Jakarta (ANTARA) - Komisaris Utama Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia atau Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) KH Said Aqil Siradj mengungkapkan ICDX sebagai bursa komoditi bergengsi dan mampu bersaing dengan bursa-bursa komoditi internasional lainnya.

"Saya melihat ICDX merupakan bursa komoditi yang bergengsi sehingga mampu bersaing dengan bursa di luar negeri," ujar KH Said Aqil Siradj di Jakarta, Rabu malam (3/7).

Said Aqil menjelaskan bahwa dulu bursa komoditi di Singapura berperan penting dalam perdagangan berjangka dan komoditi, namun sekarang peran tersebut perlahan-lahan berkurang dalam 10 tahun terakhir dengan kehadiran ICDX di Indonesia.

"Dulu mayoritas para pialang dan pedagang bertransaksi di bursa komoditi Singapura, namun sekarang Alhamdulillah kita sendiri sudah punya (ICDX)," katanya.

Selain itu Said Aqil juga menambahkan bahwa hal tersebut juga merupakan imbauan Presiden Joko Widodo agar bursa komoditi ICDX berperan untuk perekonomian dalam negeri Indonesia.

"Jangan sampai komoditinya dari kita, tapi bursanya di luar negeri," ujar Komisaris Utama ICDX tersebut.

Tahun ini ICDX memasuki usia ke-10 tahun telah melahirkan ekosistem perdagangan berjangka dan komoditi di Indonesia.

Terbentuknya ekosistem perdagangan berjangka dan komoditi di Indonesia oleh ICDX, didorong oleh semangat untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada setiap anggota bursa, yang kini telah beranggotakan 136 anggota.



Ekosistem perdagangan berjangka dan komoditi yang dibangun terdiri dari ICDX, Indonesia Clearing House (ICH) dan ICDX Logistik Berikat (ILB).

ICDX juga berhasil menorehkan capaian penting dalam perjalanannya tersebut yakni berhasil menurunkan volume perdagangan timah yang sebelumnya 80 persen melalui Singapura, menjadi 24 persen pada tahun 2018.

Selain itu terjadi peningkatan yang signifikan terkait negara yang melakukan perdagangan melalui bursa yakni sebesar 86 persen, dari 14 negara menjadi 26 negara tujuan ekspor.