Jakarta (ANTARA) - Berdasarkan hasil laboratorium forensik, kematian gajah Sumatera berkelamin betina yang ditemukan di area WCA yang juga merupakan bagian dari area konsesi LAJ di Desa Semambu, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, bukan karena faktor kimia.

"Kami sudah melakukan lidik, observasi dan olah TKP sampai uji lab," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi Rahmad Saleh dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Senin.

Menurut Rahmad, pihaknya langsung mengirimkan tim investigasi beserta dokter hewan untuk melakukan pemeriksaan nekropsi terhadap gajah Sumatera yang mati itu begitu memperoleh laporan.

Agar tidak terjadi hal serupa, KSDA Jambi akan mensosialisasikan secara terus menerus kepada masyarakat terkait habitat ruang gajah dan manusia yang sudah tumpang tindih.

Saat ini, BKSDA Jambi sedang menginisiasi program Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) sebagai koridor Gajah Sumatera di kawasan lanskap Bukit Tiga Puluh. Program WCA merupakan bagian dari koridor gajah/KEE yang diusulkan oleh BKSDA Provinsi Jambi.

Sebelumnya, tim Ranger Wildlife Conservation Area (WCA) PT Lestari Astri Jaya (LAJ) pada Rabu (8/5) menemukan seekor gajah (elephas maximus sumatranus) dalam kondisi mati di area tersebut.

Direktur LAJ Meizani Irmadhiany mengatakan temuan gajah mati ini telah dilaporkan oleh Manajer WCA kepada BKSDA Provinsi Jambi untuk investigasi dan penanganan lebih lanjut.

"Kami mendukung upaya investigasi yang menyeluruh dan transparan terhadap kematian gajah di wilayah WCA. Hal itu merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan LAJ dengan pemerintah," kata Meizani.

Meizani mengatakan WCA merupakan salah satu komitmen LAJ dalam upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem. Tim Ranger WCA setiap hari rutin melakukan patroli serta melakukan sosialisasi kepada warga perambah untuk mencegah terjadinya konflik antara manusia dan gajah.

"WCA menjadi solusi penting dalam upaya mengembalikan habitat gajah Sumatera yang saat ini menghadapi tantangan dan ancaman deforestasi dan kegiatan ilegal lainnya," katanya.

"Kami akan memberikan pemahaman ke masyarakat agar ke depannya masyarakat dan gajah bisa hidup berdampingan dengan pembagian ruang," kata Meizani.

Lokasi WCA terletak berbatasan dengan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) dan diapit oleh dua blok konsesi restorasi ekosistem PT Alam Bukit Tiga puluh (ABT). WCA merupakan proyek jangka panjang LAJ bekerja sama dengan WWF-Indonesia yang secara efektif mulai dikembangkan sejak 2018.

LAJ mengalokasikan sebagian area konsesi tanaman hutan industrinya sebagai wilayah jelajah bagi gajah sumatera yang saat ini populasinya diperkirakan hanya tersisa 120-150 individu di lanskap Bukit Tigapuluh.

Baca juga: Operasi penggiringan gajah liar di Riau terganggu bunyi meriam karbit
Baca juga: Dua gajah latih di Riau sakit setelah 10 hari halau gajah liar