Tanjungpinang (ANTARA) - Provinsi Kepulauan Riau membutuhkan pemimpin sekaliber Ansar Ahmad, yang dianggap sukses memimpin Kabupaten Bintan selama dua periode, kata pengamat politik, Endri Sanopaka.

"Pemikiran dan kerja kerasnya membuat Bintan maju dalam berbagai sektor, terutama di dalam peningkatan infrastruktur dasar, budaya, pendidikan, pariwisata dan sosial, dan perekonomian. Ini masih dirasakan masyarakat," ujarnya di Tanjungpinang, Jumat.

Endri yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik Raja Haji Tanjungpinang mengatakan gaung keberhasilan Ansar dalam memimpin Bintan didengar oleh sebagian masyarakat Kepri. Hal itu dapat dibuktikan dengan hasil Pemilu Legislatif 2019.

Baca juga: 1.300 peserta berlomba dalam Bintan Triathlon

Ansar Ahmad memperoleh suara mayoritas pada Pemilu 2019. Keberhasilan duduk di kursi DPR itu sebagai wujud dari keinginan masyarakat.

"Tentu kemampuan Ansar Ahmad dibutuhkan untuk memajukan Kepri," ujarnya.

Namun mencalonkan diri sebagai gubernur ataupun wakil gubernur perlu diperhitungkan secara matang oleh Ansar, karena ia harus mempertimbangkan secara matang apakah siap untuk melepas jabatan sebagai anggota DPR RI yang hanya sempat dijabat selama sekitar satu semester jika bertarung pada Pilkada Kepri 2020.

"Kalkulasi politik harus matang, meski jabatan sebagai gubernur itu lebih strategis dibanding DPR RI," ucapnya.

Ia mengatakan bahwa pertimbangan Ansar sebaiknya tidak hanya pada tatanan kepentingan politik, melainkan juga kepentingan masyarakat Kepri. Berbagai permasalahan di Kepri selama Nurdin Basirun memimpin Kepri sebaiknya menjadi bahan pertimbangan untuk memutuskan apakah bertarung pada pilkada atau tidak.

"Banyak catatan negatif dalam pemerintahan selama Nurdin memimpin Kepri," katanya.

Baca juga: Penyidik KLHK akan memeriksa Gubernur Kepri Nurdin Basirun

Pertarungan politik pada Pilkada Kepri 2020, menurut dia jauh lebih seru dibanding lima tahun sebelumnya. Nurdin Basirun dan Wakil Gubernur Kepri Isdianto mengisyaratkan akan maju dalam pilkada.

Pada posisi petahana, kata dia Nurdin tetap diuntungkan dalam menghadapi pilkada. Nurdin yang juga Ketua Partai Nasdem Kepri memiliki akses yang besar untuk mendekati masyarakat dibanding rival politiknya.

"Pertanyaannya, apakah mereka akan sepaket atau berlawanan? Saya pikir Isdianto, politisi PDIP akan kesulitan mendapatkan dukungan parpol, terutama jika Ketua PDIP Kepri Soerya Respationo benar-benar menjadi kandidat pilkada," ucapnya.

Selain itu, Wali Kota Batam Rudi juga digadang-gadangkan akan bertarung pada pilkada. Namun Rudi juga harus mempertimbangkan jabatannya yang masih satu periode lagi bila bertarung pada Pilkada Kepri 2020.

Berdasarkan hasil Pilkada Kepri 2015, Batam yang dianggap banyak pihak menjadi barometer kemenangan politik kandidat pilkada, kenyataannya, tidak. Kemenangan HM Sani (almarhum)- Nurdin pada saat itu justru mendapat suara yang signifikan di daerah lainnya.

Perolehan suara HM Sani-Nurdin juga cukup tinggi di Batam. Hal itu diduga disebabkan mobilitas penduduk di Batam cukup tinggi.

"Kalau Rudi mungkin berpikiran lebih baik bertahan selama satu periode sebelum menuju Kepri I, karena jabatan sebagai Wali Kota Batam sangat strategis," tuturnya.

Terkait Soerya Respationo, Endri mengatakan sebaiknya tidak kembali bertarung, karena sudah beberapa kali kalah. Soerya dinilai lebih piawai memimpin PDIP di Kepri.

"Soerya itu lebih bersinar sebagai pemimpin partai," katanya.

Baca juga: PDIP optimistis Jokowi tunaikan janji bangun jembatan Batam-Bintan

Sementara itu, pengamat politik, Bismar Aryanto, berpendapat, Ansar Ahmad kemungkinan kecil bertarung pada Pilkada Kepri, karena mempertimbangkan jabatan sebagai anggota DPR.

"Ansar memang dibutuhkan Kepri. Beliau memiliki modal politik, pengalaman memimpin daerah dan cerdas. Tetapi menurut saya, beliau kecil kemungkinan maju karena energinya sudah banyak terkuras pada pemilu," ucapnya.

Bismar mengemukakan Nurdin memiliki modal politik yang besar sebagai calon petahana dalam menghadapi Pilkada Kepri 2020. Catatan negatif terkait Nurdin sebagai pemimpin Kepri selama lima tahun terakhir, tidak menjamin Nurdin tidak terpilih lagi.

"Dengan karakter mayoritas pemilih yang pemaaf, dan mudah melupakan, saya rasa Nurdin diuntungkan. Ini sudah terbukti dalam sejumlah pilkada di berbagai daerah," katanya.