Bank Dunia: Volume ekspor komoditas Indonesia bervariasi
1 Juli 2019 20:14 WIB
Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia, Frederico Gil Sander, memaparkan laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia di acara peluncuran The June 2019 edition of the Indonesia Economic Quarterly di Jakarta, Senin (1/7/2019). ANTARA/Katriana/am.
Jakarta (ANTARA) - Bank Dunia mencatat volume ekspor komoditas Indonesia bervariasi, seperti volume ekspor minyak mentah, gas dan karet tercatat menurun, sementara di sisi lain volume ekspor batubara, minyak sawit dan logam dasar terpantau menguat.
"Volume ekspor batubara, minyak sawit dan logam menguat tetapi belum mampu mengimbangi penurunan harga," kata Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia, Frederico Gil Sander, dalam pemaparannya di acara peluncuran The June 2019 edition of the Indonesia Economic Quarterly di Jakarta, Senin.
Sander mencatat ekspor minyak mentah dan gas turun sebesar 70,7 persen dan 13,8 persen masing-masing. Penurunan tersebut hampir dua kali lipat dan tiga kali lipat daripada kontraksi yang tercatat pada kuartal sebelumnya.
Pelemahan tersebut disebabkan oleh turunnya produksi minyak di blok Mahakam yang dioperasikan Pertamina, yang produksi minyak dan gasnya hanya mencapai 90 persen dari target kumulatif pemerintah di kuartal pertama 2019.
Baca juga: Pemerintah diminta tingkatkan kapasitas pengolahan migas untuk ekspor
Sementara itu, ekspor logam dasar menguat sebesar 64,5 persen dengan tingkat yang lebih kecil dibandingkan beberapa kuartal sebelumnya.
Penguatan tersebut, kata dia, berkat meredanya dampak pencabutan larangan ekspor.
Lebih lanjut, Sander mengatakan ekspor batubara di kuartal pertama 2019 meningkat 10,5 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, dan lebih besar daripada penguatan 7,6 persen di kuartal keempat 2018.
Baca juga: Ekspor batu bara Indonesia ke China naik
Meski demikian, dia mengatakan kenaikan volume ekspor belum mampu mengimbangi penurunan harga batubara sehingga menurunkan nilai ekspor komoditas tersebut.
Demikian juga dengan volume ekspor minyak sawit yang menguat 9,8 persen berkat tingginya permintaan biodiesel dari Tiongkok dan Uni Eropa. Meski demikian, peningkatan tersebut terbebani oleh turunnya harga minyak sawit.
Baca juga: Kajian pencabutan pungutan ekspor CPO disambut positif petani sawit
Baca juga: Indonesia-China teken MoU pertukaran data guna tingkatkan ekspor impor
Baca juga: Pengamat dorong industri orientasi ekspor di periode kedua Jokowi
"Volume ekspor batubara, minyak sawit dan logam menguat tetapi belum mampu mengimbangi penurunan harga," kata Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia, Frederico Gil Sander, dalam pemaparannya di acara peluncuran The June 2019 edition of the Indonesia Economic Quarterly di Jakarta, Senin.
Sander mencatat ekspor minyak mentah dan gas turun sebesar 70,7 persen dan 13,8 persen masing-masing. Penurunan tersebut hampir dua kali lipat dan tiga kali lipat daripada kontraksi yang tercatat pada kuartal sebelumnya.
Pelemahan tersebut disebabkan oleh turunnya produksi minyak di blok Mahakam yang dioperasikan Pertamina, yang produksi minyak dan gasnya hanya mencapai 90 persen dari target kumulatif pemerintah di kuartal pertama 2019.
Baca juga: Pemerintah diminta tingkatkan kapasitas pengolahan migas untuk ekspor
Sementara itu, ekspor logam dasar menguat sebesar 64,5 persen dengan tingkat yang lebih kecil dibandingkan beberapa kuartal sebelumnya.
Penguatan tersebut, kata dia, berkat meredanya dampak pencabutan larangan ekspor.
Lebih lanjut, Sander mengatakan ekspor batubara di kuartal pertama 2019 meningkat 10,5 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, dan lebih besar daripada penguatan 7,6 persen di kuartal keempat 2018.
Baca juga: Ekspor batu bara Indonesia ke China naik
Meski demikian, dia mengatakan kenaikan volume ekspor belum mampu mengimbangi penurunan harga batubara sehingga menurunkan nilai ekspor komoditas tersebut.
Demikian juga dengan volume ekspor minyak sawit yang menguat 9,8 persen berkat tingginya permintaan biodiesel dari Tiongkok dan Uni Eropa. Meski demikian, peningkatan tersebut terbebani oleh turunnya harga minyak sawit.
Baca juga: Kajian pencabutan pungutan ekspor CPO disambut positif petani sawit
Baca juga: Indonesia-China teken MoU pertukaran data guna tingkatkan ekspor impor
Baca juga: Pengamat dorong industri orientasi ekspor di periode kedua Jokowi
Pewarta: Katriana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019
Tags: