itu ditemukan setelah melihat cara kerja "relief well" dan teori Bernoulli. Pada sistem "relief well", menurut dia, penghentian semburan dilakukan dengan cara memasukkan semen berat ke titik pertemuan antara lubang atas dan pusat semburan. "Sedangkan, teori Bernoulli menyeimbangkan tekanan atas dan bawah sehingga semburan lumpur stabil. Dengan stabilnya tekanan, otomotis semburan akan berhenti dengan sendirinya," katanya. Menurut dia, teori Bernoulli II dapat berjalan baik, jika materi yang dimasukkan ke titik sasaran diubah, dari semen berat menjadi biji atau pasir besi seberat 7,5 kilogram per desimeter kubik, yang dimasukkan dari beberapa titik bersistem "relief well". "Yang membedakan sistem 'relief well' lama dengan baru adalah materi tidak harus dimasukkan tepat di sumber lumpur, tapi bisa sedikit lebih jauh sekitar 2 hingga 3 meter," ujarnya. Dengan berat yang telah ditentukan tersebut, besi tidak mudah terangkat ke permukaan, sehingga besi akan menutupi jalan keluar lumpur. Teori Bernoulli akan berjalan, karena biji besi yang terangkat ke atas akan memberi tekanan ke bawah yang menyebabkan semburan lumpur berhenti. Berapa banyak pasir atau biji besi yang diperlukan, menurut Djaja, semua tergantung perhitungan besarnya lubang atau diameter di pusat semburan. Diperkirakan kedalaman pusat semburan sekitar 3.000 meter di bawah permukaan tanah. Dengan lamanya penanganan semburan ini, kondisi lubang pada pusat semburan tidak berbentuk dan rawan terkikis oleh semburan yang keluar. "Yang bisa menghitung besarnya lubang adalah ahli geologi, kami hanya memberi saran pada pemerintah mengenai materi yang akan dimasukkan ke pusat semburan, karena jika tetap menggunakan semen berat seperti yang pernah diterapkan pada sisterm 'relief well' lama tingkat keberhasilannya sedikit sekali," ujarnya. Tim ITS telah memanfaatkan teori Bernoulli sejak awal semburan lumpur terjadi. Bahkan, Tim ITS telah menyiapkan proposal dua penemuan baru, yakni pengaliran lumpur (star pump) dan teori Bernoulli untuk diserahkan ke Presiden RI. "Kami memberikan alternatif pilihan penanganan masalah lumpur, biar nanti pemerintah yang menentukan mana yang lebih tepat, apakah teori Bernoulli atau sistem 'relief well' yang kami inginkan adalah masalah lumpur dapat segera selesai," katanya menambahkan. Jacques Bernoulli (1654 - 1705) adalah ahli matematika dari Swiss yang menemukan teori integral, kurva keseimbangan, dan sejumlah dalil lainnya yang banyak dimanfaatkan di bidang ilmu fisika dan kimia. (*)