Mataram (ANTARA) - Bagi penggemar swafoto tidak salahnya jika mengunjungi salah satu spot yang menarik di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, namanya Air Terjun Tiu Pituq. Memang lokasi nan eksotiknya layak untuk disambangi sembari menikmati kejernihan airnya dan mendengar gemericik suara air yang mengalir di sungai kecil.

Tepatnya di Dusun Penjor, Desa Genggelang, Kecamatan Gangga. Akses untuk menuju objek wisata yang dikelola oleh remaja setempat yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) itu, tidaklah terlalu jauh.

Paling tidak memakan waktu sekitar 10 menit mencapai air terjun itu dari areal parkir. Setelah membayar karcis masuk Rp5 ribu per orang, pengunjung menapaki anak tangga yang sudah tersusun dengan rapi, sampailah di air terjun utama yang bernama Tiu Pituq dengan kolam alaminya hingga pengunjung ingin segera bercipratan air.

Memang tingginya tidaklah terlalu tinggi, sekitar lima meter, namun bebatuan cadas hitam dan air yang jernihnya itu mengundang ingin berlama-lama di lokasi tersebut. Jika bosan di lokasi itu, pengunjung bisa berjalan ke arah hilir di sana terdapat air terjun kedua dan di bawahnya dikenal dengan nama "Swimming Pool" Tiu Pituq.

Dari atas air terjun itu, pengunjung bisa melompat tanpa perlu khawatir akan terkena batuan cadas. Sebaliknya jika ingin bersantai-santai di "bruga" (bedeng kecil), pengunjung bisa menyeberangi jembatan yang bernuansa seni dengan bata merahnya yang menyala.

Sembari menikmati perbukitan di bawahnya, dan melihat air terjun Tiu Pituq dari atas dan di sisi lainnya melihat pantai. Untuk melihat keindahan demikian, sebaiknya pada sore hari.

Pascagempa, memang sejumlah sarana ada yang belum diperbaiki. Dahulunya ada lokasi untuk berswafoto dengan meniti jembatan kecil dan di ujungnya ada papan berlambangkan "hati". Namun sayangnya belum diperbaiki sampai sekarang.
Air terjun Tiu Pituq (Riza Fahriza)


Firdaus, seorang anggota Pokdarwis, menyebutkan pengunjung yang datang ke objek wisata itu tidak hanya dari Pulau Lombok saja namun tidak sedikit juga dari Pulau Jawa.

"Bahkan sering ada turis asing yang mengunjungi objek wisata ini," katanya.

Ia menjelaskan pengertian dari Tiu Pituq itu -Bahasa Sasak- yakni Tiu artinya kolam dan Pituq artinya tujuh. Jadi kalau di Bahasa Indonesia kan namanya menjadi tujuh kolam. Yakni, Tiu Tawah, Tiu Tinggi, Tiu Bunter, Tiu Ras, Tiu alat-alat, Tiu Lisung dan Tiu Serungga.

Sumber air dari air terjun itu berasal dari objek wisata di daerah hulunya, yakni, air terjun Gangga. "Saat ini, air sedang surut karena musim kemarau. Kalau debit air sedang besar, maka benar-benar keren untuk berswafoto," katanya.

Ia menjelaskan objek wisata air terjun Tiu Pituq itu mulai dibuka untuk umum sejak 1 Januari 2017 yang diresmikan oleh remaja dan tokoh masyarakat setempat.

"Sebenarnya, objek wisata ini pernah dikelola pada tahun 1990-an tapi tidak dikelola dengan baik hingga sempat dibiarkan begitu saja cukup lama. Kemudian pemuda setempat melihat potensi yang ada itu, dan dihidupkan kembali," katanya.

Baca juga: Wisata ke Air Terjun Mauhalek di Perbatasan RI-Timor Leste
Jembatan untuk menyeberangi sungai kecial yang airnya bersumber dari air terjun Tiu Pituq. (Riza Fahriza)


Jika sudah bosan berada di air terjun itu, tidak jauh dari sana paling tidak memakan waktu sekitar 15 menit menggunakan roda empat. Tibalah di areal parkir objek wisata air terjun Gangga.

Objek wisata kali ini, dikelola dengan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara. Terdapat tiga air terjun, yakni, Gangga I, II dan III. Namun untuk air terjun yang ketiga ditutup, pasca gempa karena khawatir bisa membahayakan pengunjungnya.

Untuk air terjun Gangga I, air bening terjun bebas dari ketinggian sekitar enam meter yang mengalir ke saluran irigasi. Sedangkan Gangga II harus meniti jembatan besi karena lokasinya yang berada seperti di dalam gua.

Di Gangga II ini terdapat dua kolam yang bisa untuk berenang. Kolam yang bagian atasnya paling sering digunakan oleh pengunjung dimana tidak terlalu dalam sekitar sepinggang orang dewasa.

Akses untuk mencapai air terjun ini juga tidaklah terlalu sulit. Membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk mencapai objek wisata itu dan langsung "nyemplung" di kolam alami itu.

"Memang menarik juga mengunjungi dua objek wisata air terjun ini, apalagi jaraknya yang berdekatan. Tidak perlu memerlukan biaya besar untuk berlibur ke sini," kata Hani Handayani, salah seorang pengunjung asal Kota Mataram.

Di pintu masuk juga, pengunjung bisa membeli cindera mata kopi Robusta dan coklat olahan warga dengan tempatnya terbuat dari bambu berukir. Cukup merogoh Rp100 ribu sudah bisa membawa cinderamata itu.
Air terjun Gangga I (Riza Fahriza)



Baca juga: Air terjun Temam, primadona wisata libur Lebaran di Lubuklinggau

Baca juga: Percantik air terjun Oenesu, Pemkab Kupang bangun fasilitas wisata

Baca juga: Menelusuri keindahan wisata Air Terjun Segenter