Penelitian ekologis-etnografis diintegrasikan bersama UMP-BNF
2 Juli 2019 17:19 WIB
Sekda Kalteng, Fakhrizal Fitri (lima kiri) saat membuka simposium dan lokalatih kolaborasi integrasi penelitian ekologis dan etnografis untuk mengembangkan konservasi efektif pada bentang alam Sungai Rungan, di Palangka Raya, Senin (2/7/2019). (FOTO ANTARA/Rendhik Andika)
Palangka Raya (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (UMP) bersama Borneo Nature Fondation (BNF) melalui acara "Research Symposiun and Training Workshop" berupaya mengintegrasikan penelitian ekologis dan etnografis sebagai upaya mengembangkan konservasi efektif di bentang alam Sungai Rungan, yang meliputi wilayah Kota Palangka Raya, Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Gunung Mas.
Sekda Provinsi Kalimantan Tengah, Fakhrizal Fitri yang membuka acara itu di Palangka Raya, Selasa mengatakan dalam rangka konservasi, pemanfaatan dan menjaga alam harus dilakukan semua pihak baik lintas sektor maupun lintas disiplin ilmu.
"Hal itu karena pemanfaatan hutan berdampak dan terkait dengan lingkungan alam, ekonomi, sosial dan pola hidup masyarakat di sekitar hutan. Untuk itu kolaborasi ini penting dilakukan untuk memastikan pemanfaatan hutan tetap dilakukan tanpa mengabaikan kelestariannya," katanya.
Pihaknya pun berharap acara tersebut para peneliti terus melakukan penelitian ekologis dan antropologis jangka panjang dalam mendukung konservasi satwa liar serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di bentang alam Sungai Rungan yang terancam bahaya lingkungan.
Direktur Pelaksana BNF, Bernat Ripoll mengatakan tantangan terbesar dalam melakukan penelitian konservasi di wilayah Sungai Rungan ialah mengembangkan metode ramah biaya.
Selain itu, kebijakan konservasi yang efektif membutuhkan pemahaman lebih mendalam terkait bagaimana dan mengapa keputusan-keputusan dibuat para pemangku kepentingan.
"Untuk itu melalui kegiatan ini dapat memperkuat, memperluas dan menyebarluaskan temuan program yang dilakukan. Selain itu juga untuk memperkuat hubungan multiteral antara para ilmuan praktisi dan masyarakat dalam merancang konservasi kolaboratif di bentang alam Rungan," katanya.
Program tersebut merupakan inisiatif untuk melindungi bentang alam Rungan yang terinspirasi dari survei keanekaragaman hayati yang dilakukan oleh BNF dan UM Palangkaraya.
Lokakarya tersebut selain antara UMP dan BNF juga turut melibatkan sejumlah ilmuan alam dan sosial, praktisi konservasi dan kelompok masyarakat dari University of Exeter, Rutgers University dan Brunel University serta masyarakat Mungku Baru.
Sementara itu, dosen Fakultas Kehutanan UMP yang juga Direktur Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Mungku Baru, Siti Maimunah yang juga menjadi pemateri berharap acara itu dapat membentuk jaringan konservasi antar praktisi dan ilmuwan di Indonesia.
Selain itu diseminasi publik tentang konferensi dapat meningkatkan kemungkinan kemitraan internasional dan dapat mengembangkan kapasitas dalam metode penelitian dan konservasi.
Baca juga: Realisasi perhutanan sosial Kalteng baru 131.589 hektare
Baca juga: 50.000 pohon ditargetkan ditanam Borneo Nature Foundation di lahan gambut
Baca juga: Di Kalteng, pemanfaatan hutan sembarangan ancam ekosistem alam
Sekda Provinsi Kalimantan Tengah, Fakhrizal Fitri yang membuka acara itu di Palangka Raya, Selasa mengatakan dalam rangka konservasi, pemanfaatan dan menjaga alam harus dilakukan semua pihak baik lintas sektor maupun lintas disiplin ilmu.
"Hal itu karena pemanfaatan hutan berdampak dan terkait dengan lingkungan alam, ekonomi, sosial dan pola hidup masyarakat di sekitar hutan. Untuk itu kolaborasi ini penting dilakukan untuk memastikan pemanfaatan hutan tetap dilakukan tanpa mengabaikan kelestariannya," katanya.
Pihaknya pun berharap acara tersebut para peneliti terus melakukan penelitian ekologis dan antropologis jangka panjang dalam mendukung konservasi satwa liar serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di bentang alam Sungai Rungan yang terancam bahaya lingkungan.
Direktur Pelaksana BNF, Bernat Ripoll mengatakan tantangan terbesar dalam melakukan penelitian konservasi di wilayah Sungai Rungan ialah mengembangkan metode ramah biaya.
Selain itu, kebijakan konservasi yang efektif membutuhkan pemahaman lebih mendalam terkait bagaimana dan mengapa keputusan-keputusan dibuat para pemangku kepentingan.
"Untuk itu melalui kegiatan ini dapat memperkuat, memperluas dan menyebarluaskan temuan program yang dilakukan. Selain itu juga untuk memperkuat hubungan multiteral antara para ilmuan praktisi dan masyarakat dalam merancang konservasi kolaboratif di bentang alam Rungan," katanya.
Program tersebut merupakan inisiatif untuk melindungi bentang alam Rungan yang terinspirasi dari survei keanekaragaman hayati yang dilakukan oleh BNF dan UM Palangkaraya.
Lokakarya tersebut selain antara UMP dan BNF juga turut melibatkan sejumlah ilmuan alam dan sosial, praktisi konservasi dan kelompok masyarakat dari University of Exeter, Rutgers University dan Brunel University serta masyarakat Mungku Baru.
Sementara itu, dosen Fakultas Kehutanan UMP yang juga Direktur Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Mungku Baru, Siti Maimunah yang juga menjadi pemateri berharap acara itu dapat membentuk jaringan konservasi antar praktisi dan ilmuwan di Indonesia.
Selain itu diseminasi publik tentang konferensi dapat meningkatkan kemungkinan kemitraan internasional dan dapat mengembangkan kapasitas dalam metode penelitian dan konservasi.
Baca juga: Realisasi perhutanan sosial Kalteng baru 131.589 hektare
Baca juga: 50.000 pohon ditargetkan ditanam Borneo Nature Foundation di lahan gambut
Baca juga: Di Kalteng, pemanfaatan hutan sembarangan ancam ekosistem alam
Pewarta: Rendhik Andika
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: