“Pinter-pinternya kitanya saja untuk mengatur waktu, kalau saya biasanya jam 10 atau jam 11 baru ke sini,” kata pembeli gultik Rizki saat ditemui di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Gultik jadi pilihan kuliner malam hari di Jakarta
Menurutnya, lahan parkir kuliner malam gultik yang menggunakan bahu jalan dan sejumlah trotoar itu susah untuk digunakan sebagai lahan parkir kendarannya jika mengunjungi gultik pada jam pulang kantor pukul 6 hingga 8 malam.
Senada dengan Rizki, Eko mengaku sengaja memilih jam larut malam untuk menikmati gultik.
“Biasa ke sini jam 11, 12, atau jam 1 karena parkirnya sudah enak tidak terlalu ramai,”kata Rizki yang sudah menjadi pelanggan setia gultik sejak 2010.
Baca juga: Nasi uduk Pasar Thomas pilihan kuliner dini hari di Jakarta
Sedangkan pembeli lain yakni Pras memanfaatkan transportasi baru Jakarta MRT agar tidak dipusingkan masalah parkir kendaraan.
“Semenjak ada MRT saya pakai tidak bawa kendaraan, karena dari stasiun ke sini juga deket, tinggal jalan kaki saja,” ucap Pras.
Meski terkendala masalah parkir, sejumlah pembeli tersebut tidak mempermasalahkan lahan parkir yang tidak tersedia di kawasan kuliner malam itu.
Alasannya, kendala parkir hanya pada jam tertentu saja. Mendekati jam larut malam yakni jam 10 hingga tengah malam, pembeli bisa mendapatkan ruang parkir sekalipun pada saat gultik ramai diserbu pembeli pada hari Sabtu dan Minggu.
Berdasarkan pantauan, kuliner malam gulai tikungan yang menyajikan sepiring nasi dan potongan daging sapi serta dilengkapi kuah santan itu, memang tidak memiliki lahan parkir khusus. Hal tersebut lantaran sekitar 22 penjual gultik memang memanfaatkan ‘kekosongan’ trotoar pada malam hari sebagai tempat usaha.
Baca juga: Stan kuliner paling ramai diserbu pengunjung Jakarta Fair