Angkasa Pura ingin kembangkan Bandara Yogyakarta hub internasional
5 Juli 2019 16:08 WIB
Direktur Utama AP I Faik Fahmi memaparkan terkait Bandara Internasional Yogyakarta dalam diskusi “Menjawab Tantangan Sektor Transportasi, Tingkatkan Konektivitas Joglosemar” di Bandara Internasional Yogyakarta, Kulon Progo, Jumat. (ANTARA/ Juwita Trisna Rahayu)
Jakarta (ANTARA) - PT Angkasa Pura I ingin mengembangkan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) menjadi hub internasional selain Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta dan Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar.
“Saya melihat ke depan YIA inilah yang bisa menjadi salah satu hub utama kita terutama yang di wilayah Jawa Tengah. Kalau selama ini Cengkareng dan Bali ya dan YIA menjadi salah satu yang dikembangkan untuk penerbangan internasional,” kata Direktur Utama AP I Faik Fahmi dalam diskusi “Menjawab Tantangan Sektor Transportasi, Tingkatkan Konektivitas Joglosemar” di Bandara Internasional Yogyakarta, Kulon Progo, Jumat.
Faik mengatakan pihaknya juga tengah mempersiapkan konektivitas antara Bandara Yogyakarta, Solo dan Semarang (Joglosemar), sehingga akan tertata sistem angkutan udara yang lebih efektif.
Baca juga: Dirut KAI ingin jalur kereta bandara Yogyakarta segera diselesaikan
Untuk itu, Bandara Intenasional Yogyakarta dipersiapkan untuk bisa didarati pesawat berbadan besar, sekelas Boeing 777 dan Airbus 380 agar bisa menampung wisatawan asing dengan jumlah banyak.
“Saya kira YIA ini benar akan membuat DIY akan lebih istimewa. kalau kita lihat dari sisi struktur fisiknya, bandara ini menjadi salah satu bandara yang terbaik di Indonesia. Kalau kita landasan pacu 3.250 meter yang sangat besar, sehingga pesawat-pesawat berbadan besar 777 380 ‘full load’ ‘full capacity’ bisa masuk di Kulon Progo secara langsung,” katanya.
Sehingga, Faik mengatakan Yogyakarta menjadi pintu gerbang masuknya wisatawan terutama wisatawan macanegara yang saat ini sangat terbatas kapasitasnya di Bandara Adisutjipto.
“Yogyakarta ini kan termasuk daerah yang menjadi kunjungan turis asing pada waktu itu tapi karena ada persoalan terkait aksesibilitas karena Adi Sutjipto tidak bisa didarati pesawat besar sehingga ada kesulitan turis asing masuk ke Yogyakarta,” katanya.
Baca juga: Dinas PUP-ESDM: Wacana tol Yogyakarta-Bandara YIA belum masuk RTRW DIY
Dengan demikian, Faik berharap dengan membawa banyak wisman ke Yogyakarta akan memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, baik itu Pemrov Yogyakarta maupun Jawa Tengah.
Faik menyebutkan dengan hadirnya Bandara Internasional Yogyakarta, pertumbuhan ekonomi Kulon Progo meningkat dari 5,4 persen pada 2015 menjadi 10,6 persen pada April 2019.
“Ini naiknya sangat signifikan padahal bandara belum selesai dioperasikan. Bayangkan nanti kalau misalnya bandara ini sudah 100 persen beroperasi,” katanya.
Selain itu juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi Yogyakarta, yakni dari 5,05 persen pada 2015 menjadi 7,5 persen.
Baca juga: September, penerbangan di Bandara Adisutjipto dipindah ke BIY
“Saya melihat ke depan YIA inilah yang bisa menjadi salah satu hub utama kita terutama yang di wilayah Jawa Tengah. Kalau selama ini Cengkareng dan Bali ya dan YIA menjadi salah satu yang dikembangkan untuk penerbangan internasional,” kata Direktur Utama AP I Faik Fahmi dalam diskusi “Menjawab Tantangan Sektor Transportasi, Tingkatkan Konektivitas Joglosemar” di Bandara Internasional Yogyakarta, Kulon Progo, Jumat.
Faik mengatakan pihaknya juga tengah mempersiapkan konektivitas antara Bandara Yogyakarta, Solo dan Semarang (Joglosemar), sehingga akan tertata sistem angkutan udara yang lebih efektif.
Baca juga: Dirut KAI ingin jalur kereta bandara Yogyakarta segera diselesaikan
Untuk itu, Bandara Intenasional Yogyakarta dipersiapkan untuk bisa didarati pesawat berbadan besar, sekelas Boeing 777 dan Airbus 380 agar bisa menampung wisatawan asing dengan jumlah banyak.
“Saya kira YIA ini benar akan membuat DIY akan lebih istimewa. kalau kita lihat dari sisi struktur fisiknya, bandara ini menjadi salah satu bandara yang terbaik di Indonesia. Kalau kita landasan pacu 3.250 meter yang sangat besar, sehingga pesawat-pesawat berbadan besar 777 380 ‘full load’ ‘full capacity’ bisa masuk di Kulon Progo secara langsung,” katanya.
Sehingga, Faik mengatakan Yogyakarta menjadi pintu gerbang masuknya wisatawan terutama wisatawan macanegara yang saat ini sangat terbatas kapasitasnya di Bandara Adisutjipto.
“Yogyakarta ini kan termasuk daerah yang menjadi kunjungan turis asing pada waktu itu tapi karena ada persoalan terkait aksesibilitas karena Adi Sutjipto tidak bisa didarati pesawat besar sehingga ada kesulitan turis asing masuk ke Yogyakarta,” katanya.
Baca juga: Dinas PUP-ESDM: Wacana tol Yogyakarta-Bandara YIA belum masuk RTRW DIY
Dengan demikian, Faik berharap dengan membawa banyak wisman ke Yogyakarta akan memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, baik itu Pemrov Yogyakarta maupun Jawa Tengah.
Faik menyebutkan dengan hadirnya Bandara Internasional Yogyakarta, pertumbuhan ekonomi Kulon Progo meningkat dari 5,4 persen pada 2015 menjadi 10,6 persen pada April 2019.
“Ini naiknya sangat signifikan padahal bandara belum selesai dioperasikan. Bayangkan nanti kalau misalnya bandara ini sudah 100 persen beroperasi,” katanya.
Selain itu juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi Yogyakarta, yakni dari 5,05 persen pada 2015 menjadi 7,5 persen.
Baca juga: September, penerbangan di Bandara Adisutjipto dipindah ke BIY
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019
Tags: