PLTA Batang Toru kurangi emisi karbon 1,6 juta ton
3 Juli 2019 14:30 WIB
Senior Advisor Lingkungan PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) Agus Djoko Ismanto berbicara kepada wartawan terkait Pembangkit Listrik Tenaga Air Batang Toru, Jakarta, Rabu (03/06/2019). (ANTARA News/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Jakarta (ANTARA) - Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, mampu mengurangi emisi karbon sebanyak 1,6 juta ton karbon setiap tahun di udara dengan menghasilkan energi bersih tanpa polusi, kata Senior Advisor Lingkungan PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) Agus Djoko Ismanto.
"Ini energi bersih. Dari produknya bersih. Pada saat digunakan tidak menimbulkan pencemaran. Listriknya bersih dipakai juga tidak timbulkan pencemaran. kalau kita setarakan energi bersih ini setara dengan mengurangi emisi karbon sebanyak 1,6 juta ton setiap tahun di udara," kata Agus dalam bincang dengan media, Jakarta, Rabu.
Agus menuturkan emisi karbon 1,6 juta ton tiap tahun itu sama dengan kemampuan hutan pohon Saga menyerap karbondioksida seluas 120.000 hektar.
"Jadi kalau mau serap karbon 1,6 juta ton buatlah hutan seluas 120.000 hektar," tuturnya.
Selain itu, Agus menuturkan pengurangan emisi tersebut merupakan bagian dari langkah nyata pelaksanaan Kesepakatan Paris dalam mewujudkan target pengurangan emisi 29 persen pada 2030.
Di sisi lain, pengoperasian PLTA tidak menggunakan bahan bakar minyak (BBM) sehingga ada penghematan anggaran untuk belanja BBM kurang lebih 400 juta dolar AS per tahun atau sekitar Rp5,6 triliun.
Penghematan anggaran itu kemudian dapat digunakan pemerintah untuk dialokasikan pada program lain untuk kesejahteraan bangsa seperti penuntasan kemiskinan dan pembangunan infrastruktur.
Agus mengatakan dalam proses pembangunan, fasilitas terowongan dibangun 50 meter di bawah permukaan tanah sehingga tetap terjaga hutan dan lahan di atasnya.
"Power house dibuat semi underground, jadi itu juga punya peranan mengurangi pelepasan gas metan, ini diminimalisir, lagi-lagi ini ramah lingkungan," tuturnya.
Dia mengatakan pada pembangunan PLTA itu, memang ada pepohonan yang ditebang dan tanah digaruk, tapi pihaknya berkomitmen untuk perbaikan secara bertahap karena proses pengerjaan PLTA masih berlangsung.
"Proyek ini ramah satwa liar, artinya kita ingin bahwa semua satwa itu aman. Jadi sudah dilakukan pengamatan-pengamatan di mana diperkirakan ada rusa, ular, monyet akan menyeberang. Dari identifikasi itu, kami pasang rambu-rambu hati-hati binatang menyeberang," tuturnya.
Baca juga: IUCN turun tangan, revisi AMDAL PLTA Batang Toru masih berjalan
Baca juga: Orang utan dikhawatirkan punah akibat pembangunan PLTA Batang Toru
"Ini energi bersih. Dari produknya bersih. Pada saat digunakan tidak menimbulkan pencemaran. Listriknya bersih dipakai juga tidak timbulkan pencemaran. kalau kita setarakan energi bersih ini setara dengan mengurangi emisi karbon sebanyak 1,6 juta ton setiap tahun di udara," kata Agus dalam bincang dengan media, Jakarta, Rabu.
Agus menuturkan emisi karbon 1,6 juta ton tiap tahun itu sama dengan kemampuan hutan pohon Saga menyerap karbondioksida seluas 120.000 hektar.
"Jadi kalau mau serap karbon 1,6 juta ton buatlah hutan seluas 120.000 hektar," tuturnya.
Selain itu, Agus menuturkan pengurangan emisi tersebut merupakan bagian dari langkah nyata pelaksanaan Kesepakatan Paris dalam mewujudkan target pengurangan emisi 29 persen pada 2030.
Di sisi lain, pengoperasian PLTA tidak menggunakan bahan bakar minyak (BBM) sehingga ada penghematan anggaran untuk belanja BBM kurang lebih 400 juta dolar AS per tahun atau sekitar Rp5,6 triliun.
Penghematan anggaran itu kemudian dapat digunakan pemerintah untuk dialokasikan pada program lain untuk kesejahteraan bangsa seperti penuntasan kemiskinan dan pembangunan infrastruktur.
Agus mengatakan dalam proses pembangunan, fasilitas terowongan dibangun 50 meter di bawah permukaan tanah sehingga tetap terjaga hutan dan lahan di atasnya.
"Power house dibuat semi underground, jadi itu juga punya peranan mengurangi pelepasan gas metan, ini diminimalisir, lagi-lagi ini ramah lingkungan," tuturnya.
Dia mengatakan pada pembangunan PLTA itu, memang ada pepohonan yang ditebang dan tanah digaruk, tapi pihaknya berkomitmen untuk perbaikan secara bertahap karena proses pengerjaan PLTA masih berlangsung.
"Proyek ini ramah satwa liar, artinya kita ingin bahwa semua satwa itu aman. Jadi sudah dilakukan pengamatan-pengamatan di mana diperkirakan ada rusa, ular, monyet akan menyeberang. Dari identifikasi itu, kami pasang rambu-rambu hati-hati binatang menyeberang," tuturnya.
Baca juga: IUCN turun tangan, revisi AMDAL PLTA Batang Toru masih berjalan
Baca juga: Orang utan dikhawatirkan punah akibat pembangunan PLTA Batang Toru
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: