Jakarta (ANTARA) - Perbaikan kinerja ekspor dan laju investasi disebut menjadi kunci utama dalam upaya menggenjot pertumbuhan ekonomi pada periode kedua kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia Fithra Faisal yang dihubungi di Jakarta, Senin, mengatakan kedua hal itulah yang menjadi penyebab utama pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir terjebak di kisaran 5 persen.

"Yang membuat pertumbuhan ekonomi kita terjebak di level 5 persen ini adalah karena kita terlalu mengandalkan konsumsi," ujarnya.

Fithra menuturkan, berdasarkan perhitungan, ekonomi Indonesia sepanjang 2015-2017 mampu tumbuh di atas 5 persen. Bahkan, disinyalir mampu mencapai 6 persen jika didukung kondisi ekspor dan investasi yang memadai.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LPEM FEB) UI bahkan membuat skenario dengan ekspor rata-rata minimal 9,8 persen, pertumbuhan ekonomi pada 2019 diprediksi bisa mencapai 5,7 persen.

"Dan kalau ekspor bisa tumbuh 11 persen-12 persen, kita bahkan bisa tumbuh di atas 6 persen," ujarnya.

Oleh karena itu, ekspor dan investasi menjadi kunci untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional yang perlu terus digenjot.

Kedua hal itu saling terkait karena ekspor bergantung pada kinerja industri. Sementara industri perlu dibangun dengan melibatkan investor.

"Kuncinya memang ekspor dan inevstasi di mana kalau kita bicara ekspor, pasti tren investasi juga akan ikut. Karena bicara tren kerja sama ekonomi internasional, ada kerja sama perdagangan pasti di situ ada kerja sama investasi juga," katanya.

Baca juga: Bank Dunia: Volume ekspor komoditas Indonesia bervariasi

Baca juga: Pengamat dorong industri orientasi ekspor di periode kedua Jokowi