Pakar : Produksi beras tahun 2019 diperkirakan turun akibat kekeringan
2 Juli 2019 17:01 WIB
Buruh tani mengangkut padi ke dalam truk usai dipanen di area persawahan Desa Sekaran, Kediri, Jawa Timur, Senin (4/3/2019). Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian memproyeksi potensi produksi beras nasional masa panen periode Januari-Maret 2019 sebesar 14,29 juta ton yang tersebar di 34 provinsi Indonesia. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Pakar pertanian Dwi Andreas memperkirakan produksi beras di tahun 2019 akan menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya akibat kekeringan yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia dan juga bergesernya musim tanam.
"Mengapa produksi bisa rendah karena berkurangnya luas panen padi. Ini belum kekeringan, kita baru bicara luas panen yang berkurang karena terjadi pergeseran musim tanam," ujar Dwi Andreas saat dihubungi Antara, Selasa.
Guru besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) itu juga mengatakan telah terjadi pergeseran musim panen terutama di wilayah Jawa dan Sumatera. Selain itu, musim tanam pertama tahun ini mundur pada bulan April, sehingga musim panen raya diperkirakan akan terjadi pada bulan Agustus, atau bertepatan puncak kemarau.
"Untuk itu hampir saya pastikan produksi beras atau padi secara nasional lebih rendah dibandingkan tahun lalu," kata dia.
Sebelumnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS, produksi padi tahun lalu sebanyak 32,5 juta ton setara beras. Adapun, Kementerian Pertanian menargetkan produksi padi sepanjang 2019 mencapai 84 juta ton atau setara 49 juta ton beras.
Dwi Andreas menambahkan akibat kekeringan ini, produksi beras nasional diperkirakan akan berkurang sebanyak 2 juta ton.
Dia pun menegaskan kepada pemerintah untuk serius menghitung lagi jumlah cadangan stok beras Nasional yang ada di Bulog dan pedagang untuk mengantisipasi menurunnya produksi pangan di bulan Agustus karena kekeringan.
"Kalau bisa menghitung dengan jelas dan pas maka pemerintah bisa menetapkan kebijakan dengan pas untuk memenuhi stok," imbuhnya.
Baca juga: Pemerintah perlu jamin ketersediaan pasokan pangan di musim kemarau
Baca juga: Jawa Tengah antisipasi dampak kekeringan di daerah-daerah rawan
"Mengapa produksi bisa rendah karena berkurangnya luas panen padi. Ini belum kekeringan, kita baru bicara luas panen yang berkurang karena terjadi pergeseran musim tanam," ujar Dwi Andreas saat dihubungi Antara, Selasa.
Guru besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) itu juga mengatakan telah terjadi pergeseran musim panen terutama di wilayah Jawa dan Sumatera. Selain itu, musim tanam pertama tahun ini mundur pada bulan April, sehingga musim panen raya diperkirakan akan terjadi pada bulan Agustus, atau bertepatan puncak kemarau.
"Untuk itu hampir saya pastikan produksi beras atau padi secara nasional lebih rendah dibandingkan tahun lalu," kata dia.
Sebelumnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS, produksi padi tahun lalu sebanyak 32,5 juta ton setara beras. Adapun, Kementerian Pertanian menargetkan produksi padi sepanjang 2019 mencapai 84 juta ton atau setara 49 juta ton beras.
Dwi Andreas menambahkan akibat kekeringan ini, produksi beras nasional diperkirakan akan berkurang sebanyak 2 juta ton.
Dia pun menegaskan kepada pemerintah untuk serius menghitung lagi jumlah cadangan stok beras Nasional yang ada di Bulog dan pedagang untuk mengantisipasi menurunnya produksi pangan di bulan Agustus karena kekeringan.
"Kalau bisa menghitung dengan jelas dan pas maka pemerintah bisa menetapkan kebijakan dengan pas untuk memenuhi stok," imbuhnya.
Baca juga: Pemerintah perlu jamin ketersediaan pasokan pangan di musim kemarau
Baca juga: Jawa Tengah antisipasi dampak kekeringan di daerah-daerah rawan
Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: