DKI pun siaga kekeringan
5 Juli 2019 13:42 WIB
Petugas Dinas Bina Marga menyelesaikan pembuatan sumur resapan air hujan di kawasan Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (22/4/2019). Pemprov DKI Jakarta akan membangun sekitar 1.000 sumur resapan air untuk mengantisipasi banjir saat musim hujan serta sebagai penampungan air hujan saat musim kemarau. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/hp.
Jakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta siaga kekeringan pada musim kemarau ini dan mengimbau agar warga bijak dalam memanfaatkan air.
"Kami imbau agar masyarakat menggunakan air dengan bijak dan seperlunya. Hemat air saat musim kemarau ini," ujar Kepala BPBD DKI Jakarta Subejo di Jakarta, Jumat.
Berdasarkan kasus pada tahun sebelumnya, ancaman kekeringan kerap terjadi di wilayah Jakarta Utara. Sedangkan potensi kebakaran, terjadi dari pembakaran ilalang dan sampah yang memicu kebakaran besar.
Sejauh ini BPBD belum menerima laporan adanya wilayah yang mengalami kesulitan air akibat dampak kekeringan di DKI Jakarta.
"Saya cek staf untuk periksa dan monitoring (wilayah kesulitan air)," kata dia.
Baca juga: Pemprov DKI ajak warga menabung air
Baca juga: 1.040 hektare sawah di Ciamis terancam puso
Baca juga: 2.809 jiwa di Purbalingga terdampak kekeringan
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat memprakirakan puncak musim kemarau di wilayah DKI Jakarta akan berlangsung pada bulan September 2019 sehingga wilayah Ibu Kota harus bersiap mengatasi kekeringan.
Kepala Staf Sub Bidang Analisis Informasi Iklim BMKG Pusat, Adi Ripaldi mengatakan kemarau baru berjalan dua bulan namun sudah ada wilayah yang melaporkan kesulitan air.
Ia mengatakan saat ini sudah ada wilayah di DKI Jakarta yang berstatus siaga kekeringan terutama di Jakarta Utara. Dengan begitu, perlu diwaspadai oleh pemerintah daerah agar melakukan upaya antisipasi kekeringan.
Berdasarkan monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) dua wilayah di Kota Administrasi Jakarta Utara yang sudah masuk HTH sangat panjang yakni 30 sampai 61 hari.
"HTH di wilayah Jakarta sudah lebih 30-61 hari terjadi di Rawa Badak dan Rorotan," kata Ripaldi.
Ripaldi mengatakan BMKG melakukan monitori HTH setiap hari untuk seluruh wilayah DKI Jakarta dengan menggunakan 6.607 alat penakar hujan yang tersebar di setiap kecamatan.
Dari hasil monitoring tersebut diketahui, selain dua wilayah tadi yang dikategorikan HTH sangat panjang, wilayah lainnya masuk kriteria HTH panjang, yakni 21-30 hari.
"Kami imbau agar masyarakat menggunakan air dengan bijak dan seperlunya. Hemat air saat musim kemarau ini," ujar Kepala BPBD DKI Jakarta Subejo di Jakarta, Jumat.
Berdasarkan kasus pada tahun sebelumnya, ancaman kekeringan kerap terjadi di wilayah Jakarta Utara. Sedangkan potensi kebakaran, terjadi dari pembakaran ilalang dan sampah yang memicu kebakaran besar.
Sejauh ini BPBD belum menerima laporan adanya wilayah yang mengalami kesulitan air akibat dampak kekeringan di DKI Jakarta.
"Saya cek staf untuk periksa dan monitoring (wilayah kesulitan air)," kata dia.
Baca juga: Pemprov DKI ajak warga menabung air
Baca juga: 1.040 hektare sawah di Ciamis terancam puso
Baca juga: 2.809 jiwa di Purbalingga terdampak kekeringan
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat memprakirakan puncak musim kemarau di wilayah DKI Jakarta akan berlangsung pada bulan September 2019 sehingga wilayah Ibu Kota harus bersiap mengatasi kekeringan.
Kepala Staf Sub Bidang Analisis Informasi Iklim BMKG Pusat, Adi Ripaldi mengatakan kemarau baru berjalan dua bulan namun sudah ada wilayah yang melaporkan kesulitan air.
Ia mengatakan saat ini sudah ada wilayah di DKI Jakarta yang berstatus siaga kekeringan terutama di Jakarta Utara. Dengan begitu, perlu diwaspadai oleh pemerintah daerah agar melakukan upaya antisipasi kekeringan.
Berdasarkan monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) dua wilayah di Kota Administrasi Jakarta Utara yang sudah masuk HTH sangat panjang yakni 30 sampai 61 hari.
"HTH di wilayah Jakarta sudah lebih 30-61 hari terjadi di Rawa Badak dan Rorotan," kata Ripaldi.
Ripaldi mengatakan BMKG melakukan monitori HTH setiap hari untuk seluruh wilayah DKI Jakarta dengan menggunakan 6.607 alat penakar hujan yang tersebar di setiap kecamatan.
Dari hasil monitoring tersebut diketahui, selain dua wilayah tadi yang dikategorikan HTH sangat panjang, wilayah lainnya masuk kriteria HTH panjang, yakni 21-30 hari.
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019
Tags: