Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, meningkatkan status waspada kebakaran hutan dan lahan menjadi siaga darurat bencana karena kebakaran mulai meningkat.

"Mulai besok 3 Juli sampai 30 Oktober 2019 diadakan posko terpadu melibatkan beberapa instansi bergabung untuk melaksanakan pengendalian kebakaran hutan dan lahan, terutama pencegahan dini bencana kebakaran hutan dan lahan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur Muhammad Yusuf di Sampit, Selasa.

Peningkatan status itu merupakan hasil rapat gabungan yang dilaksanakan Selasa sore, untuk menyikapi kebakaran lahan yang mulai terjadi, khususnya di Sampit.

Yusuf menjelaskan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah telah meningkatkan status menjadi siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan sejak 27 Mei lalu, namun Kotawaringin Timur baru melakukannya sekarang karena saat itu curah hujan di kabupaten ini masih cukup tinggi, bahkan terjadi banjir di sejumlah kecamatan.

Peningkatan status ini setelah mempertimbangkan kejadian-kejadian kebakaran lahan akhir-akhir ini. Selain itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun H Asan Sampit juga menginformasikan bahwa musim kemarau terjadi sejak dasarian II bulan Juni lalu sehingga potensi kebakaran hutan dan lahan diprediksi akan meningkat.

BPBD Kotawaringin Timur mencatat, selama Juni hingga awal Juli ini sudah terjadi 18 kali kebakaran lahan. Saat ini juga terpantau 10 hotspot atau titik panas yang tersebar di lima kecamatan.

Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Kotawaringin Timur dipimpin Komandan Kodim 1015 Sampit Letkol Inf Sumarlin Marzuki. Sedangkan anggotanya merupakan perwakilan dari seluruh instansi terkait.

Posko berada di kantor BPBD Kotawaringin Timur di Jalan Jenderal Sudirman km 6,8 Sampit. Setiap hari tim akan memantau, mengevaluasi, merencanakan dan menjalankan aksi pengendalian dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.

Saat kemarau, hampir semua kecamatan rawan kebakaran lahan. Namun berdasarkan evaluasi tahun lalu, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan akan menjadi perhatian khusus karena tahun lalu kebakaran lahan di kecamatan itu lebih dari 300 hektare.
​​​
Kendala yang selama ini ditemui di lapangan adalah lokasi kebakaran lahan terlalu jauh sehingga tidak bisa dicapai oleh tim darat, jalan terputus, sulitnya mendapatkan sumber air, serta akses jalan yang umumnya harus dirintis karena kebakaran terjadi jauh dari permukiman.

"Nanti kami mengajukan permohonan satu buah helikopter untuk Kotawaringin Timur yang nanti ditempatkan di Bandara Haji Asan sehingga bisa menanggulangi kebakaran lahan di lokasi yang tidak bisa dijangkau melalui jalur darat dengan cara water boombing atau bom air," demikian Yusuf.

Baca juga: Warga sampit mulai gunakan masker hindari asap
Baca juga: Asap selimuti sampit di pagi hari
Baca juga: Masyarakat mengeluh Sampit kembali dilanda asap pekat